RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kondisi industri di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda Indonesia, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom)) mampu mencatat kinerja yang baik, dengan membukukan pertumbuhan yang positif dari sisi pendapatan, EBITDA (Laba sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi, dan Amortisasi) serta laba bersih selama tahun 2020.
Perusahaan pelat merah ini (Telkom) membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp 136,46 trilliun sepanjang tahun 2020, naik tipis 0,7% dibanding tahun 2019. EBITDA tahun 2020 tercatat Rp 72,08 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 20,80 triliun, atau masing-masing tumbuh double digit sebesar 11,2% dan 11,5%.
Hal ini memberikan sinyal optimisme bahwa digitalisasi mampu menjadi motor penggerak penanganan Covid-19, dan pemulihan ekonomi nasional.
Direktur Utama Telkom, Ririek Adriansyah menyampaikan, 2020 merupakan tahun yang sangat menantang, dan penuh dinamika bagi Indonesia, di mana pandemi Covid-19, melanda hampir seluruh dunia dan masih berlangsung hingga saat ini.
Sama halnya dengan sektor bisnis yang lain, industri telekomunikasi merasakan dampak yang cukup besar, dengan adanya pandemi. Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa pandemi juga membawa perubahan terhadap kebutuhan dan gaya hidup masyarakat, dengan tingkat adopsi digital masyarakat yang meningkat signifikan.
“Pandemi telah mempercepat transformasi digital menjadi beberapa tahun lebih cepat, dan ini menjadi ruang akselerasi bagi Telkom. Sejalan dengan langkah perseroan untuk bertransformasi menjadi perusahaan telekomunikasi digital, Telkom secara aktif terus mendukung upaya pemerintah dalam penanganan Covid-19, dan pemulihan ekonomi nasional melalui dukungan konektivitas, platform, dan aplikasi digital. Selain itu juga, bantuan sosial. Kami berkomitmen, untuk terus hadir memberikan kemudahan kepada masyarakat yang dikarenakan pandemi harus melaksanakan beragam aktivitas secara digital dari rumah, termasuk untuk bekerja dan belajar,” kata Ririek dalam siaran pers yang diterima radarbekasi.id, Kamis (29/4).
Lanjutnya, pandemi Covid-19, mendorong kebutuhan masyarakat yang lebih besar akan akses internet di rumah. Menangkap fenomena tersebut, Telkom berupaya untuk memenuhi permintaan masyarakat yang meningkat sepanjang tahun 2020, dengan melayani penambahan pelanggan IndiHome lebih dari 1,01 juta.
Sehingga, pada akhir 2020, jumlah pelanggan IndiHome mencapai 8,02 juta atau tumbuh 14,5% jika dibanding akhir 2019. Kondisi ini berdampak positif bagi perusahaan, di mana IndiHome mencatat kenaikan pendapatan signifikan sebesar 21,2%, menjadi Rp 22,2 triliun, dibanding tahun lalu, dan memposisikan diri sebagai internetnya Indonesia, dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia.
Untuk segmen Mobile, tambah Ririek, Telkomsel selaku entitas anak usaha Telkom, mencatat kenaikan trafik data yang cukup besar hingga 43,8% dibanding periode yang sama tahun lalu, menjadi 9.428 petabyte, seiring dengan semakin besarnya kebutuhan layanan data, khususnya dikarenakan perubahan gaya hidup masyarakat akibat dampak pandemi.
Dijelaskan Ririek, hal ini tidak lepas dari kontribusi dari 169,5 juta pelanggan Telkomsel, dengan pengguna mobile data tercatat sebanyak 115,9 juta pelanggan atau meningkat 5,2% dibanding tahun lalu.
Sepanjang 2020, lanjut Ririek, pendapatan Digital Business Telkomsel, tumbuh sebesar 7,0%, menjadi Rp62,33 triliun yang sekaligus menjadi katalis dalam pergeseran bisnis legacy ke layanan digital business. Kontribusi pendapatan dari Digital Business, meningkat menjadi 71,6% dari total pendapatan Telkomsel, dari 63,9% pada tahun sebelumnya.
Sebagai upaya mendukung dunia pendidikan selama masa pandemi, Telkomsel menghadirkan inisiatif Merdeka Belajar Jarak Jauh (MBJJ), yaitu penawaran spesial kuota belajar bagi masyarakat Indonesia, untuk mengakses e-learning dan kuota untuk platform konferensi video.
Total belanja modal Telkom pada 2020, tercatat sebesar Rp 29,4 triliun atau 21,6% dari total pendapatan. Penyerapan belanja modal di tahun 2020 lebih kecil daripada rencana proyeksi, dikarenakan pandemi yang mengakibatkan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Menurut Ririek, belanja modal tersebut, terutama digunakan untuk memperkuat jaringan dan infrastruktur lain-nya dalam rangka meningkatkan kapabilitas digital, untuk memberikan pengalaman digital terbaik bagi pelanggan, meliputi jaringan 4G LTE, jaringan akses serat optik ke rumah, jaringan backbone serat optik bawah laut serta menara telekomunikasi dan data center.
“Dalam rangka mendukung perekonomian nasional, Telkom mencatat nilai besaran Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) secara mandiri, sekitar 41,6% dari belanja Capex dan 92% dari belanja Opex pada tahun 2020,” tandas Ririek. (bis)