Berita Bekasi Nomor Satu

Masyarakat Bekasi Ramai-Ramai Tinggalkan Pertamina

Illustrasi Pom Bensin

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Masyarakat Bekasi mulai mencoba alternatif mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) mereka di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta, meninggalkan Pertamina. Ada berbagai alasan, mulai dari kualitas BBM  rendah hingga menghindari antrian. Meskipun, bahan bakar dengan kandungan RON rendah yang dijual Pertamina harganya paling murah.

Budi Widyo, salah satu warga Kecamatan Bekasi Timur tengah dalam perjalanan pulang, sekira pukul 22:00 WIB. Agar tidak membuang waktu saat kembali beraktifitas esok harinya, ia memilih untuk mengisi bahan bakar sebelum sampai di rumah, Rabu (28/9).

Sejak pemerintah memutuskan untuk menaikkan BBM bersubsidi awal bulan September lalu, ia memang tengah mencoba untuk merasakan BBM yang dijual di beberapa SPBU swasta, seperti Vivo dan BP-AKR. Malam itu, ia memilih untuk mengisi kendaraan roda dua miliknya di SPBU BP-AKR yang berlokasi di Jalan Raya Bantargebang – Setu, dipilih jenis BBM dengan spesifikasi RON 92 yang selama ini ia gunakan.

“Pengen nyoba aja, untuk takarannya bagaimana, rasanya gimana,” katanya.

Ini adalah SPBU swasta kedua yang ia pilih untuk mengisi BBM, sebelumnya ia sudah dua kali mengisi BBM di SPBU Vivo. Harga per liter BBM BP Ron 92 ini Rp14.990, malam itu ia mengeluarkan uang Rp 25 ribu untuk menjaga kendaraannya tidak kehabisan bahan bakar.

Setelah mengisi bahan bakar, Budi melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya di kawasan Perumahan Margahayu, Bekasi Timur. Pagi harinya, ia harus menjalankan tugas dari tempatnya bekerja ke wilayah Karawang, jarak yang ia tempuh mencapai 35 kilometer.

“Semalam itu ngisi memang nggak sampai full, bertambah dua bar. Itu saya pakai ke Karawang memang belum turun (indikator bensin), dan kalau dirasa sih cukup beda ya (dengan Pertamax), walaupun nggak signifikan banget,” Tambahnya.

Ia juga memiliki pemikiran yang sama dengan sejumlah warga yang mengeluhkan kualitas BBM Pertamina. Bahkan, termasuk Pertamax.”Kalau saya yakinnya bukan cuma Pertalite doang sih, karena memang ngerasain sendiri, bukan tanpa sebab, tanpa alasan,” tambahnya.

Obrolan untuk mencoba kualitas dan harga BBM di SPBU swasta akhir-akhir ini memang kerap ia dengar, bahkan dari rekan kerjanya di kantor. Salah satu rekannya bahkan sudah mengisi BBM di SPBU Vivo sejak pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM.

Lebih murah dan irit, itu pernyataan yang ia dengar di awal sebelum akhirnya BBM Revvo RON 89 dua kali naik harganya menjadi Rp11.600 per liter. Sejak saat itu ia mulai mencoba, sudah dua kali mengisi BBM di SPBU Vivo.

Tapi, bukan berarti Budi melupakan 100 persen SPBU Pertamina, ia tetap membeli BBM di sana jika bahan bakar kendaraannya sudah menipis di tengah jalan. Untuk mengisi BBM di SPBU Vivo maupun BP-AKR, ia harus memperhitungkan betul-betul, lantaran jumlah SPBU yang masih tergolong sedikit.

Kemarin, pantauan aktivitas SPBU Pertamina dengan SPBU Vivo di Kota Bekasi tidak jauh berbeda. Keduanya dikunjungi oleh pengguna kendaraan roda empat maupun roda dua.

Salah satu pengguna kendaraan usai mengisi bahan bakar di SPBU Vivo, Rizky (23) mengatakan bahwa SPBU Vivo dipilih lantaran ia merasa lebih cocok. Kecocokan ini merujuk pada takaran dan kualitas BBM.

“Sebenarnya sih tergantung diri sendiri, tapi saya lebih cocok Vivo, takarannya lebih pas, kalau pertalite sekarang lebih boros,” katanya usai mengisi bahan bakar di SPBU Vivo, Jalan Jenderal Sudirman.

Kualitas BBM jenis Pertalite kata Rizky, berbeda dengan kualitas sebelum harganya naik menjadi Rp10 ribu. Sementara ini, ia memilih untuk membeli BBM di SPBU Vivo.Alasan yang lain, Rizky mengaku waktu antrian lebih cepat, ditambah pelayanan yang ramah.

