Berita Bekasi Nomor Satu

Pertamax dan Solar Mulai Langka di Bekasi

SOLAR ABIS : Kendaraan Roda empat memasuki SPBU yang bertuliskan Bio Solar dalam pengiriman di SPBU Jalan Sultan Agung, Medan Satria, Kota Bekasi. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) mulai terjadi di beberapa daerah. Namun, kondisi di Bekasi masih relatif aman. Hanya saja di beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) terpantau persediaan BBM jenis Pertamax dan Solar kosong.

Warga mengantri untuk mengisi BBM terutama di jam sibuk menjadi pemandangan biasa di Bekasi. Kemarin siang, pantauan Radar Bekasi di sejumlah SPBU, antrian nampak tidak berarti, dijumpai pemberitahuan kepada pengguna kendaraan bahwa terkait dengan kurangnya persediaan dua jenis BBM.

Papan pengumuman pertama nampak di SPBU yang berada di Jalan Baru, Bekasi Timur, memberikan informasi BBM jenis Pertamax habis, sedang dalam pengiriman. Stasiun pengisian BBM lain di Jalan Jenderal Sudirman, Medansatria, papan pengumuman juga ditempatkan tepat di gerbang pintu masuk SPBU, memberikan informasi BBM jenis solar habis, sedang dalam pengiriman.

Sementara di SPBU yang berlokasi di Jalan Chairil Anwar, Bekasi Timur, pengendara tidak menjumpai papan pengumuman siang kemarin. Hanya saja saat mendekat ke nozzle, nampak kertas berisi informasi BBM jenis solar habis.

Terkait dengan kabar kosongnya persediaan BBM di awal pekan kemarin, Area Manager Communication Relation dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat, Eko Kristiawan menjelaskan bahwa hal ini terjadi lantaran sedang menunggu kiriman pasokan BBM. Ia menyebut faktor lain, ada peningkatan konsumsi BBM di akhir pekan.

Eko meyakinkan persediaan semua jenis BBM dalam kondisi aman, termasuk pasokan BBM untuk wilayah Bekasi.”Untuk BBM semua produk ada dalam posisi aman, termasuk untuk di wilayah Bekasi,” ungkapnya, Selasa (9/8).

Pihaknya menghimbau masyarakat untuk menggunakan BBM yang berkualitas, sesuai dengan spesifikasi mesin kendaraan, serta ramah lingkungan. Pengemudi Ojek Online (Ojol) menyinggung harga BBM setelah keluar aturan penyesuaian tarif. Meskipun BBM jenis Pertalite belum mengalami kenaikan, namun rencana pembatasan pembelian Pertalite diprediksi akan berdampak.

Diketahui, harga BBM non subsidi jenis Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex baru saja mengalami kenaikan harga pada awal Agustus kemarin, Minggu (3/8). Di wilayah Provinsi Jawa Barat, harga Pertamax Turbo naik menjadi Rp17.900, Dexlite menjadi Rp17.800, dan Pertamina Dex menjadi Rp18.900. satu hari setelahnya, terbit Keputusan Menteri Perhubungan (Kepmenhub) nomor KP 564 tahun 2022 tentang Pedoman Perhitungan Biaya Jasa Penggunaan Sepeda Motor yang Digunakan Untuk Kepentingan Masyarakat yang Dilakukan Dengan Aplikasi.

Sesuai dengan ketentuan tersebut, tarif Ojol naik mulai 14 Agustus mendatang. Tarif batas bawah di wilayah Jabodetabek naik dari Rp2 ribu per KM menjadi Rp2.600 per KM, tarif batas atas naik dari Rp2.500 per KM menjadi Rp2.700 per KM, serta rentang biaya jasa minimal mulai dari Rp8 ribu hingga Rp10 ribu menjadi Rp13.000 hingga Rp13.500.

Salah satu pengemudi Ojol, Arif (32) batas tarif baru yang telah diatur belum memuaskan, lantaran biaya tersebut dianggap belum sebanding dengan jarak per KM yang ditempuh saat memberikan layanan kepada pelanggan.  Ia juga menyinggung kenaikan harga BBM dan kebutuhan lain akhir-akhir ini. Pengemudi Ojol seperti Arif berharap tarif bisa disesuaikan dengan biaya langsung yang keluar dalam setiap beban jarak yang ditempuh.

“Ya yang ideal aja, apalagi kan bensin sekarang sudah naik. Kalau kita narik paket aja, dari Kemang ke Summarecon itu Rp13 ribu, kan jaraknya nggak sesuai dengan perbandingan (biaya). Itu normalnya kalau (sistem pengantaran barang) instan Rp18 sampai Rp20 ribu,” paparnya.

