Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

88.148 Gen Z Bekasi Pengangguran

ilustrasi

RADARBEKASI.ID, BEKASI – “Sekarang makin sulit cari kerja,”. Kalimat tersebut saat ini makin sering terdengar bagi sebagian masyarakat Bekasi. Hal ini seiring banyaknya para pencari kerja. Terdapat 104.170 penduduk menganggur di Kota Bekasi. Mayoritas adalah generasi Z, disusul oleh generasi milenial.

Kerumunan massa menjadi pemandangan rutin saat Pemerintah Kota (Pemkot) menggelar bursa kerja atau Job Fair. Menggambarkan tingginya kebutuhan masyarakat atas lapangan pekerjaan.

Hingga saat ini status pekerjaan utama masyarakat Kota Bekasi yang terbesar buruh atau pegawai, pekerja di sektor formal. Mengutip laporan keadaan angkatan kerja Provinsi Jawa Barat 2023, terdapat 1,3 juta angkatan kerja di Kota Bekasi.

Jumlah tersebut di luar dari 720.966 penduduk bukan angkatan kerja. Mereka beraktifitas mengurus rumah tangga, sekolah, dan lain-lainnya. Sementara itu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Bekasi  2023 tercatat 7,90 persen atau 104.170 jiwa.

Dari ratusan ribu warga yang menganggur, mayoritas adalah Gen Z dan milenial, sebanyak 88.148 jiwa. Itupun belum termasuk 4.647 penduduk yang menganggur usia 40 sampai dengan 44 tahun.

Generasi Z terdiri dari penduduk usia kerja mulai dari 15 sampai 27 tahun, sementara generasi milenial terdiri dari penduduk usia kerja mulai dari 28 sampai dengan 43 tahun.

BACA JUGA: Fix Miliki 8 Ribu KK Miskin Ekstrem

Keluhan sulitnya mencari pekerjaan adalah hal biasa yang dijumpai di tengah masyarakat. Mereka yang menganggur diantaranya tengah mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, belum mulai bekerja meski telah memiliki pekerjaan, bahkan sudah merasa tidak mungkin lagi mendapatkan pekerjaan.

Pada kesempatan hari buruh se-dunia beberapa waktu lalu, Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Bekasi, Asep Gunawan, menyebut sebagian besar masyarakat bekerja di formal. Setidaknya ada 1.983 perusahaan di Kota Bekasi, mulai dari perusahaan skala kecil, menengah, hingga besar.

“Mei ini masih banyak yang memohon atau meminta kartu AK1 atau kartu kuning, dimana mereka akan mencari pekerjaan,” ungkapnya.

Tidak bisa dipungkiri, Kota Bekasi menjadi daya tarik angkatan kerja dari berbagai daerah, letaknya yang berdekatan dengan Jakarta jadi salah satu faktor.

Ia membenarkan, TPT Kota Bekasi pada 2023 lalu di angka 7,90 persen. Beberapa upaya kata dia, telah dilakukan mulai dari program pemagangan, pelatihan, menggelar Job Fair, hingga menjalin komunikasi dengan para pengusaha di Kota Bekasi berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja.

“Kami juga melakukan pelatihan-pelatihan pada warga masyarakat yang sudah masuk (usia) angkatan kerja supaya bisa mandiri. Tidak ketergantungan bahwa dia harus bekerja di suatu pabrik atau perusahaan, jadi dia bisa mandiri misalnya membuka las, reparasi AC,” terangnya.

Pelatihan ini termasuk untuk mendorong tumbuhnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Asep menyadari, menghilangkan pengangguran 100 persen mustahil untuk dilakukan.

Namun paling tidak, menekan tingkat pengangguran di bawah tingkat pengangguran secara nasional dan provinsi Jawa Barat.

BACA JUGA: Berangus Pungli, Lenyapkan Diskriminasi

“Sehingga masyarakat Kota Bekasi tidak banyak menganggur. Artinya banyak yang bekerja, baik di instansi swasta maupun dia sendiri wirausaha, atau hal-hal lain yang sifatnya menciptakan lapangan pekerjaan itu lebih tinggi mengurangi angka ketergantungan,” tambahnya.

Angkatan kerja saat ini harus berhadapan dengan kemajuan tehnologi, pemerintah telah memperingatkan potensi hilangnya beberapa pekerjaan serta tumbuhnya lapangan pekerjaan lain akibat perkembangan tehnologi. Situasi ini tentu memicu berubahnya kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) di dunia kerja.

Penyesuaian bisa dimulai dari dunia pendidikan. “Dan saya kira memang jurusan-jurusan SMK itu sekarang kan sudah mulai terjadi modifikasi. Jadi sudah ada jurusan-jurusan yang memang menyesuaikan dengan zaman,” terang Pengurus Dewan Pendidikan Kota Bekasi, Aryanto Hendrata.

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memetakan peluang kerja pada masa yang akan datang. Dengan begitu, akan membantu mengedukasi masyarakat akan terjadinya perubahan dunia kerja.

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa saat ini muncul berbagai peluang masyarakat untuk memperoleh keuntungan secara ekonomis, tanpa harus bekerja di kantor layaknya pekerja di sektor formal. Menurutnya, masyarakat dapat melihat berbagai peluang bisnis tersebut.

“Misalnya dengan menggunakan platform-platform digital, kemudian lewat enterpreneur, nah ini juga menjadi salah satu peluang pekerjaan yang terbuka bagi anak-anak muda generasi milenial dan Gen Z,” ucapnya.

Sejak lama SMK menyediakan kejuruan yang berkaitan dengan dunia multimedia dan IT, hanya perlu dimodifikasi dengan lebih inovatif. Sederhananya, siswa tidak hanya diasah Soft Skillnya, melainkan juga diajarkan untuk berbisnis dengan bekal keahlian yang dimiliki.

“Itu mungkin bisa menjadi salah satu pelajaran atau praktik yang harus dilakukan pada saat nanti di SMK,” tambahnya.

Untuk melaksanakan ini, satuan pendidikan dapat berkolaborasi dengan banyak pihak, pelaku UMKM yang saat ini telah menjalankan bisnisnya berbasis digital, maupun berbagai komunitas. Aryanto berharap kedepan ada kesesuaian antara kebutuhan dunia kerja Baim sektor formal maupun informal dengan dunia pendidikan, terlebih pada sekolah menengah kejuruan.

Persoalan pengangguran juga menjadi evaluasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pada pembahasan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) kepala daerah  2023 kemarin. Komisi IV DPRD saat pada paripurna pekan kemarin merekomendasikan Disnaker menggelar Job Fair minimal dua kali dalam setahun.

“Selanjutnya untuk tenaga kerja, pelaksanaan program Job Fair yang lebih signifikan, dua kali dalam setahun untuk membuka peluang informasi lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja yang lebih baik,” ungkap Anggota Komisi IV DPRD Kota Bekasi, Rasnius Pasaribu.

Pelaksanaan Job Fair ini bisa dilakukan berbasis kemitraan guna mengefisiensikan anggaran pemerintah daerah.

Statistik terakhir kondisi ketenagakerjaan Provinsi Jawa Barat pada Februari 2024 menunjukkan penurunan TPT 0,98 persen ke angka 6,91 persen. Persentase TPT di daerah perkotaan menurun 1,36 persen dibandingkan Februari 2023, sementara di daerah pedesaan turun 0,03 persen. Mayoritas penduduk bekerja di sektor informal. (sur)

* Angkatan kerja: 1.318.330

1. Berdasarkan pendidikan:
– < SD : 125.302
– SMP : 141.919
– SMA : 297.716
– SMK : 282.533
– perguruan tinggi: 470.860

2. Berdasarkan umur:
– 15-19 : 49.799
– 20-24 : 150.805
– 25-29 : 184.182
– 30-34 : 184.375
– 35-39 : 163.423
– 40-44 : 162.269
– 45-49 : 133.745
– 50-54 : 114.370
– 55-59 : 94.010
– >60 : 81.352

* Penduduk bekerja: 1.214.160
1. berdasarkan usia (bekerja seminggu terakhir) :
– 15-19 : 26.749
– 20-24 : 109.980
– 25-29 : 162.918
– 30-34 : 184.375
– 35-39 : 160.414
– 40-44 : 157.622
– 45-49 : 130.760
– 50-54 : 110.070
– 55-59 : 89.920
– >60 : 81.352

2. Berdasarkan pendidikan :
– < SD : 115.519
– SMP : 130.610
– SMA : 263.523
– SMK : 257.516
– perguruan tinggi: 446.992

* Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT): 104.170 (7,90 persen)

1. Berdasarkan pendidikan :
– < SD : 9.783
– SMP : 11.309
– SMA : 34.193
– SMK : 25.017
– perguruan tinggi ; 23.868

* bukan angkatan kerja : 720.966
– Sekolah
– M engurus rumah tangga
– Lain-lain


Solverwp- WordPress Theme and Plugin