Berita Bekasi Nomor Satu

Warga Mengeluh, Dua Bulan Air PDAM Tidak Mengalir

BELI AIR: Warga Kampung Turi Jaya sedang membeli air menggunakan galon sejak tidak mengalir-nya air dari PDAM Tirta Bhagasasi selama dua bulan terakhir. IST/RADAR BEKASI

BELI AIR: Warga Kampung Turi Jaya sedang membeli air menggunakan galon sejak tidak mengalir-nya air dari PDAM Tirta Bhagasasi selama dua bulan terakhir. IST/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ratusan warga kampung Turi Jaya yang ada di empat Rt di Desa Segara Makmur, kesulitan mendapatkan air bersih setelah air dari Perusahaan daerah Air Minum Tirta Bhagasasi (PDAM-TB) tidak mengalir (mati) selama dua bulan belakangan ini. Akibatnya, ratusan warga tersebut harus membeli air bersih ke DKI Jakarta.

Seperti yang disampaikan salah satu warga Kampung Turi, Yulia, warga sudah berusaha melaporkan persoalan ini langsung ke PDAM TB, hanya saja sampai sekarang belum ada perbaikan.

“Saat mati baru satu minggu, kami sudah melaporkan. Tapi tidak ada tanggapan,” sesal Yulia saat dihubungi Radar Bekasi, Sabtu (4/4).

Kata dia, selama dua bulan ini, warga di empat Rt harus membeli air bersih ke DKI Jakarta dengan harga pergalon Rp 1000, dan satu drijen Rp 1500. Pihaknya melakukan pembelian air ini menggunakan gerobak, sehingga cukup menguras tenaga.

“Kalau harga air-nya sih murah, cuma ngangkat dan ngedorong gerobak-nya butuh tenaga. Kalau mau diantar sampai rumah, untuk satu gerobak bayar Rp 50 ribu dengan isi 12 drijen,” terangnya.

Hal tersebut diperparah dengan merebaknya Virus Corona (Covid-19) di Kabupaten Bekasi. Pasalnya, dalam mengantisipasi penyebaran Covid-19 ini warga diminta harus rajin mencuci tangan. Sedangkan kondisinya sulit mendapatkan air bersih.

“Pasca mewabah-nya Covid-19, warga kesulitan mendapatkan air, apalagi untuk cuci tangan saja enggak ada, apa lagi buat mandi,” ucap Yulia.

Ditambahkan-nya, belum lama ini warga mendatangi PDAM TB untuk meminta penjelasan kenapa air di tempat tinggalnya tidak kunjung mengalir. Tapi malah diminta surat keterangan dari Rt/Rw dan seluruh warga.

“Rencananya, hari Selasa kami mau kesana lagi, dan ingin tau ada apa, dan kenapa air PDAM mati sampai dua bulan,” tukasnya.

Sementara itu, Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Bekasi, Ani Rukmini meminta PDAM TB untuk fokus dalam menangani ketersedian air untuk wilayah-wilayah yang kesulitan mendapatkan air,  seperti di Tarumajaya. Sehingga, persoalan ketersedian air ini tidak berlarut-larut.

“Saya minta PDAM TB harus secepatnya menangani permasalahan air ini. Jangan sampai berlarut-larut,” saran-nya saat dihubungi Radar Bekasi, Sabtu (4/4).

Menurut Ani, situasi seperti ini sangat memprihantinkan, mengingat air menjadi kebutuhan hajat orang banyak. Sangat vital bagi kehidupan sehari-hari.

“Jadi yang saya harapkan, Pemda melalui PDAM TB bisa berperan maksimal terkait bagaimana memfasilitasi masyarakat akan ketersedian air,” pinta Ani.

Mengenai laporan warga yang tidak direspon oleh PDAM TB, Ani meminta harus ada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dikeluarkan. Dimana masyarakat harus tahu masalah-nya apa dan butuh perbaikan berapa lama. Dirinya menyarankan, agar PDAM TB harus rajin menyampaikan pesan-pesan seperti itu.

Selain itu, lanjut Ani, selama masa perbaikan apa harus ada konpensasi. Misalkan selama melakukan perbaikan masyarakat tidak bayar bulanan. Lalu untuk sementara air akan dikirim menggunakan tangki selama perbaikan belum selesai.

“Masyarakat harus tahu. Itu masalah informasi ke publik aja. Kalau ada perbaikan sampaikan, kira-kira berapa lama perbaikan itu, lalu apa konpensasinya. Harusnya seperti itu,” tandas Ani.

Sementara itu, Humas PDAM TB, Ahmad Fauzi tidak mau merespon saat Radar Bekasi mencoba meminta penjelasan terkait air PDAM TB yang sudah dua bulan tidak mengalir ke warga yang tinggal di wilayah Tarumajaya, walaupun nomor telpon-nya aktif.  (pra)