Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Kenaikan Harga Beras Tak Wajar

ANTRI BERAS: Sejumlah warga saat antri membeli beras murah di kelurahan Harapan Mulya, kemarin. ISTIMEWA//RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Jangan heran kalau porsi sepiring nasi di Warteg tidak bisa membuat perut terisi penuh seperti biasanya, atau ditolak saat ingin membeli sebungkus nasi tanpa lauk. Opsi tersebut paling relevan dipilih oleh pedagang Warteg saat harga berbagai bahan pangan, terutama beras terus merangkak naik. Berbagai jenis komoditas saat ini naik harganya.

Selain pedagang Warteg atau Pelaku Usaha Mikro , Kecil, dan Menengah (UMKM) makanan siap saji lainnya, ibu rumah tangga pun harus bersiasat. Datang ke lokasi pasar murah dan lain sebagainya sejak pagi untuk mendapat urutan paling depan, urusan rumah tangga lainnya disiasati sebelum keluar rumah.

Animo masyarakat memang sedang tinggi untuk mendapatkan beras harga lebih murah dibandingkan harga pasar, antrian panjang, kerumunan warga tak bisa dihindari. Hal itu nampak pada tiga hari terakhir, selama distribusi beras dari Bulog dan Gerakan Pangan Murah (GPM) digelar di beberapa lokasi kecamatan di Kota Bekasi.

Salah satu pedagang warteg di Kota Bekasi, Lina (42) mengeluh kesulitan saat harga beras dan komoditas pangan lainnya naik. Kenaikan harga berbagai komoditas membuat sulit para pedagang makanan siap saji.

Terlebih beras yang tidak boleh absen jika ingin tetap berjualan, mengerek harga satu porsi makanan beserta lauk-pauknya adalah pilihan yang beresiko.”Serba bingung ya, kalau kita naikin takutnya kemahalan, takut kurang laku. Pokoknya repot sekarang buka warung tuh, apa-apa mahal,” katanya, Kamis (22/2).

BACA JUGA: Krisis Beras Lahirkan Warga Miskin Baru

Harga satu karung beras berukuran 50 kg yang ia beli mencapai Rp 700 ribu, naik Rp200 ribu dibandingkan harga sebelumnya.

Kenaikan harga beras sudah tiga bulan terakhir ia rasakan. Pilihan yang relevan adalah mengurangi porsi sepiring nasi, langkah ini menurutnya minim resiko dibandingkan harus menaikkan harga jual.”Paling kita tetap, nasi dikurangi sedikit,” ungkapnya.

Bagi pedagang Warteg, nasi adalah komoditas utama yang mereka jual. Naiknya harga beras dinilai agak berbeda dengan komoditas pangan lain seperti cabai, telur, dan sayur mayur yang bersifat musiman dan seringkali dirasakan.

“Kalau beras ini juga seperti itu (musiman), tapi kan (sekarang) istilahnya di luar kewajaran, tidak seperti yang lain. Kalau beras mahal kan nggak bisa kita siasati,” kata Wasekjen Himpunan Pedagang Warteg Indonesia (HIPWIN), Tafsir Qosim belum lama ini kepada Radar Bekasi.

Yang ia rasakan di Bekasi, harga beli satu karung beras berukuran 50 kg mencapai Rp 750 ribu, atau sama dengan Rp 12 ribu per kg. Jauh dari harga normal berkisar Rp 400 ribu untuk satu karung beras berukuran 50 kg yang biasa ia beli.

Seperti apa yang disampaikan oleh Lina, menaikkan harga jual satu porsi nasi dan lauk pauk bukan pilihan tepat. Saat ini, sejumlah pedagang Warteg memilih untuk tidak melayani jika hanya membeli sebungkus nasi tanpa lauk pauk.

“Istilahnya kami nggak dapat untung dari nasinya, kami dapat untung dari lauknya. Tapi kalau orang beli nasinya aja kan kita nggak dapat untung,” tambahnya.

BACA JUGA: Rela Antre demi Lima Kg Beras

Sudah dua kali distribusi beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dilakukan di Kota Bekasi, tepatnya di kantor Kelurahan Harapan Mulya pada Selasa (20/2) dan kantor kecamatan Bekasi Barat pada Rabu (21/2).

Kemarin Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKPPP) Kota Bekasi bekerjasama dengan beberapa instansi menggelar GPM di Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara. Sampai dengan kemarin animo masyarakat sangat tinggi untuk mendapatkan komoditas pangan dengan harga murah, terutama sekali beras.

Tersedia berbagai komoditas bahan pangan di lokasi, dijual di bawah harga pasar. Mulai dari beras SPHP, beras premium, MinyaKita, gula pasir, daging sapi, daging ayam, bawang merah, bawang putih, cabai rawit merah, cabai rawit keriting, dan telur ayam.

“Kita menghadirkan Bulog dan para pelaku usaha lainnya untuk menyediakan komoditi dengan harga di bawah harga pasar,” terang Kepala DKPP Kota Bekasi, Herbert Panjaitan.

Terutama beras, jika distribusi yang sudah dilakukan sebelumnya 10 ton. Kemarin persediaannya ditambah menjadi 20 ton.Ia meyakinkan di tengah naiknya harga komoditas pangan saat ini, persediaan di Kota Bekasi aman.

BACA JUGA: Pembelian Beras di Ritel Modern Bekasi Maksimal Satu Pcs Per Satu Customer Per Hari    

“Masalah ketersediaan, masalah harga, dan masalah konsumsi pangan, dari kami DKPPP sekarang juga sedang berjalan monitoring konsumsi keamanan pangan di pasar tradisional dan ritel,” tambahnya.

Distribusi bahan pangan murah di Kota Bekasi akan berlanjut hingga 9 Maret mendatang. Setelah GPM ini, akan dilanjutkan dengan operasi pasar murah yang dilaksanakan oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Kota Bekasi mulai awal pekan depan.

Ekonom dan Dosen Pascasarjana STIE Mulia Pratama, Nur Imam Syaifullah menyebut terdapat anomali terkait dengan naik dan langkanya beras. Sisi lain pemerintah menyampaikan bahwa persediaan beras cukup, namun di pasar harganya naik, dan di ritel terjadi kelangkaan beras.

Salah satu faktor yang mungkin menyebabkan naik dan langkanya beras di ritel adalah, adanya oknum yang sengaja menimbun persediaan beras. Sehingga distribusi sampai ke pasar tidak berjalan dengan baik.Terlebih, kurang dari satu bulan lagi akan memasuki Ramadhan.

“Di sinilah momentumnya, mengambil keuntungan setinggi-tingginya, sebab masyarakat siap membeli untuk kebutuhan puasa dan lebaran,” katanya.

BACA JUGA: Harga Telur – Cabai Terus Naik di Bekasi

Pasar murah bukan sepenuhnya menjadi solusi. Pasalnya, jumlah penduduk terlampau banyak untuk mendapatkan jatah beras murah.Tidak heran jika pada banyak kasus, masyarakat tidak mendapatkan beras karena kehabisan meski sudah antri dengan waktu yang lama.

Persoalan terkait dengan bahan pangan hasil pertanian yang kerap dialami masyarakat ini lantaran pemerintah disebut tidak pernah serius menangani masalah pangan, petani, dan sektor pertanian. Ia juga menyinggung program Food Estate, Indonesia sudah bisa memenuhi kebutuhan pangan nasional jika program ini berhasil, bahkan swasembada produk pertanian ke luar negeri.

“Seharusnya kita benar-benar membuat perencanaan yang bagus di sektor pertanian, khususnya beras. Dari jangka pendek hingga jangka menengah,” tambahnya. (sur)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin