Berita Bekasi Nomor Satu

Dinkes Catat 98 Kasus DBD

Illustrasi Kawasan Kumuh: Sampah menumpuk di permukiman warga Cikarang Utara Kabupaten Bekasi, Minggu (6/6). Permukiman kumuh menjadi salah satu pemicu penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bekasi. ARIESANT/RADAR BEKASI
SAMPAH PERMUKIMAN: Sampah menumpuk di permukiman warga Cikarang Utara Kabupaten Bekasi, Minggu (6/6). Permukiman kumuh menjadi salah satu pemicu penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bekasi. ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Tumpukan sampah dan genangan air menjadi salah satu sarang nyamuk aedes aegypti, yang menyebabkan munculnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Dari catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bekasi, sebanyak 98 orang terserang DBD. Pada Januari terdapat lima kasus dan Februari ditemukan lima kasus baru.

Temuan kasus DBD ini pun meningkat pada Maret menjadi 19 kasus, lalu melonjak pada April hingga 69 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Sri Eny, mengimbau warga untuk selalu mewaspadai penyakit DBD saat musim penghujan. Salah satunya dengan cara membersihkan rumah dan menghindarkan genangan air yang membuat nyamuk berkembang biak.

“Tentu pencegahannya harus dilakukan dengan baik yakni biasakan pola hidup sehat dan bersih. Terutama rajin mengontrol bak air dan pastikan tidak ada jentik nyamuk,” imbuh Sri.

Ia menjelaskan, pada kuartal pertama tahu ini kasus DBD cenderung menurun dibandingkan tahun lalu, pada periode yang sama. Pada 2020 lalu, jumlah kasus DBD mencapai 176, mulai dari Januari-April.

Meski menurun dibanding tahun lalu, namun kurva per bulan tahun ini terus menanjak. Untuk itu, warga diminta tetap waspada.

“Memang tahun ini total kasus DBD ada 98 atau 78 kasus lebih sedikit dibanding periode yang sama tahun lalu. Tapi, ini hanyalah statistik, warga tetap harus waspada, dan selalu membersihkan rumah dan lingkungan,” beber Sri.

Menurut dia, kasus DBD ini sangat rentan pada kematian. Tapi untuk tahun ini, terdata hanya satu pasien yang meninggal akibat penyakit DBD.

“Angka kematian tahun ini akibat DBD, menurun dibanding tahun lalu. Ada tiga warga yang meninggal dunia karena sakit DBD. Dua kasus meninggal dunia, di Kecamatan Kedungwaringin, satu lagi di Kecamatan Tambun Selatan,” terangnya.

Sementara Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Masrikoh mengakui, tahun ini jumlah terbanyak kasus DBD ada di Kecamatan Tambun Selatan. Dari 98 kasus, 44 kasus terjadi di Kecamatan Tambun Selatan, dengan penduduk paling padat di Kabupaten Bekasi ini.

“Satu rumah satu jumantik (juru pemantau jentik). Setiap keluarga bertanggung jawab atas kebersihan rumah masing-masing, termasuk melakukan pemantauan jentik, terlebih saat pandemi Covid-19 ini, karena tidak bisa berharap kepada pemerintah saja,” ucapnya.

Lanjut Masrikoh, warga juga harus melakukan 3M untuk mencegah DBD, yakni menguras kamar mandi, menutup tempat penampungan air, serta mengubur barang-barang bekas.

“Ini rumus yang sejak lama pemerintah gaungkan, dan memang itu kunci mencegah munculnya kasus DBD, dan harus terus dilakukan oleh masyarakat. Selain itu, protokol kesehatan (prokes) juga penting untuk mencegah penyebaran Covid-19,” tandasnya. (and)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin