Tak perlu mengutuk kegelapan. Yang perlu kita lakukan adalah menyalakan lilin agar ada cahaya menerangi.
Pernahkah mendengar atau membaca petuah bijak ini? Tiba-tiba saya teringat kalimat sarat makna ini, ketika merenungi perjalanan bangsa dan viralnya film pendek ‘Tilik’ dengan tokoh antagonis bernama Bu Tejo.
Jika kita mau jujur, di usianya yang ke-75 tahun, negeri kita masih belum sepenuhnya keluar dari terowongan panjang nan gelap. Kemerdekaan memang sudah kita dapatkan. Tapi dalam perjalanan mengisinya, kerap kali kita kembali masuk dalam lorong gulita. Terlebih di masa pandemi Covid-19 ini.
Saat ini, kita sedang mengalami krisis kesehatan. Virus Corona telah sukses menyerang ratusan ribu orang di Indonesia. Ribuan meninggal dunia. Di dunia, jumlah yang positif Corona berjumlah puluhan juta.
Boleh dikatakan, kita sedang berada dalam lorong gelap di dunia kesehatan. Pandemi ini belum bisa diprediksi kapan akan berakhir. Sementara vaksinnya masih belum juga ditemukan. Masih dalam taraf ujicoba.
Krisis kesehatan merembet pada krisis ekonomi. Dunia usaha terkena imbasnya. Banyak karyawan di-PHK. Pengangguran melimpah. Perusahaan berderet bangkrut. Lowongan pekerjaan sulit didapat. Pertumbuhan ekonomi kita minus 5,32 persen. Resesi ekonomi di depan pintu. Kita berada dalam terowongan gelap bernama krisis ekonomi.
Lalu muncul lagi krisis sosial. Di masyarakat, kerap kita dengar kabar miris dalam menyikapi orang yang terkena corona. Dikucilkan, ditolak jenazahnya hingga diminta untuk pergi dari lingkungan sampai sembuh. Kita sedang berjalan dalam terowongan gulita krisis sosial.
Di tengah situasi kita yang masih berada dalam terowongan panjang nan gelap, apa yang harus kita lakukan?
Krisis kesehatan, ekonomi dan sosial ini harus disikapi dengan beragam hal positif. Empati, bergandengan tangan, meningkatkan kepedulian adalah sedikit contoh lakon yang harus kita kerjakan.
Jika ada tetangga kita yang terpapar Corona, bantu dan dukung. Jangan dikucilkan. Rangkul mereka dengan memberikan bantuan logistik dan mental selama masa isolasi.
Jika ada saudara atau tetangga kita yang di-PHK, ulurkan tangan kita. Berikan dukungan sebisa kita. Dengan berbagi makanan, atau dalam bentuk lain.
Jika ada saudara kita yang berjualan untu bertahan hidup, beli dagangan mereka. Tak perlu menawar. Apalagi minta diskon. Dengan membeli dagangannya, kita telah memberikan bantuan yang mereka butuhkan.
Sikap dan perilaku positif di atas adalah tejo. Dalam Bahasa Jawa, tejo artinya cahaya. Ya, cahaya yang sedikit banyaknya membantu menerangi terowongan gelap yang saat ini sedang kita jalani.
Jadilah tejo bagi orang-orang terdekat kita. Bagi lingkungan sekitar kita. Bagi bangsa dan negara tercinta. (*)