Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

77 Pasien Isoman Meninggal

PEMAKAMAN COVID-19 : Petugas gali kubur membawa peti jenazah korban covid-19 di TPU Padurenan, Mustikajaya, Kota Bekasi, Minggu (4/7). Pemkot Bekasi akan memperluas TPU untuk pasien Covid-19. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI.

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sejak ketersediaan tempat tidur pasien Covid-19 di Fasilitas Kesehatan (Faskes) tidak sebanding dengan jumlah kasus aktif, pasien Isolasi Mandiri (Isoman) semakin banyak. Diantara pasien yang menjalani Isoman, harus meninggal dunia karena kondisinya yang semakin memburuk.

Hasil analisis data Laporcovid19, total 265 pasien Isoman di Indonesia meninggal dunia di luar RS, hal ini terjadi ditengah kolapsnya Faskes. Data tersebut dihimpun dari berbagai sumber, mulai dari cerita masyarakat melalui media sosial, media massa, hingga peran aktif masyarakat untuk melapor secara langsung.

Ratusan pasien meninggal saat menjalani Isoman tersebut dijelaskan terjadi pada saat pasien mencari Faskes, hingga saat menunggu tempat tidur IGD. Data ini dikumpulkan selama bulan Juni hingga awal Juli kemarin, Kota Bekasi yang tertinggi, ada 77 pasien Isoman meninggal dunia, Kabupaten Bekasi menyumbang satu kasus.

“Salah satu wujud pro aktif masyarakat itu kan cerita langsung lewat WA, atau langsung ngomong, atau mereka cerita di sosial media,” papar Koordinator tim lapor data dan analisis data, Said Fariz Hibban, Minggu (4/7).

Total ada 47 kabupaten dan kota di Indonesia ditemukan pasien Covid-19 meninggal di luar RS. Berbagai kendala dialami oleh pasien, hasil dari analisisnya.

Pertama, keputusan pasien untuk tidak melaporkan gejala yang dialami, dalam kondisi ini erat kaitannya dengan persepsi masyarakat disekitar kepada warga yang terpapar Covid-19. Di sisi lain, pasien menganggap gejala yang dialami masih tergolong ringan.”Akhirnya dia mengalami loncatan gejala, gejala ringan ke gejala berat secara singkat, dan itu orang tentu tidak siap,” tambahnya.

Kasus lain, Isoman yang dilakukan seorang diri oleh pasien menyebabkan tidak ada pengawasan secara langsung. Pasien kesulitan untuk berkomunikasi dengan Puskesmas saat kondisi kesehatan memburuk.

Kasus tersebut wajar terjadi lantaran keterbatasan Sumber Daya Kesehatan (SDK) di Puskesmas, sementara ada pasien lain yang juga harus ditangani di suatu wilayah. Terakhir, kabar duka dari pasien yang tidak mendapat Faskes lantaran tempat tidur untuk pasien Covid-19 sudah penuh, oksigen untuk perawatan di rumah pun sukar didapatkan saat ini.

Kondisi yang dihadapi pertengahan tahun ini kata Fariz berbeda dengan lonjakan kasus yang sempat terjadi pada tahun 2020, dan awal tahun 2021. Perhatian ekstra diperlukan untuk menyelamatkan nyawa masyarakat, lonjakan kasus saat ini terjadi lebih cepat, baik penularan maupun perburukan kondisi kesehatan pasien.

” Akhirnya karena bisa menambah (pasien) lebih cepat dan kondisi Faskes sedang seperti ini, akhirnya yang Isoman lebih banyak. Sehingga membutuhkan tempat (isolasi) yang lebih besar lagi, terpusat, dikumpulkan disana. Kalau di rumah tersebar, kan orang mungkin mobilitasnya sulit ya,” ungkapnya.

Pemilihan pasien sejak dari hulu, baik Puskesmas, Posko Covid-19 tingkat RT, RW, maupun Kelurahan, atau Faskes tingkat satu lainnya baik untuk dilakukan secara utuh. Tidak berhenti dengan rekomendasi pasien untuk Isoman, melainkan juga pengawasan kondisi kesehatan pasien.

Pemantauan kondisi kesehatan berbahaya bagi pasien yang tidak teredukasi dengan baik pada sisi kesehatan. Fatality rate atau angka kematian pasien terkonfirmasi dan suspek nampaknya meningkat tajam dibandingkan masa-masa sebelumnya, hal ini dapat dilihat di area Tempat Pemakaman Umum (TPU) Padurenan, selama beberapa saat Radar Bekasi berada di lokasi, mobil jenazah tidak berhenti datang dan pergi.

Mobil jenazah yang datang beragam, mulai dari milik Pemerintah Kota Bekasi, milik kepolisian, hingga milik relawan yang menerima permintaan dari warga Kota Bekasi. Tingginya angka kematian ini dirasakan langsung oleh relawan, mereka mengakui permintaan layanan ambulance meningkat tajam, dan sebagian besar adalah pasien Isoman.