Jika ia mengantar penumpang, standar tarif yang dikenakan selama ini disebut Rp9.600 untuk pembayaran menggunakan saldo aplikasi. Sedangkan untuk pembayaran tunai, standar tarif Rp14 ribu, setelah itu dipotong biaya penggunaan aplikasi sekira Rp2 ribu.

Tarif dan intensitas pengemudi menerima order menjadi perbincangan akhir-akhir ini di kalangan Ojol, tarif selama ini dinilai terlalu murah. Belum lagi, kalau penumpang atau pengantaran barang yang dilayani pembayarannya memanfaatkan promo atau voucher, penghasilan yang diterima pengemudi berkurang.

Pengalamannya, Arif pernah menerima layanan antar barang dengan tagihan tunai Rp200 rupiah, juga pernah mengantarkan penumpang dengan total biaya Rp1000 rupiah. Pada saat-saat seperti ini, ia hanya berharap kebaikan pelanggan untuk memberikan biaya lebih.

“Kadang kan pihak-pihak terkait (penyedia aplikasi) hanya mementingkan pelayanan kepada pelanggan, tapi tidak tau perjuangan drivernya di lapangan seperti apa,” tambahnya. Keputusan menaikkan batas tarif Ojol ini juga disambut positif oleh pengemudi lainnya, Yudha (20).

“Soalnya kalau kaya biasanya kaya nyiksa banget, yang udah bawa 3 km aja baru masuk Rp2 ribu,” paparnya.

Para pengemudi mengaku pendapatan saat ini jauh berkurang dibandingkan dengan pendapatan di awal-awal Ojol mulai dikenal masyarakat. Hal ini salah satunya karena jumlah pengemudi yang semakin banyak, serta intensitas pengemudi menerima order minim.

Biasanya, pengemudi Ojol di Bekasi kebanjiran penumpang pada jam-jam sibuk. Pagi sekira pukul 06:00 WIB sampai pukul 09:00 WIB, dan petang sekira pukul 16:00 WIB sampai pukul 19:00 WIB. Pemerintah akan tetap mempertahankan harga barang-barang subsidi terjangkau bagi masyarakat miskin di tengah guncangan ekonomi global. Tahun 2023, pemerintah menyebut akan tetap mendukung prioritas nasional di sisi belanja negara.

Salah satunya adalah belanja subsidi, tahun ini diperkirakan belanja subsidi pemerintah mencapai Rp502 triliun. Tahun 2023 alokasi belanja subsidi disebut akan lebih besar.

“Tahun depan juga masih akan sangat besar, yang nanti angka finalnya akan disampaikan oleh bapak presiden,” terang Menteri Keuangan, Sri Mulyani usai sidang kabinet paripurna di awal pekan kemarin.

Lebih lanjut ia menyebut pemerintah akan mencoba untuk menstabilkan subsidi barang-barang yang diatur pemerintah. Konsekuensinya, anggaran subsidi akan bertambah. Pembatasan pembelian BBM jenis Pertalite rencananya akan berlaku bulan September mendatang. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) singkat menjelaskan bahwa Spesifikasi kendaraan yang dilarang membeli Pertalite adalah mobil di atas 1.500 CC dan motor diatas 250 CC.

Mobil dengan spesifikasi diatas 1.500 CC diantaranya Toyota Hilux 2.0, Mazda CX-9, Toyota Corolla Cross, Toyota Kijang, Innova G, Toyota Kijang Innova Venturer, Toyota, Fortuner 2.7 GR Sport, Peugeot 3008, Peugeot 5008, Nissan Serena, Mazda CX-3, Mazda CX-5, Mazda CX-30, Hyundai Santa Fe, DFSK Glory 560 1.8, DFSK Glory 580 1.8, Mazda 3 sedan, Mazda 6, Toyota Corolla Altis, Toyota Camry, Toyota Supra, Toyota 86, GR Yaris, Toyota C-HR, Mini Cooper dan BMW Series kecuali BMW X1, Audi Q5, Audi Q7, Audi Q8, Audi A5, Audi RS4, Audi RS5, Mercedes-Benz Series, Toyota Alphard 3.5, Toyota, Alphard 2.5 Q, Toyota Alphard 2.5 G, Toyota Vellfire, Lexus Series, Mazda CX-9, Honda Accord, Honda CR-V 2.0. (sur)

 

 

 

Solverwp- WordPress Theme and Plugin