Berita Bekasi Nomor Satu

Santri: Heroisme dan Nasionalisme di Masa Pandemi

Istilah santri sejatinya identik dengan heroisme, kegigihan dan nasionalisme. Ini tak berlebihan. Jika menilik sejarah lahirnya Hari Santri Nasional yang sekarang diperingati, kita tak bisa membantahnya.

Hari Santri Nasional merujuk pada satu peristiwa bersejarah. Yakni seruan Pendiri Nahdlatul Ulama, Hadrotusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober 1945. Kita mengenalnya sebagai Resolusi Jihad.

Isinya, perintah kepada umat Islam untuk berperang (jihad) melawan tentara sekutu.  Seruan ini dikumandangkan karena Para Penjajah ingin menduduki kembali wilayah Republik Indonesia pasca Proklamasi Kemerdekaan. Sekutu disini adalah Inggris sebagai pemenang Perang Dunia II, untuk mengambil alih tanah jajahan Jepang.

Dari Resolusi Jihad ini, kita kemudian mengenal peristiwa lanjutannya yang menyejarah. Yaitu perlawanan Arek-Arek Suroboyo dibawah komando Bung Tomo. Pekik takbir Bung Tomo melegenda. Melecut semangat rakyat Surabaya bertarung melawan Tentara Sekutu.

Heroisme dan nasionalisme santri tak terlepas dari sosok santri itu sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), santri adalah orang yang mendalami agama Islam; orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh; orang yang saleh.

Sementara itu, KH Abdullah Gymnastiar menulis di akun Instagramnya pada tahun lalu. Tulis Aa Gym:

Santri adalah pribadi tulus dan tawadhu, yang tak mengenal lelah dan henti untuk belajar dan berlatih. Hingga menjadi cahaya dan bukti indahnya Islam Rahmatan Lil ‘alamiin.

Sedangkan KH Mustofa Bisri atau Gus Mus mendefinisikan santri  tak hanya ada di pesantren. Tapi setiap orang yang memiliki akhlak dan sifat yang baik, juga hormat kepada gurunya.

Kesalehan, ketawadhuan, kegigihan dan ketaatan melekat pada karakter santri. Karena itu, tak heran jika itu semua memunculkan heroisme dan nasionalisme. Sekaligus menjadi bukti tak terbantahkan, bahwa Islam sejalan dengan semangat membela Tanah Air.

Hari ini, ketika pandemi Covid-19 masih terus berlangsung, karakter santri di atas menjadi sangat relevan. Bangsa dan negara ini butuh sosok-sosok yang bisa menjadi problem solver ketika krisis kesehatan dan resesi ekonomi terjadi.

Santri, sebagai salah satu entitas bangsa, memiliki peran strategis dalam konteks ini. Apalagi santri tak asing dengan disiplin dan kebersihan. Dua hal yang menjadi kunci dalam penanganan wabah.

Kita semua berharap, santri, baik yang masih sekolah ataupun yang telah lulus, dapat terus mengambil peran ini di masyarakat. Seperti yang sudah dibuktikan selama ini. Sebab, untuk Indonesia yang kuat, kita perlu santri yang sehat.

Semoga.(*)