“Permintaan kebutuhan ambulance di pelayanan kami biasanya tiap hari itu hanya dua atau tiga orang, namun kali ini setiap harinya itu lebih dari 20,” terang Ketua Umum Solidaritas Masyarakat Bekasi (Somasi), Budy Ariyanto saat ditemui tengah mengantar jenazah.

Sampai tengah malam telepon genggamnya masih berdering lantaran permintaan layanan pasien dalam keadaan kritis, beberapa diantaranya yang ia terima adalah kabar duka. Total tiga unit kendaraan ambulance dioperasikan untuk memberikan layanan kepada pasien yang kesulitan mendapat ambulance.

Setiap pasien Isoman yang dijemput kemudian diantarkan ke tempat Pemulasaran jenazah di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Chasbullah Abdulmajid. Jenazah baru diantarkan ke TPU Padurenan setelah dilayani dengan protokol Covid-19.

“Namun demikian, permintaan dari rumah ke rumah itu sangat luar biasa, karena peningkatan orang yang sedang Isoman dan meninggal itu mobil kami satu hari bisa 10 sampai 20 orang, dan kami ada datanya, kami ada dokumentasinya,” tambahnya.

Selama memberikan layanan kepada masyarakat, Budy menjelaskan operasional dikeluarkan dari kantong pribadi. Adapun uang yang diberikan oleh keluarga pasien, ia mengaku pemberian tersebut ia terima secara sukarela, tidak dipatok tarif.

Data resmi kemarin, total pasien yang tengah menjalani perawatan dan Isoman mencapai 3.763 kasus. Sedangkan dari total 56 ribu lebih kasus terkonfirmasi, 737 diantaranya meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Tanti Rohilawati mengaku, telah berkoordinasi untuk meminta RS yang belum memberikan pelayanan kepada pasien Covid-19. Penelurusan Radar Bekasi di Laman Pikobar, ada tiga RS yang tercatat tidak menangani pasien Covid-19, satu diantaranya belakangan ini diajak kerjasama oleh Pemkot Bekasi menangani pasien Covid-19.

“Kita sudah berkoordinasi dengan para direktur, karena ada beberapa titik, ada beberapa rumah sakit yang belum maksimal, belum mengalokasikan ruang isolasi yang memang sekarang ada ketentuan dari (pemerintah) pusat, 40 persen harus mengalokasikan (tempat tidur) untuk ruang isolasi,” katanya belum lama ini.

Penambahan fasilitas penanganan pasien Covid-19 dalam laporan Dinkes Kota Bekasi telah ditambah, seperti alokasi tempat tidur 100 persen di empat RSUD tipe D yang dimiliki oleh Kota Bekasi. Sedangkan RSUD Chasbullah Abdulmajid tetap melayani pasien non Covid-19, hanya saja dengan persentase tempat tidur lebih kecil, 40 persen.

Tingginya angka kematian belakangan ini membuat tiga RSUD tipe D, dan rumah singgah di area TPU Padurenan menjadi lokasi pemulasaraan,”Tenda darurat (untuk penanganan pasien) ada di RSUD, ada di GOR, kemudian ada di RSUD kelas D, sudah ada tenda semua. Untuk (RS) pemerintah ada delapan titik,” tukasnya.

Sementara itu, Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi juga mengakui ada peningkatan angka kematian dewasa ini. Pertengahan Juni kemarin, alat berat berukuran kecil diterjunkan ke area TPU untuk membantu penggalian lubang makam. Kemarin, total ada tiga alat berat berada di area TPU Padurenan, dua berikuran kecil, satu diantaranya berukuran besar.

Total area makan yang sudah terpakai saat ini 2 hektar, pematangan lahan seluas enam hektar tengah dilakukan. Pantauan Radar Bekasi, alat berat berukuran besar nampak tengah berada di sisi area tanah lapang lain untuk mempersiapkan lahan makam.

“Sekarang kita sedang pematangan lahan enam hektar lagi. Jadi memang kemarin karena ada angka kematian signifikan itu tanggal 26, lalu tanggal 27 ada 43 meninggal, tanggal 28 ada 40, tanggal 29 ada 73, dan sekarang udah mulai turun lagi,” ungkapnya.

Rahmat menghimbau kepada masyarakat di wilayahnya untuk segera melapor kepada Puskesmas terdekat untuk di jemput dan dilakukan pemulasaraan dengan protokol Covid-19. Pemulasaran untuk pasien meninggal dunia di luar RS dilakukan di rumah singgah milik pemerintah Kota Bekasi.

Pemilahan pasien ditekankan untuk dilakukan di posko Covid-19 yang berada di tiap RW, pemilahan dilakukan untuk pasien yang memerlukan perawatan RS maupun hanya cukup dengan Isoman. Hal ini kata Rahmat dilakukan supaya pasien tidak bertumpuk di RS. (Sur)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin