Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

RS Tambah Tempat Tidur

RADARBEKASI.ID, BEKASI SELATAN – Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi akan menambah 400 tempat tidur atau Bed isolasi di Rumah Sakit (RS). Pemerintah dinilai perlu memastikan kesanggupan infrastruktur Fasilitas Kesehatan (Faskes) dalam menghadapi kemungkinan terburuk pada puncak gelombang ketiga Covid-19.

Keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Ratio (BOR) RS di Kota Bekasi meningkat seiring waktu, saat ini ada 552 pasien menjalani perawatan di RS, BOR ICU tercatat 13,18 persen atau sebanyak 17 pasien Covid-19 mendapat perawatan di ruang ICU. Belakangan disampaikan bahwa mayoritas pasien ini adalah masyarakat yang belum mendapat suntikan vaksin dosis lengkap atau dua dosis.

Pemerintah pusat telah memutuskan sejumlah kebijakan di tengah serangan virus varian Omicron, untuk Faskes, dilakukan peningkatan sarana dan prasarana. Didalamnya termasuk Nakes, obat-obatan, dan penambahan jumlah tempat tidur dengan mengkonversi tempat tidur perawatan pasien umum menjadi tempat tidur khusus perawatan isolasi pasien Covid-19.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi, Tanti Rohilawati menyampaikan bahwa Pemkot Bekasi telah meminta 42 RS swasta menambah tempat tidur untuk perawatan pasien Covid-19. Saat ini, total keseluruhan tempat tidur ruang rawat isolasi dan ICU sebanyak 1.217 unit, langkah antisipasi ini dilakukan saat pasien di RS sudah lebih dari 500 pasien, 55 persen jumlah pasien ber KTP luar Kota Bekasi.

Permintaan RS untuk meningkatkan kapasitas rawat pasien Covid-19 ini disampaikan oleh Plt Walikota Bekasi, Tri Adhianto. Direktur RS swasta yang hadir menyampaikan kesanggupannya, jumlahnya bervariasi mulai dari kesanggupan menambah 14 hingga 15 unit tempat tidur. Dengan asumsi masing-masing RS menambah rata-rata 10 tempat tidur, maka diperkirakan bertambah 420 unit tempat tidur.

“Nanti kita rekap dulu hasil dari pada penyampaian dari masing-masing direktur, rata-rata 15 tempat tidur dari 42 RS, atau rata-rata 10 tempat tidur sudah lumayan, bisa mencapai tiga ribuan (total tempat tidur yang tersedia),” kata Tanti, Senin (7/2).

Ada lebih dari 11 ribu kasus terkonfirmasi positif Covid-19 menjalani isolasi mandiri di rumah, belasan ribu kasus tersebut disampaikan tidak bergejala. Pemkot Bekasi meminta masyarakat untuk tidak panic mengingat gejala yang timbul relatif ringan hingga tidak ada gejala yang menunjukkan tingkat vatalitas yang tinggi, namun dengan catatan masyarakat tetap waspada.

Dinkes belum mendata secara spesifik kasus aktif terkonfirmasi termasuk penyintas atau bukan. Namun, dipastikan jumlah kasus baru akhir-akhir ini diatas 2 ribu kasus, tidak terkecuali menginfeksi Tenaga Kesehatan (Nakes).”Nakes sudah ada 50an yang sudah terkonfirmasi,” tambahnya.

Trend kasus baru hingga kasus kematian di Indonesia merangkak naik selama 14 hari terakhir, situasi ini oleh LaporCovid-19 dinilai merupakan sinyal bahaya. Peningkatan jumlah kasus di DKI Jakarta dan Jawa Barat dalam catatan Lapor Covid-19 mewakili 65 persen kasus baru per tanggal 3 Februari lalu.

Peningkatan kasus di DKI Jakarta, wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Bekasi melonjak 6 kali lipat. Sedangkan di wilayah Jawa Barat, meningkat 13 kali lipat dalam 14 hari terakhir.

“Fakta tersebut merupakan sinyal bahaya sekaligus siaga bagi kita agar tetap mematuhi protokol kesehatan, mempercepat progres vaksinasi, dan memperketat mobilisasi kembali,” ungkap Data Analyst LaporCovid-19, Said Fariz Hibban.

Ditengah peningkatan kasus, Faiz menyampaikan ada bahaya terselubung yang berperan membahayakan kewaspadaan masyarakat, ditambah dengan asumsi bahwa situasi sudah aman. Justru sebaliknya, kondisi naiknya penyebaran Covid-19 ini akan nampak keparahannya ketika penularan kasus baru semakin tidak terkendali, kapasitas RS menipis, sebagaimana yang terjadi pada gelombang varian delta.

Dalam situasi ini pemerintah dinilai perlu memastikan kesanggupan infrastruktur pelayanan kesehatan.

“Pemerintah juga perlu memastikan kesanggupan infrastruktur pelayanan kesehatan dalam menghadapi kemungkinan terburuk dari puncak gelombang ketiga Covid-19,” sambung Fariz.

Beberapa opsi yang bisa menjadi pilihan kebijakan pemerintah dalam hal ini pengetatan aktivitas masyarakat dan kegiatan ekonomi, kembali mengetatkan peraturan penerapan Prokes, serta meningkatkan jumlah testing harian. Peningkatan jumlah testing dinilai penting untuk menekan laju penularan virus yang akhir-akhir ini terjadi begitu cepat.

Juru Bicara Satgas Covid-19 Kabupaten Bekasi, Alamsyah mengatakan kasus positif aktif sekarang ini dua kali lipat dari angka kasus saat puncak varian Delta. Menurutnya, penyebaran kasus ini tidak terpusat di klaster tertentu, akan tetapi tidak menyebar. Seperti klaster sekolah 47 orang, industri 488 orang, dan selebihnya klaster rumah tangga.

Namun demikian, sampai saat ini diketahui baru ada satu kasus Omicron yang sudah terkonfirmasi. Kata Alamsyah, bor rumah sakit untuk ICU 9 persen dan ketersedian Non ICU 49 persen, jumlah tersebut baru setengah dari kapasitas maksimal seperti puncak kasus Delta. Artinya, Bor masih sangat terkendali.

“Kita siapkan 1000 tempat tidur. Kebanyakan orang yang positif isolasi sendiri di rumah, karena gejala ringan maupun tanpa gejala. Yang dirawat 200 orang, tersebar seluruh 52 rumah sakit rujukan. Hanya ada sembilan orang yang di ICU, selebihnya itu di ruang perawatan biasa,” jelasnya.

Sementara itu, Kapolres Metro Bekasi, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan menuturkan, sebanyak lima anggota kepolisian Polsek Cikarang Utara terkonfirmasi kasus Covid-19. Penyebabnya, ada interaksi antara tersangka yang kebetulan positif dengan anggota Polsek Cikarang Utara.

“Ada interaksi antara tersangka yang kebetulan positif dengan anggota Polsek Cikarang Utara. Ada lima anggota Polsek Cikarang Utara yang positif,” tuturnya.

Dirinya memastikan, pelayanan di Polsek Cikarang Utara tetap berjalan. “Pelayanan tidak ada masalah, berjalan seperti biasa, anggota juga masih banyak,” ucapnya.(sur/pra)

 


Solverwp- WordPress Theme and Plugin