Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Balita 16 Bulan Kelebihan Berat Badan, Makan Normal, Tapi Suka Ngemil

AMBIL MAKANAN : Kenzi yang tengah didorong ibundanya mengambil makanan ringan yang disodorkan tetangganya saat keliling pemukiman warga di Kampung Tambun Pertama RT02 RW02 Desa Pusakarakyat Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi, Selasa (21/2). Kenzi balita berusia enam belas bulan itu mengalami obesitas sejak usia enam bulan. ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Usianya baru 16 bulan, tapi berat badannya melebihi balita normal pada umumnya, yakni 27 kilogram. Ya, balita bernama Muhammad Kenzi Alfaro ini mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Saat ini, anak ke tiga dari pasangan M.Sopiyan dan Pitriah ini sedang menjalani rawat jalan di RS Hermina Bekasi.

Saat Radar Bekasi menyambangi rumahnya di Kampung Tambun Permata, RT 002/002, Desa Pusaka Rakyat, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, terlihat balita yang akrab disapa Kenzi sedang bercanda dengan ibunya. Mulutnya tak berhenti mengunyah makanan ringan. Sementara tangan kananya bermain lato-lato.

“Ya seperti ini tiap hari. Pengennya ngemil terus,”kata sang ibu Pitriah, mengawali perbincangan.

Menrurutnya, perubahan berat badan Kenzi mulai membesar sejak usia enam bulan. Ketika mengandung Muhammad Kenzi Alfaro, dia mengaku mengidap penyakit empedu sehinga mengharuskan mengkonsumsi obat-obatan.

”Saya waktu melahirkan Kenzie itu caesar, pokoknya saya kena obat-obatan dulu. Terus saya mau dioperasi lagi buat ngangkat batu empedu, tapi saya nggak mau. Karena saya baru saja olerasi caesar, masa dioperasi lagi. Jadi saya pulang,” ujarnya kepada Radar Bekasi.

Usai melahirkan, Kenzi tidak mendapatkan asupan Air Susu Ibu (ASI) secara utuh. Kerna keterbatasan biaya, orang tua Kenzi hanya memberikan susu kental manis yang ada di warung dekat rumah nya.”Susu formula pas dari awal, karena enggak ASI, terus sempet susu kental manis pas umur setahun, itu karena enggak mampu beli susu formula,” katanya.

Padahal, Pitriah mengaku saat itu tidak ada yang berbeda dari cara pemberian susu formula kepada Kenzi.” Sehari bisa empat kali minum susu. Sejak enam bulan mulai naik sekilo, sekilo. Nambah terus,” katanya.

Kemudian Kenzi diajarkan mengunyah bubur bayi instan dan cemilan pada usia tujuh bulan. Porsi makanan yang diberikan, dinilainya juga masih normal. “Dia memang pertumbuhan badannya begitu, makannya normal sehari dua kali, bubur pagi sama sore,” ucapnya.

Selain memberi asupan makanan berupa bubur, Pitriah juga mengaku memberi jajanan berupa cemilan warung kepada Kenzi. Berat badannya pun meningkat drastis hingga kini mencapai 27 kilogram. “Saya kasih ciki kentang yang seribuan juga di warung, buat iseng-iseng ngemil saja kalau siang. Tapi itu juga dia tidak habis kok sebungkus,” katanya.

Pitriah mengaku cemas terhadap pertumbuhan anaknya meski kini Kenzi masih dalam kondisi sehat tanpa ada keluhan sesak napas atau penyakit lain. “Namanya badannya segini, saya sudah konsultasi ke dokter juga memang dia pertumbuhannya. Tapi Alhamdulillah anak saya juga normal, napasnya normal, tidak terlalu ngos-ngosan, dia tidurnya saja juga terlentang,” katanya.

