Berita Bekasi Nomor Satu

Edukasi Seks Hanya Diberikan Siswa lewat Mata Pelajaran

BERBINCANG: Sejumlah siswa SMPN 2 Kota Bekasi berbincang di lingkungan sekolah saat waktu istirahat, kemarin. Edukasi seks kepada siswa sebagian besar diberikan oleh pihak sekolah hanya lewat mapel. DEWI WARDAH/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI Edukasi seks kepada siswa sebagian besar diberikan oleh pihak sekolah hanya lewat mata pelajaran (mapel). Itu pun sebatas membahas kesehatan reproduksi. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Mitra Bakti Husada Def Melisa Fauzi menyampaikan, pihaknya belum memberikan pendidikan seks kepada siswa secara khusus. Selama ini, edukasi seks hanya diberikan lewat mata pelajaran.

“Saat ini kami belum menerapkan edukasi mengenai seks yang diberikan secara terpisah melalui kegiatan tertentu, sehingga implementasinya hanya dalam mata pelajaran saja,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Selasa (8/11).

Sebagai SMK yang fokus pada program jurusan keperawatan, SMK Mitra Bakti Husada telah memberikan edukasi seks lewat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) dan Kejuruan.

“Edukasi mengenai seks itu sudah kami berikan sejak siswa kelas X yang diimplementasikan melalui mata pelajaran,” katanya.

Edukasi seks lewat mata pelajaran itu hanya sebatas membahas hal mengenai cara merawat kesehatan reproduksi seperti pada usia berapa siswa sudah dapat dibuahi.

“Edukasinya memang masih sebatas itu saja dan umum diberikan dalam implementasi mata pelajaran, jadi memang belum ada edukasi khusus yang diberikan mengenai pengetahuan seks secara dalam,” jelasnya.

Def mengungkapkan, edukasi seks secara khusus mestinya harus diberikan sejak dini kepada siswa. Dengan begitu, peserta didik bisa mawas diri.

“Kami akui memang edukasi seks yang diberikan secara khusus harus diberikan, mengingat siswa jaman sekarang itu cepat sekali mengetahui banyak hal. Sehingga edukasi harus diberikan agar siswa dapat mawas diri,” tuturnya.

Sementara, Kepala SMPN 7 Cibitung Rosalina mengungkapkan, edukasi seks diberikan dalam bentuk pelajaran dan di luar materi pembelajaran.

“Melalui materi pembelajaran sudah jelas dipelajari sejak kelas 7 melalui mata pelajaran IPA, namun kami juga berikan edukasi secara terpisah di luar dari mata pelajaran,” ucapnya.

Edukasi seks yang diberikan secara terpisah tidak rutin dilaksanakan. Hanya dilakukan dalam kurun waktu satu bulan sekali atau bahkan tiga bulan sekali.

Edukasi seks kepada siswa diberikan dalam bentuk pengarahan dan bimbingan.”Salah satu edukasi mengenai seks yang kami berikan ialah bagaimana cara merawat kesehatan reproduksi,” katanya.

Hal senada dikatakan Kepala SMAN 1 Cikarang Pusat Sayuti. Ia menjelaskan, sampai dengan saat ini tidak ada edukasi khusus tentang seks yang diberikan kepada siswa.

“Tidak ada edukasi mengenai seks secara khusus yang dilakukan sekolah adalah menyatu dalam pelajaran saja. Kalau pun pernah sifatnya sosialisasi pergaulan bebas yang disampaikan oleh instansi Dinas Kesehatan,” terangnya.

Menurutnya, edukasi seks sangat penting untuk diberikan kepada siswa. Jika ingin memberikannya secara khususnya, pihaknya harus menggandeng dinas terkait.

“Akan tetapi kami juga harus bekerjasama jika ingin memberikan edukasi secara terpisah, sebab yang lebih paham dan mengetahui secara khusus adalah pihak-pihak terkait seperti Dinas Pendidikan,” katanya.

Komisioner Bidang Kesehatan dan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Bekasi Hadyan Rahmat mengungkapkan, bicara edukasi seks banyak mencakup beberapa hal yang artinya sangat luas. Oleh sebab itu, bila edukasi seks hanya diberikan lewat mata pelajaran kurang.

“Bicara edukasi seks itu cakupannya luas ya, jadi sebenarnya jika sebatas penerapan dalam metode pembelajaran saja menurut saya masih kurang, karena kalau dalam metode pembelajaran itu ada batasannya yaitu yang sudah diatur dalam kurikulum,” ucapnya.

Menurutnya, jika bicara tentang edukasi pengetahuan seks dalam kurikulum dan mata pelajaran tertentu maka sudah cukup. Namun jika mencakup edukasi seks secara luas masih dirasa sangat kurang.

“Kadang kalau dalam metode pembelajaran saja contoh jika pembahasan dari A sampai C sudah tuntas ya sudah tidak ada lagi pembahasan, padahal bicara tentang edukasi seks itu luas bisa sampai G atau bahkan sampai dengan Z,” tuturnya.

Menurutnya, saat ini sekolah dapat menyampaikan edukasi seks dengan berbagai cara. Antara lain pada kegiatan ekstrakurikuler, sosialisasi, maupun media sosial.

“Cara edukasi itu banyak bukan melulu pada metode pembelajaran saja, bisa melalui media sosial ataupun kegiatan ekstrakurikuler. Yang penting sekolah punya banyak cara bagaimana edukasi itu bisa tersampaikan dengan baik,” jelasnya.

Hadyan menegaskan, jika edukasi seks hanya sebatas lewat materi pembelajaran masih kurang untuk mengantisipasi adanya kekerasan seksual. “Kalau sebatas mata pelajaran saja saya rasa tidak bisa mengantisipasi atau menekan adanya kekerasan seksual, bisa tapi kecil kemungkinannya, sehingga itu tadi edukasi dapat dilakukan dengan berbagai cara sehingga antisipasinya bisa dilakukan lebih maksimal,” tukasnya. (dew)