“Sementara bakal ke Vivo dulu, kalau di Vivo kan jangkauannya jarang tuh, ya paling isinya lebih berjarak (diperhitungkan sisa bensin) lah,” tambahnya.

Memasuki waktu sore, dua SPBU, Vivo dan Pertamina yang letaknya berdekatan di Jalan Ahmad Yani nampak sama-sama ramai dikunjungi oleh pembeli. Bahkan, nampak beberapa saat antrian di SPBu Vivo hingga ke pintu masuk SPBU.

Berdasarkan tabel harga BBM di Indonesia kemarin, Pertalite menjadi yang termurah pada klasifikasi BBM dengan Ron paling rendah, harganya Rp10 ribu. Sementara Revvo 89 kemarin harganya Rp11.600, serta BP 90 harganya Rp14.890 per liter.

Naik satu tingkat Ron yang lebih besar, Pertamax juga menjadi yang paling murah, harganya Rp14.500 per liter. Sedangkan Revvo 92 harganya Rp15.400, BP 92 harganya Rp14.990, dan Shell Super Ron 92 harganya berkisar Rp15.420 sampai Rp15.750 per liter.

Dari sisi sebaran SPBU, Pertamina juga yang paling banyak di Bekasi, data aplikasi MyPertamina mencatat ada 140 SPBU, plus 3 SPBU ramah lingkungan bertenaga surya di Kota dan Kabupaten Bekasi. Sedangkan Vivo hanya 8 SPBU, Shell 20 SPBU, dan BP-AKR 5 SPBU.

Berdasarkan keterangan resmi yang diterima oleh Radar Bekasi, Pertamina meyakinkan masyarakat bahwa kualitas BBM yang dinikmati oleh masyarakat tidak berubah. Pertamina Patra Niaga, Subholding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) memiliki setidaknya 7 (tujuh) proses Quality Control sebagai langkah memastikan seluruh produknya sesuai spesifikasi dan memenuhi standar yang telah ditentukan.

Quality Control ini dimulai sejak produk BBM masuk ke tangki timbun di Fuel terminal hingga tepat sebelum disalurkan ke SPBU.

“Proses Quality Control sebuah produk BBM sebelum bisa dinyatakan layak didistribusikan menuju SPBU ini dimulai dari saat produk tersebut disuplai dari kilang atau impor, saat penyimpanan, hingga sebelum disalurkan ke SPBU. Dalam tiap-tiap proses, produk BBM tersebut harus dinyatakan layak, memenuhi syarat atau standar spesifikasi yang ditentukan Dirjen Migas, jika uji sample tidak layak, tidak akan bisa keluar dari Terminal BBM,” ungkap Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting.

Sebelum masuk ke tangki timbun, Irto menjelaskan bahwa Pertamina telah lebih dulu memastikan produk yang disuplai dari kilang atau impor telah memiliki Certificate of Quality, kemudian diuji speknya selama pemompaan ke tangki timbun.

Proses suplai melalui kapal juga melalui pengujian. Sebelum sampai di tangki timbun, BBM terlebih dahulu diuji kelayakannya. Proses ini juga dilakukan selama pemompaan dari kapal ke tangki timbun.

Saat penyimpanan di tangki timbun, proses Quality Control kata Irto, juga tetap dilakukan secara periodik. Produk BBM secara berkala diuji tepat setelah proses pemompaan baik dari pipa kilang atau impor, hingga sebelum disalurkan ke mobil tangki. Sebelum mobil tanki dapat keluar dari Fuel Terminal BBM dan menuju SPBU tujuannya, produk BBM akan kembali diuji di pintu keluar.

“Jadi bisa dilihat, proses Quality Control ini tidak sembarangan, dilakukan periodik dan tahapannya sudah jelas. Ini adalah komitmen Pertamina Patra Niaga dalam memastikan seluruh produk BBM yang akan dikonsumsi masyarakat ini sesuai spek, sesuai standar kualitas, dan layak digunakan,” tambahnya.

Pengecekan terakhir dilakukan sebelum proses bongkar BBM dari mobil tangki ke tangki pendam SPBU. Dengan serangkaian proses pengujian ini, Irto meminta masyarakat tidak perlu khawatir dengan kualitas BBM milik Pertamina.

“Di SPBU ini juga ada pengecekan, jika ada yang dirasa tidak sesuai spesifikasi, produk BBM tersebut akan diuji sample lagi di Fuel Terminal, tidak akan dijual, jadi masyarakat tidak perlu khawatir,” tandasnya. (Sur)

Solverwp- WordPress Theme and Plugin