Berita Bekasi Nomor Satu

Warning Lonjakan Kasus DBD, Dinkes Catat 287 Kasus di Awal Tahun 2023

ILUSTRASI: Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) melakukan fogging di wilayah Kota Bekasi beberapa waktu lalu. Lonjakan kasus DBD mengalami peningkatan, terhitung selama delapan pekan terdapat 287 kasus di Kota Bekasi.DOK/RADAR BEKASI.

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi perhatian serius menyusul masih melonjaknya temuan kasus hingga menelan korban jiwa. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi mencatat terdapat 287 kasus hingga pekan ke-8 tahun 2023.

Sejauh ini, DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, terutama di wilayah tropis dan subtropis tidak terkecuali Indonesia sebagai salah satu negara endemis DBD.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bekasi Hadi Prabowo menjelaskan, dari 287 kasus ada satu pasien meninggal dunia. Pihaknya mewaspadai cenderung meningkatnya kasus DBD di Kota Bekasi, terlebih pada musim penghujan.

“DBD diperkirakan akan masih cenderung meningkat dan meluas sebarannya. Hal ini karena faktor penular DBD tersebar luas baik di tempat pemukiman maupun di tempat umum. Selain itu kepadatan penduduk, mobilitas penduduk dan urbanisasi yang semakin meningkat juga menjadi pemicu meluasnya sebaran,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Senin (27/2).

Pengendalian vektor yang dilakukan oleh Dinkes sendiri saat ini mencoba menurunkan faktor resiko penularan oleh vektor dengan cara meminimalkan habitat perkembangbiakan vector. Menurunkan kepadatan dan umur vektor, mengurangi kontak antara vektor dengan manusia serta memutus rantai penularan.

“Metode pengendalian vektor DBD bersifat spesifik lokal, dengan mempertimbangkan faktor- faktor lingkungan fisik. Seperti cuaca atau iklim, pemukiman dan tempat perkembangbiakan, ” jelasnya.

Sementara, pengendalian vektor dapat dilakukan secara fisik, biologi, kimia dan terpadu dari metode fisik, biologi dan kimia. Pengendalian fisik merupakan pilihan utama pengendalian vektor DBD melalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara menguras bak mandi atau penampungan air, menutup rapat-rapat tempat penampungan air. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan jentik nyamuk.

Kemudian, pengendalian vektor biologi menggunakan agent biologi antara lain predator atau pemangsa jentik (hewan, serangga, parasit) sebagai musuh alami stadium pra dewasa nyamuk.

“Jenis predator yang digunakan bisa Ikan pemakan jentik seperti cupang, tampalo, gabus, guppy. Sedangkan larva capung (Nimfa) dapat juga berperan sebagai predator walau bukan sebagai metode yang lazim untuk pengendalian vektor DBD,” tuturnya.

Sementara pengendalian vektor cara kimiawi dengan menggunakan insektisida merupakan salah satu metode pengendalian yang lebih populer di masyarakat dibanding dengan cara pengendalian lain.

“Sasaran insektisida adalah stadium dewasa dan pra dewasa karena insektisida adalah racun maka penggunaannya harus mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan organisme bukan sasaran termasuk mamalia. Insektisida tidak dapat digunakan apabila nyamuk resisten atau kebal terhadap insektisida,” terangnya.

Lebih lanjut, adalah pengendalian vektor terpadu adalah kegiatan pengendalian vektor dengan memadukan berbagai metode fisik, biologi dan kimia yang dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan berbagai sumber daya lintas program dan lintas sektor.

“Komponen lintas sektor yang menjadi mitra bidang kesehatan dalam pengendalian vektor antara lain bidang pendidikan dan kebudayaan, bidang agama, bidang pertanian, bidang kebersihan dan tata ruang, bidang perumahan dan pemukiman dan bidang lainnya yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung,” ucapnya.

Pemerintah Kota Bekasi berupaya menangani penyakit di musim penghujan dengan memberikan himbauan hingga sosialisasi ke masyarakat untuk waspada terhadap ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan penyakit yang rentan di musim penghujan.

“Penyakit DBD ini menjadi penyakit yang harus diwaspadai di musim penghujan, selain itu beberapa penyakit lain seperti leptospirosis, diare, penyakit kulit, demam tifoid, infeksi saluran pernapasan akut (Ispa) dan penyakit kronis yang memburuk,” ucapnya.

Dinkes mengingatkan kepada masyarakat untuk bisa melakukan beberapa langkah antisipasi yang bisa dilakukan, sebab genangan air akibat curah hujan ekstrem akan memicu adanya penyakit DBD.

“Harus waspada karena jentik nyamuk bisa saja ada di genangan air, karena memang curah hujan yang cukup tinggi,” pungkasnya. (dew)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin