Berita Bekasi Nomor Satu

Antisipasi Lonjakan Kasus

ILUSTRASI: Sejumlah pengendara mengikuti proses rapid tes di komplek Stadion Patriot Candrabhaga Kota Bekasi belum lama ini. Test massif masih perlu dilakukan untuk pemetaan kasus. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI
ILUSTRASI: Sejumlah pengendara mengikuti proses rapid tes di komplek Stadion Patriot Candrabhaga Kota Bekasi belum lama ini. Test massif masih perlu dilakukan untuk pemetaan kasus. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ahli Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM UI) Pandu Riono beserta tim menilai bahwa Kota Bekasi sudah bisa melakukan relaksasi atau pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Menurut Pandu, berdasarkan hasil analisa terlihat bahwa peningkatan pemeriksaan laboratorium di Kota Bekasi dapat menekan angka kasus dan angka kematian karena Covid-19. Dijelaskannya, banyak kasus ditemukan lebih cepat, dan pasien segera ditangani sehingga tidak mengalami perburukan .

“Berdasarkan analisa diatas, maka pada saat ini Kota Bekasi sudah bisa melakukan pelonggaran PSBB secara bertahap, karena sesuai dari situasi,”jelasnya.

Menurutnya, PSBB tak dapat langsung diakhiri, hanya dapat dilonggarkan, tergantung dari kondisi epidemi dan bisa diketatkan kembali jika situasi kembali tak terkendali selama vaksin belum ditemukan. ”Ya kondisi inilah yang akan terjadi, kita harus hidup dalam kondisi normal baru (the new normal),” paparnya.

Pandu menyebut, dengan situasi ini Kota Bekasi sudah bisa memasuki masa pelonggaran, karena secara epidemiologi ada pengurangan jumlah kasus, suspect dan kematian yang diduga COVID-19 dalam kurun waktu paling sedikit 14 hari.

Selain itu, dari kesehatan masyarakat juga jumlah tes dan contact tracking, proporsi di rumah, cuci tangan, dan penggunaan masker bertambah.

“Kalaupun dari fasilitas kesehatan juga ada peningkatan kapasitas ventilator tenaga kesehatan, hingga jumlah APD yang memadai. Nah di saat tahap pelonggaran itu, saya kira sudah ada beberapa kegiatan yang diperkenankan dengan tetap perhatikan protokol kesehatan, jaga jarak dan membatasi aktivitasnya,” imbunya.

“Ya, kegiatan dengan membatasi kerumunan orang, termasuk acara keagamaan, pertandingan olahraga musik, restaurant, kedai kopi, dan lain-lain boleh buka. Lalu, mal dan pusat perbelanjaan, dan pasar non-pangan, salon, RS kecantikan, dan tempat cukur. Selain itu,pabrik yang produksi non-medis, hingga sekolah pun sudah boleh di buka,” tuturnya.

Pandu menambahkan, pada tahap pelonggaran ini terpenting, semua pihak baik itu dari pemerintah dan masyarakat harus mematuhi aturan yang ada, yakni protokol kesehatan dengan tetap mengunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan tak terlalu banyak berkerumun juga merupakan pilihan terbaik yang paling bisa dilakukan semua pihak.

Lanjut Pandu, proses peningkatan pemeriksaan laboratorium terutama untuk PCR dengan lakukan tracking kasus dengan baik, dan benar akan tetap dapat menekan angka kasus di Kota Bekasi. ” Yang jelas, apabila masyarakat tak disiplin maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi kembali lonjakan kasus seperti bulan Maret – April 2020, atau yang disebut gelombang kedua,” pungkas Pandu.

Terpisah, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengungkap, Kota Bekasi sudah bisa melakukan relaksasi atau pelonggaran untuk Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“Ya, hasil kajian ahli epidemiologi mengungkap, bahwa Mei 2020 itu angka reproduksi tingkat penularan awal virus corona penyebab Covid-19 (Rt) di Kota Bekasi adalah 0,91 persen, dan angka ini turun drastis dari angka sebelumnya yang capai 9, pada bulan April 2020, dan harus terus diusahakan untuk terus turun karena Kota Bekasi itu mampu dan bisa melakukannya,” ungkapnya Rabu (10/6).

Melihat data yang ada, kata pria yang akrab disapa Pepen ini, sebelumnya satu orang menulari sembilan orang pada awal Pandemi Covid-19. Saat ini angkanya bisa ditekan, dimana satu orang hanya mampu menularkan satu orang .

“Angka (RT) angka reproduksi saat ini, berada diangka 0,91 dan masuk dalam kategori angka ideal yaitu dibawah 1, artinya penyebaran virus di Kota Bekasi dalam posisi terkendali. Jadi, jika awalnya masyarakat Kota Bekasi sangat aktif pergerakannya, maka pada saat pelaksanaan PSBB terjadi penurunan sehingga tingkat penularan Covid-19 dapat ditekan,” kata Pepen.

Dirinya mengakui, penekanan penyebaran Covid-19 berkat kerjasama dari semua pihak. Seperti, pada masa PSBB masyarakat patuh. Hanya pada akhir Mei, pergerakan masyarakat naik karena ada aktivitas perayaan Idul Fitri dan ini terjadi pada daerah perbatasan.

“Pada prinsipnya, semakin banyak orang berada di rumah, makin kecil penularan. Sebaliknya, semakin banyak orang di luar rumah maka makin tinggi penularan,” ujarnya.(mhf)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin