Berita Bekasi Nomor Satu

Rombel dan Siswa Ditambah

Illustrasi: Sejumlah siswa mengikuti simulasi kegiatan belajar mengajar tatap muka di SDN 6 Pekayon, Bekasi Selatan, Senin (3/8) lalu.Simulasi akan kembali dilakukan jelang wacana KBM tatap muka awal tahun 2021 nanti. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sepekan pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pada masa Adaptasi Tatanan Hidup Baru Satuan Pendidikan (ATHB-SP) berjalan di Kota Bekasi, serangkaian catatan dikantongi untuk memperbaiki pelaksanaan selanjutnya. Hasil sementara ini, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi tengah mempertimbangkan penambahan jumlah sekolah, jumlah Rombongan Belajar (Rombel), dan jumlah siswa lebih banyak pada pelaksanaan ATHB-SP.

Setahun Belajar Dari Rumah (BDR) atau Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring) dilakukan, maka sudah seharusnya guru sudah mulai beradaptasi. Namun, efektivitas pembelajaran oleh siswa masih menjadi pertanyaan, ditambah dengan fenomena gangguan sosial dan emosional yang dihadapi oleh siswa.

Meskipun sempat kebingungan pada pekan pertama pembelajaran Daring, guru sudah beradaptasi dan mampu menyesuaikan diri untuk memberikan pembelajaran Daring, peningkatan kompetensi teknologi guru terjadi dengan cepat setelah dipaksa oleh keadaan.

Setelah muncul dorongan dari orang tua siswa dan pengakuan kurang efektifnya pembelajaran Daring oleh Disdik Kota Bekasi, Kota Bekasi mulai melaksanakan PTM terbatas di 88 Sekolah Dasar (SD) dan 22 Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagai media beradaptasi. Kombinasi pembelajaran Daring dan Luring segera dilaksanakan, siswa yang tidak mendapatkan giliran atau belum mendapatkan persetujuan orang tua dapat menyaksikan secara langsung meskipun Daring pembelajaran dikelas.

Evaluasi telah dilakukan oleh Disdik Kota Bekasi akhir pekan kemarin, ada beberapa catatan yang dikantongi. Satu catatan kekurangan ada pada ketepatan waktu penjemputan siswa di tingkat SD tidak tepat waktu, hal ini harus menjadi perhatian dan diperbaiki pada pekan selanjutnya.

“Memang ada beberapa sekolah yang belum maksimal, seperti antar jemput itu ada di beberapa sekolah yang agak nggak tepat waktu. Kalau untuk disiplin Prokes itu Alhamdulillah lancar,” papar Kepala Disdik Kota Bekasi, Inayatullah kepada Radar Bekasi, Minggu (28/4).

Meskipun kepatuhan terhadap Protokol Kesehatan (Prokes) dinilai lancar, namun tetap harus ditingkatkan oleh tiap sekolah. Mempertimbangkan masukan dari orang tua siswa, pihaknya tengah mengajukan kepada Wali Kota Bekasi untuk penambahan sekolah, Rombel, dan jumlah siswa dalam PTM.

Selama sepekan kemarin, dalam satu sekolah, masing-masing hanya tiga Rombel. Dengan ketentuan tiap Rombel berisi 18 peserta didik. Penambahan Rombel yang tengah dipertimbangkan hasil evaluasi pekan pertama kemarin akan dilaksanakan secara bertahap, ditarget mulai akhir bulan Maret atau Awal bulan April mendatang.

“Ada (opsi penambahan Rombel, Sekolah, dan jumlah siswa), justru minta ditambah Rombelnya, kalau sekarang kan tiga kelas berisi 18 orang. Nah ini akan ditingkatkan lagi secara bertahap menjadi lima Rombel, jadi lima dikali 18 (siswa) kan gitu,” tambahnya.

Pekan kemarin, tidak semua sekolah yang terdaftar melaksanakan PTM berjalan mulus, satu sekolah tingkat dasar terpaksa ditunda pelaksanaannya lantaran didapati informasi salah satu guru terkonfirmasi Covid-19. Meskipun diyakini selama ini guru mengajar dari rumah atau tidak hadir di sekolah, PTM di sekolah tersebut ditunda untuk menghindari persepsi publik yang tidak diinginkan.”Kebetulan memang gurunya sudah WFH, jadi nggak masuk. Karena kedengeran ada (guru) yang positif yasudah kita tunda,” tukasnya.

Ketua Dewan pendidikan Kota Bekasi Ali Fauzi mengaku ada beberapa catatan yang harus menjadi perbaikan Disdik Kota Bekasi dan kepala sekolah penyelanggara PTM. Disdik harus membuat tim koordinasi harian, untuk memantau pelaksanaan PTM disekolah secara langsung. Monitoring ini dilakukan guna mengatasi permasalahan yang ada dilapangan agar bisa ditangani secara langsung.

Selain itu, Disdik serta sekolah harus memastikan siswa aman sampai ke rumah. Tidak hanya sebatas diluar gerbang, namun memastikan kepada orang tua bahwa siswa tersebut sudah sampai ke rumah masing-masing.”Nanti akan menjadi masalah, takutnya anak main dulu, sehingga tidak mematuhi prokes. Makanya disini perlu koordinasi oleh sekolah kepada orang tua siswa,” ucapnya.

Memaksimalkan ruang isolasi sekolah, yaitu ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) juga perlu dilakukan. Agar dalam hal ini, siswa yang didapati memiliki suhu badan tinggi. Dapat ditempatkan di ruang isolasi sampai Dinkes dapat menanganinya.

Dia juga meminta dalam pelaksanaan PTM siswa memakai seragam sesuai dengan jadwal seragam sekolah yang diberikan. ” Minggu kemarin pelaksanaan PTM diputuskan agar siswa memakai baju bebas, tetapi kami memberikan masukan agar siswa memakai seragam sekolah. Sehingga pengawasan dapat dilakukan untuk seluruh warga, bahwa kota Bekasi saat ini sedang melaksanakan PTM,” jelasnya.

Hingga saat ini, ada 338 rombongan belajar dan 6.750 siswa yang melaksanakan PTM di 110 sekolah Kota Bekasi.”Dewan pendidikan akan menerjunkan anggotanya untuk pelaksanaan monitoring di setiap kecamatan, jadi kami akan melakukan monitoring dalam pelaksanaan PTM nanti,” pungkasnya.

Sebelumnya, Manager Registrasi dan Assessment Universitas Terbuka Jakarta, Yasir Riyady memaparkan sederet kendala oleh guru maupun siswa. Bagi guru, dalam pelaksanaan pembelajaran Daring yang sudah berjalan selama ini, perlu diperhatikan kompetensi literasi digital dan metode pembelajaran yang menyenangkan secara Daring.

Sementara bagi siswa, kenyataannya belajar didepan perangkat baik gadget maupun laptop menjadi tekanan tersendiri dalam diri siswa. Efek yang lain, pembelajaran ini mempengaruhi kondisi sosial dan emosional siswa selama Daring. Disamping kendala lain seperti ketersediaan perangkat, kuota internet, hingga kualitas jaringan internet yang kerap dihadapi oleh siswa di daerah terluar.

“Kompetensinya harus kita lihat dari banyak faktor ya, (faktor) internal maupun eksternal. Kalau internal itu berarti SDM (individu manusia) itu sendiri,” paparnya dalam sesi talk show funday HUT Kota Bekasi ke-24 yang dilaksanakan belum lama ini.

Situasi kali ini berbeda dengan situasi lima tahun lalu, semua kegiatan dilakukan secara konvensional (off line), bahkan saat ini banyak platform edukasi yang dimanfaatkan oleh siswa untuk belajar. Platform edukasi online ini tidak bisa mengalahkan peran guru untuk mendidik yang ia sebut dengan sentuhan hati.

Saat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI membuka peluang untuk PTM bulan Juli mendatang, pembelajaran Daring diprediksi tidak berhenti begitu saja, melainkan tetap dilaksanakan dengan dua metode pembelajaran. Maka, guru harus memiliki kompetensi untuk mengajar secara Daring maupun Luring.”Nah, nanti akan kita lihat nih, kemungkinan Daring itu tidak akan hilang atau stop begitu saja, kemungkinan akan menjadi habit (kebiasaan), jadi antara Daring dan Luring,” tambahnya. (Sur/dew)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin