Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Saat di Puncak Padar Bingung, Pilih Antara Spot Foto atau Spot Sunrise

MIFTAH/RADAR BEKASI MASIH PAGI--Penulis bersama GM Radar Bekasi, Andi Ahmadi menjadi yang pertama di Puncak Padar, Labuan Bajo (kanan). Redpel Radar Bekasi Miftah saat foto Bersama dengan sejumlah Pimred dan Redpel Radar Bogor Group (kiri).

RADARBEKASI.ID, – GAGAL menikmati indahnya Sunset di Pulau Kalong dan tak bisa menyaksikan dengan jelas ribuan Kalong keluar sarangnya karena cuaca buruk tak membuat  rombongan Gerakan Anak Negeri (GAN) Radar Bogor Grup kecewa. Destinasi  lain yakni Puncak Padar, menjadi tujuan berikutnya rombongan. Seperti apa keseruan memburu puncak yang menjadi incaran seluruh wisatawan lokal dan mancanegara itu? Berikut ulasannya.

 

Laporan : Miftah

Nusa Tenggara Timur

 

Perjalanan kapal yang membawa rombongan dari Pulau Kalong, terbilang  nyaman. Badai tidak terlalu besar. Usai makan malam, seluruh rombongan terbagi dua kelompok. Satu memilih memasuki bilik kamar. Tidur. Satu kelompok lagi bertahan di buritan, sambil menikmati karaoke  dan main gaple. Saya memilih masuk kamar. Sungguh terasa singkat tidur malam itu.

 

“Tok..Tok..Tok…” pintu kamar kapal Pinisi Sipakatau yang membawa rombongan diketuk oleh pemandu wisata. Jarum jam baru menunjukkan pukul 04.00 WIT.

 

Asep Nendi (26), pria asal Garut yang sejak 2018 menjadi pemandu wisata ini membangunkan rombongan. Waktu masih menunjukan pukul 04.00 WIT. Sebagian rombongan masih terlelap di balik selimut, sembari menikmati ombak laut yang bergoyang tenang dari atas kapal. Sebagian lainnya sedang siap-siap untuk salat subuh dan menyiapkan perlengkapan menuju pulau padar.

 

Ya, sejak malam Asep sudah mengingatkan kepada rombongan agar bangun lebih pagi. Alasannya agar bisa menjadi yang pertama ke puncak. Maklum saja, saat itu banyak kapal Pinisi yang mengangkut rombongan wisatawan dengan tujuan yang sama, ingin menikmati keindahan Taman Nasional Komodo dari Puncak Padar.

 

“Saat ini ada 30  kapal yang akan menuju kesana. Setiap kapal ada sekitar 15 penumpang. Kapal ini yang paling banyak penumpangnya sampai 20 orang. Kalau kita kesiangan, nanti kita akan berdesakan saat mendaki puncak,”kata Asep kepada rombongan tim GAN, usai makan malam.

 

Pulau Padar secara administratif berada di Kepulauan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Untuk mencapai Pulau Padar, rombongan harus menaiki sekoci, karena kapal Pinisi tidak bisa merapat sampai bibir pulau. Kapal hanya bisa berlabuh sekitar 500 meter dari pulau. Satu sekoci hanya muat maksimal 8 penumpang. Rombongan GAN pun dibagi tiga kelompok untuk bisa menaiki sekoci.

 

Rombongan juga diingatkan untuk membawa bekal makanan dan minuman. Pasalnya, di Pulau Padar tak akan menemui satu pun penjual makanan.  Tim dari Radar Bekasi mendapatkan giliran pertama menaiki sekoci. Tepat pukul 05.00 WIT, rombongan sampai di Pulau Padar. Rombongan dari Radar Bekasi terdiri dari  General Manager Andi Ahmadi, Redaktur Pelaksana (Redpel) Miftakhudin dan Manajer Keuangan, Imam.

 

Suasana masih gelap. Untuk menambah penerangan, sebagian rombongan menyalakan penerangan dari telepon genggam yang dibawa. Rombongan harus melintasi dermaga sepanjang 300 meter ke bibir pulau. Dinginnya hembusan angin laut tak menyurutkan semangat Rombongan ingin segera mencapai puncak. Saat itu, laut masih surut. Tangga dermaga pun agak tinggi. Kami terpaksa mengangkat kaki tinggi untuk bisa menginjak anak tangga darmaga. Alhamdulillah, semua aman.

 

Saat rombongan mulai mendekat anak tangga. Iqbal Muhammad—General Manager Radar Depok, justru sibuk mencari toilet. Rupanya Iqbal, tak sempat buang air besar saat di kapal.

‘’Sudah ayo cepat, kita duluan saja,’’ seru Andi.

 

Tanpa pikir panjang, kami pun mulai menapaki anak tangga menuju puncak. Hari benar-benar masih gelap. Meski begitu, anak tangga terlihat.

 

Langkah kaki mulai menapak  anak tangga yang terbuat dari kayu. Terlihat rapi dan tersusun, di samping tangga dipasang tali tambang untuk pegangan bagi yang melintas. Setelah melintasi 200 anak tangga yang terbuat dari kayu, rombongan tiba di pos pertama. Keringat mulai bercucuran. Hawa dingin terus  menusuk. Lokasi ini hanya hamparan tanah bercampur batu seluas sekitar 10 meter persegi.

 

Perjalanan berlanjut. Tangga tidak lagi terbuat dari kayu, namun dari batu. Dari pos pertama menuju pos ke dua sekitar 200 meter. Lokasinya hampir sama, berupa tanah lapang. Rombongan istirahat sekitar 3 menit untuk minum sambil mengumpulkan tenaga. Untuk menuju pos tiga, rombongan harus melintasi 150 anak tangga berbatu dan licin.

 

Dibalik bukit sebelah timur, matahari mulai mengintip. Namun tidak terlalu terang, karena masih tertutup awan tebal. Rombongan penasaran ingin segera mencapai puncak untuk menikmati matahari terbit. “Ayo naik lagi, sebentar lagi sampai puncak,”kata Andi menyemangati.

 

Naik sekitar 300 meter ke atas lagi, rombongan bertemu pohon Bidara. Tingginya sekitar tiga meter. Ya, disekitar tersebut tidak ada pohon yang tinggi. Karena sudah memasuki musim penghujan, puncak padar mulai menghijau ditumbuhi rumput. Jika kemarau, bukit padar akan gersang. Pohon ini sering menjadi tempat berteduh pengunjung, jika matahari terik. Disini merupakan pos empat, juga menjadi lokasi bagi pengunjung untuk berfoto ria.

 

Dari atas ini, pengunjung sudah bisa melihat hamparan Pantai Pasir hitam dan  Pink atau Pink Beach yang ada di sisi kiri pulau Padar atau sisi sebelah Barat Daya. Lautnya yang tenang, seakan memanggil untuk menyelam. Jalur terus didominasi tangga batu dengan dibuat sedikit berkelok.

 

Kami penasaran ingin segera mencapai puncak. Tujuan utamanya tidak lagi ingin melihat matahari terbit, tapi ingin melihat lukisan Tuhan dari Puncak Padar.”Saya disini saja nunggu rombongan yang lain,”kata Andi.

 

Satu spot terbaik menikmati keindahan Pulau Padar yakni di puncak bukit. Di Lokasi ini banyak pengunjung mengabadikan perjalanannya, termasuk tim GAN Radar Bogor Group. Namun menuju kesana dibutuhkan perjuangan sulit. Pasalnya harus melewati 300 anak tangga menaiki bukit. Tak terlalu tinggi, hanya bukit setinggi 200 meter. Namun yang jadi tantangan jalur yang naik turun. Beberapa sisi hanya terdapat jalan setapak berbatu terjal.

 

Rasa penasaran menjadi dorongan kuat untuk segera sampai ke puncak padar. Tepat sampai puncak sekitar pukul 05.45 WIT, karena jalan santai sambil mengabadikan pemandangan melalui kamera. Jika jalan terus memakan waktu sekitar 30 menit. Dari bawah sampai puncak pengunjung harus melintasi sebanyak 825 anak tangga.

 

Ketika sampai di puncak, rasa Lelah terbayar dengan pemandangan yang indah.Tim Radar Bekasi menjadi yang pertama sampai puncak Padar, bahkan hingga melewati batas puncak yang biasanya didatangi pengujung. Saat di puncak, kami pun bingun memilih antara spot poto atau mengabadikan sunrises.

 

Gugusan bukit yang menjulang diapit birunya lautan. Pemandangan semakin menawan berkat hamparan pantainya. Dari ketinggian, terlihat hamparan bukit kerucut dibalut hijaunya rumput. Di belakangnya gugusan Pulau Komodo dipayungi gumpalan awan. Lengkung pantainya menambah indah lukisan Tuhan. Keindahan taman nasional Komodo dari atas Puncak Padar tak bisa dilukiskan dengan kata-kata, hanya kekaguman dan ucapan syukur  yang terucap karena bisa menikmati keindahan alam Indonesia Timur ini.

 

Diatas puncak ada hamparan tanah tidak terlalu luas, jalan setapak sedikit landai. Rombongan sempat dikejutkan dengan kemunculan Rusa. Ya, di pulau tersebut juga hidup beberapa ekor rusa liar. Selain itu juga ada ular hijau,”Jangan terlalu jauh sampai sana, karena banyak ular,”kata salah seorang pemandu mengingatkan rombongan.

 

Hamparan bukit dan pantainya berhasil membayar perjuangan selama perjalanan. Dari ketinggian, tampak 3 teluk dengan 3 pantainya yang khas. Putih, hitam, dan pink, warna pasir pantai Pulau Padar.

Waktu menunjukan pukul 06.30 WIT. Banar saja, Wisatawan mulai ramai memadati Puncak padar. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan dari luar negeri,”Semencak pandemic ini, pengunjung dari luar negeri tidak ada. Wisatawan didominasi dari dalam negeri,”kata salah seorang pemandu Wisata.

 

Untuk mengabadikan momen perjalanan dan bersua foto, pengunjung harus bergantian. Maklum saja, lokasi yang tersedia tidak sebanding dengan pengunjung yang datang. Jika ingin berfoto, pengunjung  harus berhati-hati. Jika lengah, pengunjung bisa terpeleset jatuh ke jurang.

 

Sebelum pukul 06.00 seluruh rombongan Radar Bogor Grup sudah mencapai puncak. Ada dua puncak yang menjadi rebutan wisatawan. Pertama puncak spot foto terbaik dan puncak kedua, padahal yang agak tinggi menjadi spot menikmati sunset. Sayang seribu sayang. Cuaca yang kurang bersahabat, mencegah rombongan menikmati sunset. Sang Surya tak nampak dengan jelas. Tertutup awan tebal.

 

Meski  begitu, tak menyurutkan rombongan untuk terus mengeksplor puncak Padar. Kami silih berganti berfoto ria, ada juga yang selonjoran, bercengkrama dan tentu semua rasa lelah, terbayar lunas. Butuh waktu 20 sampai 30 menit untuk sampai di puncak. Itu jika berjalan dengan satu dua kali istirahat tak lebih dari dua menit. Bagi mereka yang jarang olahraga, agak menyiksa juga.

 

Sungguh pengalaman seru berada di puncak. Betapa tidak, banyak juga ibu-ibu atau rombongan keluarga yang berlomba ke sana. Seperti yang terjadi dengan rombongan keluarga berseragam putih hitam. Terdiri dari lima perempuan dan satu laki-laki muda, tak sungkan melempar senyum dan bersenda gurau saat berada di sekitar rombongan GAN. Benar saja, saat CEO Radar Bogor Grup, Hazairin SItepu   mengajak foto bareng, mereka pun ok. ‘’Ini merah putih ayo foto bareng,’’ serunya.

‘’Ayo boleh kita foto bersama, gak apa-apa,’’ timpal seorang perempuan di rombongan tersebut. Akhirnya, klik, klik, klik, foto bareng pun tersaji. Ada dua sesi. Pertama rombongan GAN berkaos merah berdiri, sesi dua, giliran rombongan putih yang berdiri.

 

Setelah puas berada puncak padar, berfoto ria,  rombongan tim GAN turun. Nah, saat turun inilah, lalu lintas krodit. Pasalnya, banyak wisatawan menguasai spot spot foto terbaik di puncak. Merek  yang menguasai spot tersebut umumnya para perempuan dengan pakaian repot. Repot ya, dengan gaun-gaun terbaik dan aksesoris lain yang bisa membuat sesi pemotretan lama. Belum bergaya bak, selebritas. Pokoknya, macet di spot tersebut. Harus bersabar.

 

Ada kejadian lain yang sedikit tegang. Dimana, Pemred Pojoksatu,id, M Ridwan sempat  bersitegang dengan seorang perempuan. Pasalnya, ada seorang  perempuan yang berada di pinggir jalan  rute turun,  merasa menjadi mangsa hp centil milik Ridwan.

 

‘’Jangan foto-foto begitu dong,’’ ujar perempuan berambut agak panjang itu.

 

‘’Siapa yang foto situ, saya memfoto teman-teman saya kok,’’ timpal Ridwan seraya melihat ke arah rombongan yang memang berada di belakang perempuan tersebut. Meski sempat menjadi perhatian pengunjung lain, suasana kondusif, hingga akhirnya seluruh rombongan tiba di bawah, di dermaga.(bersambung)

Solverwp- WordPress Theme and Plugin