Berita Bekasi Nomor Satu

Guru Merasa Keteteran

athb
ILUSTRASI: Siswa SDN Kota Baru IX Bekasi saat mengikuti ATHB-SP. Sebagian guru di sejumlah sekolah merasa keteteran selama penerapan ATHB-SP. FOTO: DEWI WARDAH/RADAR BEKASI
athb
ILUSTRASI: Siswa SDN Kota Baru IX Bekasi saat mengikuti ATHB-SP. Sebagian guru di sejumlah sekolah merasa keteteran selama penerapan ATHB-SP. FOTO: DEWI WARDAH/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sebagian guru di sejumlah sekolah merasa keteteran selama penerapan Adaptasi Tatanan Hidup Baru Satuan Pendidikan (ATHB-SP) atau Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas di Kota Bekasi. Pasalnya, mereka harus mengajar secara daring dan luring di masa pandemi Covid-19 ini.

Hal itu terungkap dalam evaluasi ATHB-SP yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan (Disdik) bersama sekolah. Diketahui, ATHB-SP yang dimulai sejak 22 Maret 2021 sampai saat ini sudah memasuki tahap ketiga dengan jumlah penyelenggara 262 sekolah jenjang SD dan SMP negeri dan swasta.

Kepala SMPN 1 Kota Bekasi Muktia Wahyudi mengungkapkan, evaluasi ATHB- SP dilakukan rutin setiap hari maupun minggunya.

“Evaluasi yang dibahas bersama dengan Disdik ialah terkait kendala teknis. Kendala teknis yang dimaksud ini, misalnya guru harus melayani anak yang belajar dalam waktu yang bersamaan. Karena dalam 1 kelas itu ada anak yang ikut tatap muka dan juga belajar secara daring,” tutur Muktia kepada Radar Bekasi, Senin (3/5).

Menurutnya, semua siswa memiliki hak sama untuk belajar. Oleh karena itu, pembagian waktu dalam proses pembelajaran secara daring maupun luring menjadi evaluasi sekolah agar tetap berjalan dengan baik.

“Pembagian waktu ini menjadi evaluasi lanjutan, karena memang cukup keteteran juga guru. Jadi bekerja dua kali untuk proses pembelajaran ini, kita diminta untuk benar-benar bisa membagi waktu agar siswa bisa sama-sama belajar,” katanya.

Evaluasi juga mengenai hal non-teknis. Yakni mengenai kekhawatiran orang tua pada anaknya. “Masih ada beberapa orang tua yang kurang percaya untuk keselamatan dan kesehatan anaknya ketika melaksanakan PTM,” katanya.

Guru SDN Kota Baru IX Bekasi Nugraheni Rachmawati mengaku, selama penerapan ATHB-SP beban kerja guru bertambah.

“Dalam pelaksanaan ATHB-SP ini, kita sebagai guru memang ekstra sekali untuk mengajar. Karena tidak hanya mengajar secara luring saja, tapi kami juga memiliki kewajiban untuk mengajar secara daring,” tuturnya.

Sekretaris Disdik Kota Bekasi Krisman Irwandi mengatakan, evaluasi ATHB-SP akan kembali dilakukan pada Rabu (5/5)

“Evaluasi yang kami lakukan adalah terkait kondisi pembelajaran, situasi anak dan efisiensi pelaksanaan proses pembelajaran baik secara daring maupun luring,” katanya.

Disdik meminta agar proses pembelajaran baik secara daring maupun luring dapat berjalan dengan sinkron. Dengan demikian, seluruh siswa mendapatkan materi pembelajaran yang sama.

“Semua harus sinkron dan semua siswa harus mendapatkan materi juga penjelasan yang sama, baik secara daring maupun luring,” pungkasnya. (dew)

Solverwp- WordPress Theme and Plugin