Berita Bekasi Nomor Satu

Peziarah Sepi Jelang Ramadan

SEPI PELAYAT: Seorang warga berada di Tempat Pemakaman Umum (TPU) yang sepi dari pelayat di Pasir Tanjung, Cikarang Pusat, Senin (20/4). ANDI/RADAR BEKASI
SEPI PELAYAT: Seorang warga berada di Tempat Pemakaman Umum (TPU) yang sepi dari pelayat di Pasir Tanjung, Cikarang Pusat, Senin (20/4). ANDI/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Menjelang bulan Ramadan 1441 Hijriah, biasanya warga sudah mulai ramai mendatangi Tempat Pemakaman Umum (TPU) untuk melakukan tradisi ziarah kubur ke makam keluarganya.

Namun pada masa pandemi Covid-19 ini, kondisi tersebut terlihat tak seramai tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, angka peziarah meningkat pesat sejak sepekan sebelum Ramadan.

Hal ini karena banyak masyarakat sudah lebih memahami imbauan untuk tidak beraktivitas di luar rumah selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah.

Selain itu, demi menekan penyebaran virus corona, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga telah mengimbau untuk tidak melakukan ziarah kubur, seperti yang biasa dilakukan warga Indonesia saat menyambut Ramadan.

”Biasanya kalau sudah tinggal hitungan hari menjelang bulan Ramadan, para penziarah yang datang ke TPU ini sudah ramai,” kata salah satu pengjaga TPU Pasir Tanjung, Nurida saat ditemui Radar Bekasi, Senin (20/4).

Sekadar diketahui, TPU Pasir Tanjung menjadi rujukan untuk jenazah yang meninggal karena terinveksi Covid-19. Dari informasi yang dihimpun Radar Bekasi, ada delapan warga yang meninggal karena Covid-19 yang dimakamkan di TPU Pasir Tanjung. Lima diantaranya beragama Islam, dan tiga Kristiani.

Ditempat sama, salah satu warga sekitar, Tusman (45) menuturkan, sebagian warga merasa takut terpapar virus corona ketika melakukan ziarah.

”Biasanya sih ramai, sekarang malah sepi banget. Jadi tentunya rezeki warga yang berdagang terganggu. Apalagi sekarang keluarga yang ingin memakamkan melakukan pembayaran via transfer,” tutur warga Kampung Cilangpayan Pasir Desa Pasir Tanjung ini.

Sepinya para penziarah, juga berdampak pada para pedagang kembang yang berada disekitar pemkaman. ”Ketika menjelang puasa gini, omset jualan kembang itu setiap hari bisa mencapai Rp 300 ribu-Rp 500 ribu. Tapi saat ini hanya sekitar puluhan ribu,” ucap Rogayah (47).

Ia yang berjualan di sekitar pemakaman mengaku, meski ada yang berziarah dimasa pandemi, hanya bisa terhitung. Sebab kuburan yang ada disekitar jumlah-nya mencapai ribuan. Namun yang berziarah hanya satu dua ketika hari biasa. Dan hanya puluhan orang ketika hari Sabtu/Minggu.

”Jadi masalah virus ini sangat mengganggu secara keseluruhan.  Biasanya dapat rezeki, sekarang berkurang. Apalagi jualan kembang gini kan tidak bisa tahan lama, jadi saya juga jual-nya cuma sedikit,” pungkasnya. (and)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin