Sebagaimana pernah saya usulkan, Alhamdulillahi Rabbil alamin pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di daerah Jabodetabek. Kebijakan ini ditujukan untuk memutus penyebaran Covid-19.
Namun, jika kita amati, suasana di banyak tempat relatif masih ramai meskipun PSBB sudah diberlakukan. Titik kemacetan masih terlihat di beberapa tempat. KRL bahkan masih saja penuh dengan antrian yang panjang di stasiun-stasiun kereta api.
PSBB sepertinya hanya terlihat jelas di perumahan-perumahan. Warga diam di rumah. Jalan-jalan kompleks sepi. Pintu gerbang dan portal ditutup. Akses keluar masuk dibatasi.
Sementara itu, data dari pemerintah pusat terus bergerak. Eksponensial. Melompat jauh dari data-data awal. Presiden Jokowi sendiri mengakui data yang selama ini dipublikasikan tidak dibuka semuanya. Agar rakyat tidak panik.
Semakin ke sini, secara kasat mata kita melihat kebijakan-kebijakan terkait penanganan Corona terkesan tak tepat. Banyak contohnya.
Kebijakan Kemenhub yang tetap membolehkan KRL beroperasi. Ini aneh karena tak sejalan dengan semangat PSBB. Padahal, sudah banyak pihak yang menyampaikan bahwa mata rantai virus banyak tersebar di KRL.
Ada pula Permenkumham No. 11 tahun 2020, yang membolehkan TKA khususnya dari Tiongkok masuk Indonesia. Padahal kita warga Indonesia melakukan Work From Home (WFH). Ini adalah sesuatu yang sangat disesalkan.
Soal pemotongan anggaran di sektor pendidikan dalam APBN. Yang terimbas adalah guru. Jumlahnya fantastis: Rp3,3 triliun. Pemotongan tersebut berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2020 tentang Perubahan Postur dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020.
Dalam lampiran Perpres 54/2020 Perubahan Postur dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020, tunjangan guru setidaknya dipotong pada tiga komponen yakni tunjangan profesi guru PNS daerah dari yang semula Rp53,8 triliun menjadi Rp50,8 triliun, kemudian penghasilan guru PNS daerah dipotong dari semula Rp698,3 miliar menjadi Rp454,2 miliar.
Terakhir, pemotongan dilakukan terhadap tunjangan khusus guru PNS daerah di daerah khusus, dari semula Rp2,06 triliun menjadi Rp1,98 triliun.Sementara alokasi dana infrastruktur dan pos anggaran lainnya yang seharusnya dipangkas, justru tak berubah.
Ada lagi tentang Kartu PraKerja. Anggarannya besar: Rp5,6 triliun. Pesertanya diberikan pelatihan siap kerja via online. Mereka akan menonton tutorial siap kerja.
Banyak pihak menyoroti ini. Orang sekarang butuh makan, bukan pelatihan siap kerja via online. Kalau mereka sudah siap, mau kerja dimana? Begitu nada-nada kritis publik.
Belum lagi soal tutorialnya. Materi-materi serupa ternyata bisa juga didapat dari youtube. Gratis. Kalau ini benar, bukankah menyedihkan?
Saya mengistilahkan ini sebagai fenomena salah garuk. Ketika tangan yang gatal, kaki yang kita garuk. Saat kepala yang gatal, tapi pinggang yang kita garuk. Gatal tentu saja akan tetap terjadi.
Saya perlu menyuarakan ini karena sudah menjadi keresahan di masyarakat. Mereka geram dan kecewa. Menyampaikan aspirasinya di media sosial dan sarana lainnya.
Saya yakin, jika kebijakan pemerintah tepat, publik pasti akan mendukungnya. Sebab di saat-saat seperti ini, kita harus bersatu melawan Corona.
Sebelum semuanya terlambat, salah garuk harus segera dihentikan. Fokus pada persoalan. Lakukan langkah-langkah yang tepat. Agar tak semakin banyak nyawa rakyat Indonesia yang melayang.
Insya Allah dengan semangat kebersamaan kita bisa melakukan perubahan. Kaidah perubahan dalam Islam harus dilakukan dalam semangat kebersamaan, tidak bisa sekedar semangat individu, sebagaimana firman Allah “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d : 11).
Ayat ini memberikan penekanan bahwa perubahan yang diharapkan adalah perubahan yang kolektif pada kelompok (kaum) bukan sekedar perubahan individu.
Dampaknya pun akan dirasakan bersama. Ketika masyarakat menjaga nilai kebaikan, keimanan dan ketakwaan, Allah akan turunkan keberkahan (QS:7/96). Sebaliknya, jika manusia mengabaikan nilai kebaikan semuanya akan merasakan siksaan yang tidak khusus ditimpakan kepada orang yang dzalim saja (QS: 8/25).
Mari kita galang kebersamaan dengan memberikan kontribusi apa yang kita bisa untuk penanganan Covid-19 agar wabah ini cepat mereda.(*)