Berita Bekasi Nomor Satu

TBM Rumah Warna di Kampung Penombo, Bukan Sekadar Taman Baca

BELAJAR: Sejumlah anak-anak belajar di TBM Rumah Warna. ANDO AKBAR/MAGANG RADAR BEKASI
BELAJAR: Sejumlah anak-anak belajar di TBM Rumah Warna. ANDO AKBAR/MAGANG RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Taman Baca Masyarakat (TBM) Rumah Warna telah berdiri sejak 27 Agustus 2017. Meskipun baru tiga tahun, keberadaannya mampu memberikan secercah harapan bagi dunia pendidikan di Muara Gembong.

TBM Rumah Warna berada di Kampung Penombo Desa Pantai Harapan Jaya Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi. Pada awalnya hanyalah kandang ayam jago dan tempat pembuatan dodol Betawi dikala musim Lebaran tiba.

Saat itu kondisinya masih beralaskan tanah merah dengan ukuran panjang enam meter dan lebar tiga meter persegi.  Namun seketika, disulap oleh beberapa relawan dari berbagai komunitas, pemuda, dan warga setempat menjadi sebuah TBM.

Bermula dari sesama penggiat literasi di Kabupaten Bekasi, maka tercetuslah perluasan TBM sesuai dengan aturan pemerintah bahwa setiap desa wajib memiliki perpustakaan.

TBM Rumah Warna mulanya sempat menjadi bahan perbincangan oleh warga sekitar. Sebab dinilai tak ada kejelasan maksud dan tujuan dari keberadaannya. Tapi, seiring berjalannya waktu pandangan kurang baik itu perlahan meluntur setelah terdapat beberapa kegiatan dari relasi antar relawan juga dengan berbagai mahasiswa melalui kunjungannya.

Mulai dari pengadaan pengobatan gratis, buka puasa bersama, perayaan maulid nabi, serta perayaan hari kemerdekaan Indonesia.

TMB Rumah Warna bukan sekadar taman baca. Setiap harinya, kerap dikunjungi oleh sekelompok anak usia dini untuk belajar, menggambar, menulis, dan menghitung. Tatkala mereka juga membawa sejumlah tugas sekolah untuk dikerjakan bersama-sama.

Bimbingan dari pendiri dan pengurus berperan dalam mencerdaskan anak-anak di sana. Hal itu mereka lakukan atas menelisik sejumlah kondisi yang kian memprihatinkan.

Ditemukan beberapa anak lemah dalam membaca saat usianya menginjak remaja dan ada wanita enggan untuk melanjutkan SMA walau ditawari bebas biaya sampai lulus.
Maka demikian pembentukan karakter dimulai sejak dini dan memperkenalkan serta menumbuhkan minat baca melalui buku dongeng bergambar. Memberikan tanggung jawab kepada anak wajib diterapkan demi masa silam mendatang menjadi pribadi tanggung jawab. Meminta sang anak merapikan kembali buku sesuai posisi awal setelah dibacanya.

“Memang benar itu adanya, ada yang usia 14 tahun masih terbata-bata membaca sebuah kalimat dan gak mau sekolah lagi. Ada juga perempuan yang gak mau sekolah ke tahap berikutnya, setiap ditanya apa alasannya ia selalu tidak menjawab,” ujar Nana, salah satu pengurus TBM Rumah Warna.

“Mulai dari situlah saya bersama relawan melakukan pendampingan anak usia dini, ada kalanya saya bermain bersama mereka tapi disisi lain ketegasan dari pendamping menjadi kunci utama,” imbuhnya.

Saat ini, pengelola TBM Rumah Warna terus melakukan pembenahan perlahan namun pasti. Mulai dari struktur kepengurusan, renovasi bangunan, dan metode pembelajaran.

“Kita masih kekurangan SDM, sebab minat warga masih belum optimal. Dan juga renovasi harus segera dilakukan karena ada bagian-bagian kayu sudah dimakan rayap hal itu tentu membahayakan. Yang terakhir ialah seharusnya pemerintah desa lebih ikut terlibat, membantu, dan mendukung materi dan administrasi,” ujar Supriyadi selaku Ketua TBM Rumah Warna. (mg2)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin