Ahad (29/3) sore, pemerintah merilis data terbaru kasus virus Corona Covid-19. Jumlah kasus positif kembali bertambah. Tercatat 1.285 kasus positif, 64 sembuh, dan 114 meninggal dunia. Ada penambahan 130 kasus.
Semakin hari, situasi di tanah air semakin berat dalam menghadapi Corona. Selain kabar kian meningkatnya jumlah korban, kita juga kerap mendengar minimnya Alat Pelindung Diri (APD) bagi tim medis di rumah sakit.
Ini sungguh memprihatinkan. Sebab tenaga medis merupakan sosok yang berjuang di garda terdepan. Mereka berjuang menangani orang yang terpapar Corona. Tapi justru mereka tak terlindungi.
Korban dari tim kesehatan sudah banyak. Dokter-dokter terbaik meninggal dunia. Banyak perawat yang juga wafat. Sungguh menyedihkan. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bahkan sudah memberi ultimatum kepada pemerintah. Jika tak bisa menyediakan APD, maka mereka tidak akan bekerja.
Pada Sabtu (27/3) kemarin, saya menyempatkan diri berkunjung ke RSUD Banyu Asih Purwakarta. Sengaja saya datang, selain untuk melihat kondisi di sana dalam menghadapi Corona, juga memberikan bantuan handsanitizer dan memompa semangat mereka.
Tak berbeda dengan di rumah sakit lain. Di sana juga keluhan serupa terlontar. Soal minimnya APD dan lainnya.
Situasi seperti ini tidak boleh dibiarkan. Harus ada tindakan segera.
Selain soal medis, kita juga dihadapkan dengan kondisi di lapangan yang masih belum kondusif. Imbauan social distancing yang kemudian diubah jadi physical distancing belum dilaksanakan sepenuhnya oleh masyarakat. Begitu pula ajakan untuk tetap di rumah saja.
Di sisi lain, kesan lambat dan gagapnya pemerintah dalam menangani masalah Corona terlihat nyata. Koordinasi pusat dan daerah pun tak jalan.
Berbagai pihak sudah meminta pemerintah untuk bergerak cepat. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah dengan melakukan lockdown. Atau karantina wilayah.
IDI dan publik sudah sering menyuarakan ini. Opsi ini memang beresiko. Terutama pada dimensi ekonomi. Tapi sejauh ini, tak ada lagi pilihan terbaik selain lockdown untuk memutus mata rantai penyebaran virus.
Belajarlah dari Ghana. Sang Presidennya yang bernama Nama Afrika Addo memutuskan lockdown meski kasus kematian akibat Corona baru empat orang.
“Kami tahu bagaimana mengembalikan kehidupan ekonomi setelah lockdown. Tapi kami tak tahu bagaimana menghidupkan orang yang telah mati.”
Segeralah bertindak cepat. Lakukan lockdown atau karantina wilayah yang sudah jadi episentrum virus seperti di Jakarta. Buat formulanya agar dapat meminimalisir dampak ekonomi. Jangan tunggu korban terus berjatuhan…(*)