Berita Bekasi Nomor Satu

Ribuan Perusahaan Terancam Bangkrut

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ribuan perusahaan yang ada di kabupaten Bekasi terancam gulung tikar alias bangkrut akibat terkena dampak wabah virus Corona (Covid-19). Perusahaan terancam tutup karena kelangkaan bahan baku dari China dan berkurangnya kapasitas produksi.

Ketua  Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Bekasi, Sutomo menegaskan, dari sekitar 5000 perusahaan yang ada di Kabupaten Bekasi, hampir dari setengahnya sudah menurunkan 40 persen produksinya.

“Informasinya secara resmi belum disampaikan ke setiap-setiap perusahaan, baru sekedar ucapan lisan saja, pertemuan dengan teman-teman. Khususnya untuk otomotif dan elektronik itu sudah 50 persen produksinya,” ujarnya saat dihubungi Radar Bekasi, Senin (6/4).

Dengan begitu, kata Sutomo, ada beberapa suplayer yang bekerja sama dengan induknya tadi itu (perusahaan otomotif dan elektronik), merubah hari kerjanya. Dari semula full seminggu berubah hanya dua hingga tiga hari kerja.

Sehingga dirinya menyakini, kondisi seperti ini akan berdampak untuk perusahaan yang menengah ke bawah. “Dampaknya perusahaan yang menengah ke bawa akan hancur semuanya, kalau tidak ada tolenransi apa pun untuk bisa survive,” tuturnya.

Menurutnya, kondisi perusahaan menengah ke bawah itu istilahnya hari ini ada bisnis, hari ini ada duit. Berarti kalau hari ini tidak ada bisnis, berarti tidak ada duit. Tinggal ukurannya berapa lama dia (perusahaan) bisa menghidupinya, bisa sebulan atau dua bulan.

“Perusahaan-perusahaan kecil hampir semuanya akan gulung tikar. Jumlahnya secara data dari 5 ribu perusahaan di Kabupaten Bekasi, mungkin bisa sampai 50 hingga 60 persenan perusahaan yang menengah ke bawah,” jelasnya.

Untuk perusahaan menengah ke atas dirinya memastikan, tidak akan terlalu berdampak dengan kondisi seperti sekarang, mengingat keuangannya besar, sehingga bisa survive hingga beberapa bulan. “Untuk perusahaan besar tidak terlalu berdampak, karena keuangannya kuat,” tuturnya.

Ia menyarankan, agar pihak perusahaan dan tenaga kerja menjalin komunikasi sebaik mungkin sehingga tidak terjadi sampai pemutusan hubungan kerja. Kedua belah pihak bisa mencari solusi lain selama kondisi masih seperti sekarang, mengingat perusahaan tidak bisa berbuat banyak.

“Kondisi seperti sekarang perusahaan tidak bisa berbuat banyak dan pekerja juga sama seperti itu. Jadi kedua pihak ini yang harus memahami itu, karena ini situasi yang di luar dugaan,” ungkapnya.

Ia memprediksi, akan banyak tenaga kerja yang di rumahkan (diberhentikan) dengan kondisi seperti sekarang, mengingat untuk membuat mobil atau elektronik, sebagian spare part di kirim dari China. Sementara China masuk ke Indonesia belum bisa.

“Kalau prediksi saya bisa sampai 50 persen pekerja akan diberhentikan, dari jumlah keseluruhan pekerja di Kabupaten Bekasi sekitar 2 juta orang. Karena perusahaan banyak yang tidak beroperasi, mengingat sperpaknya enggak ada di Indonesia,” jelasnya.

Ya, saat ini para pengusaha disebut sudah dan tengah mengikuti himbauan pemerintah untuk menekan penyebaran Covid-19 melalui berbagai cara. Ada yang meliburkan karyawannya sementara, menyesuaikan pengaturan jumlah dan jam kerjanya.

Situasi ini, mau tidak mau akan mempengaruhi upah yang diterima oleh karyawan. Mskipun beberapa perusahaan dilaporkan tetap membayar gaji karyawannya secara penuh, meskipun diliburkan sementara.

“Sehingga dalam artian, apabila ada perusahaan yang berupaya melakukan pencegahan dengan meliburkan karyawan supaya bisa dimusyawarahkan upahnya. Perusahaan bisa memahami, tapi dalam prakteknya, banyak perusahaan yang meliburkan dengan upah penuh,” jelas Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Bekasi, Purnomo, Senin (6/4).

Menurutnya, perlu sama-sama memahami kondisi yang saat ini terjadi, baik pekerja maupun pengusaha. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Apindo Kota Bekasi, hanya dua sampai tiga perusahaan yang meliburkan karyawannya. Sementara, beberapa perusahaan tidak dapat menghentikan aktivitas bisnis lantaran terikat kontrak dan pesanan.

Beberapa alternatif dilakukan oleh para pengusaha di Kota Bekasi, diantaranya dengan menerapkan kebijakan Work From Home (WFH) bagi karyawan staf, melakukan pergantian antara pekerja yang masuk dengan yang libur, merubah jam kerja, hingga mengurangi jumlah pekerja dengan cara masuk bergantian supaya dapat diatur jarak antara satu pekerja dengan pekerja lainnya sesuai protokol kesehatan. Meskipun demikian, ia menegaskan tidak ada pekerja yang diberhentikan dalam situasi ini.

“Oh nggak, nggak ada. Dalam arti ka ini periodenya seminggu, dua minggu,” lanjut Purnomo.

Dari sisi pengusaha, profit secara otomatis berkurang dibandingkan situasi normal. Meskipun belum bisa dipastikan kerugiannya, hal ini dipastikan lantaran kapasitas produksi berkurang, pengiriman pun terganggu. Ditambah dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan lebih besar dibanding biasanya, guna memenuhi protokol kesehatan seperti hand sanitizer dan sebagainya.

Salah satu pekerja di wilayah Kota Bekasi mengaku sudah diliburkan sejak lebih dari sepekan lalu. Beruntung, sementara ini informasi yang ia dapat, gaji akan dibayarkan penuh meskipun diliburkan.

“Sekarang libur sampai tanggal 14 mengikuti pemerintah, saya full. Ada yang gak dibayar kalau libur ditempat (perusahaan) lain, teman-teman yang beda perusahaan sering curhat,” ungkap karyawan yang bekerja di salah satu perusahaan di kawasan Rawalumbu, Supriadi (36).

Meskipun upah dibayarkan penuh dan diliburkan, pria asli Bekasi ini mengaku bingung selama libur bekerja.”Ya mau bagaimana lagi, saya juga bingung. Gak kerja kita gak makan, mau kerja tapi perusahannya ditutup,” tegasnya. (pra/sur)