Beruntung, saat ini sudah banyak pihak yang membantu memberikan susu formula. Namun, dia mengaku masih kesulitan dalam membeli popok. “Kalau pempersnya saya beli double XL, belinya di warung itu juga dipakainya kalau mau tidur aja, kalau buat seharian saya nggak mampu. Kalau baju, kadang pakai baju bapaknya,” ujarnya.

Menyikapi itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Supriadinata mengatakan, balita berusia 16 bulan ini sudah ditangani tenaga kesehatan dengan menjalani rawat jalan secara intensif sejak Desember 2022. “Sudah ditangani oleh petugas kesehatan kami. Dari puskesmas kemudian dirujuk ke rumah sakit dengan status peserta BPJS Kesehatan aktif,” ucapnya.

Menurutnya, petugas mengetahui kondisi obesitas anak ini setelah orang tua balita itu mendatangi Posyandu Setyamulya di Desa Pusaka Rakyat pada Desember 2022 lalu. Saat itu petugas kesehatan melakukan pemeriksaan terhadap anak ini, kondisi berat badannya 26,9 kilogram dengan tinggi 75 sentimeter. Sedangkan saat dilahirkan dari informasi yang didapatkan, beratnya sudah 4,5 kilogram dengan tinggi 48 sentimeter

Setelah itu dirinya menuturkan, bidan dari desa mulai rutin melakukan kontrol ke rumah orang tua anak ini, didampingi oleh petugas Tenaga Pelaksana Gizi (TPG). Kemudian selang beberapa hari, petugas TPG bersama kader posyandu menjemput anak tersebut dan ibunya untuk dibawa ke UPTD Puskesmas Setiamulya. Sesampainya di sana, dilakukan pemeriksaan oleh dokter kemudian dirujuk ke RS Ananda Babelan untuk ditangani lebih lanjut.

“Sejak saat itu Kenzi diharuskan melakukan rawat jalan. Saat ini balita obesitas itu menjalani pemeriksaan rutin di Rumah Sakit Hermina Bekasi sebagai upaya menurunkan berat badan,” jelasnya.

Penasehat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Perwil Bekasi, Triza Arif Santosa mengatakan berat badan Kenzi di usianya saat ini terbilang tidak normal. Kenzi yang lahir dengan berat badan 4 kg itu normalnya memiliki berat badan 10 sampai 12 kg.

Ada beberapa faktor Kenzi memiliki berat badan seperti sekarang, selain faktor makanan yang dikonsumsi.”Masih mungkin juga karena faktor genetik dan hormonal. Ada kelainan genetik tertentu yang menyebabkan penumpukan lemak,” katanya.

Susu kental manis yang sempat dikonsumsi Kenzi kata Triza, tidak bisa dikatakan sebagai makanan pendamping bayi atau anak. Sebab, kandungan susu dan gizi pada susu kental manis rendah, lebih banyak mengandung gula.

Sementara makanan lain, yakni Chiki, mengandung kalori dan gizi yang rendah, tidak baik jika dikonsumsi terlalu sering karena kandungan garamnya tinggi. Melihat kandungannya, Triza sementara menilai Chiki bukan menjadi penyebab obesitas.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa obesitas disebabkan oleh makanan tinggi kalori dan lemak. Dengan catatan, dikonsumsi secara berlebihan, ditambah kurangnya konsumsi sayur dan buah.

“Kalau menyimak dari riwayat makanan dan status sosial ekonomi, lebih mungkin penyebabnya genetik. Sebab faktor makanan tinggi kalori dan lemak yang bikin obesitas,” tambahnya.

Paling utama kata Triza, perlu diketahui penyebab obesitas, kemudian dilakukan penanganan. Dengan kondisi Kenzi saat ini, mengkonsumsi makanan tinggi gula dapat meningkatkan resiko Diabetes Melitus (DM).

“Dengan obesitas seperti itu dan makanan konsumsi tinggi gula meningkatkan resiko diabetes,” tambahnya.(ris/pra/sur)

Solverwp- WordPress Theme and Plugin