RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kekalahan telak Timnas Indonesia 0-10 dari Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia 2014 masih menjadi luka mendalam bagi sejarah sepak bola Indonesia.
Laga yang berlangsung pada 29 Februari 2012 di Stadion Nasional Bahrain itu menjadi kekalahan terbesar yang pernah diderita skuad Garuda di level internasional.
Pada awal 2012, situasi sepak bola Indonesia sedang tidak stabil. Setelah Djohar Arifin terpilih menjadi Ketua Umum PSSI periode 2011-2015, terjadi dualisme liga yang mempengaruhi persiapan Timnas Indonesia.
BACA JUGA: Data dan Fakta Jelang Pertemuan Indonesia vs Bahrain, Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia
Kompetisi yang diakui PSSI saat itu adalah Indonesia Premier League (IPL), sementara Indonesia Super League (ISL) dianggap tidak sah.
Kebijakan ini berdampak besar pada komposisi skuad Timnas Indonesia. Pelatih Aji Santoso hanya bisa memanggil pemain dari klub-klub IPL untuk mengikuti pemusatan latihan di Batu, Malang.
Pemain-pemain bintang dari ISL, seperti Boaz Solossa, Firman Utina, Bambang Pamungkas, dan Hamka Hamzah, yang sebelumnya menjadi tulang punggung Timnas Indonesia, tidak bisa dipanggil.
BACA JUGA: Mees Hilgers dan Eliano Reijnders Ambil Sumpah WNI di Belgia
Dalam daftar 28 pemain yang dipanggil, semuanya berasal dari klub IPL, membuat Timnas Indonesia kehilangan banyak pemain inti. Pemain-pemain terbaik Indonesia saat itu bermain di ISL, namun karena ketidakpastian status liga, mereka tak bisa memperkuat tim nasional. Ini tentu menjadi dilema besar bagi Aji Santoso.
Persiapan Timnas Indonesia semakin terganggu ketika beberapa pemain yang dipanggil mundur dari skuad. Pemain seperti Kurnia Meiga, Dendi Santoso, Johan Ahmad Alfarizi, Hendro Siswanto, dan Sunarto memilih bergabung dengan Arema Cronus, klub yang berkompetisi di ISL, membuat Aji harus mencoret mereka dari daftar pemain.
Timnas Indonesia sempat menggelar uji coba melawan Persebaya 1927 di Stadion Gelora Bung Tomo pada 24 Februari 2012. Hasilnya, Indonesia kalah 0-1 lewat gol tunggal Otavio Dutra. Kekalahan ini semakin menunjukkan betapa minimnya persiapan Timnas Indonesia jelang laga krusial melawan Bahrain.
Dengan segala keterbatasan yang ada, Aji Santoso tetap berusaha memberikan yang terbaik. Pada 25 Februari, ia menetapkan 18 pemain yang akan dibawa ke Bahrain untuk bertanding di Kualifikasi Piala Dunia 2014. Namun, dengan kondisi skuad yang seadanya dan persiapan yang minim, harapan untuk meraih hasil positif terasa semakin tipis.
Saat hari pertandingan tiba, malapetaka langsung menghampiri Timnas Indonesia. Baru berjalan dua menit, kiper sekaligus kapten tim, Syamsidar, diusir keluar lapangan setelah mendapat kartu merah akibat melakukan pelanggaran keras di kotak penalti. Keputusan ini menjadi titik awal kehancuran bagi skuad Garuda.
Andi Muhammad Guntur, satu-satunya kiper pengganti yang dibawa, segera masuk menggantikan Syamsidar. Namun, dengan bermain 10 orang, pertahanan Indonesia menjadi semakin rapuh. Bahrain langsung memanfaatkan situasi tersebut dan mulai mencetak gol demi gol.
BACA JUGA: Prediksi Susunan Pemain Timnas Indonesia vs Australia, Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia
Ismael Abdullatif membuka skor pada menit kelima dan mencetak hattrick dalam laga tersebut. Selain itu, Sayed Dhiya Saeed juga mencetak hattrick, sementara Muhammad Al Alawi dan Mahmood Abdulrahman masing-masing menyumbang dua gol. Indonesia benar-benar dipermalukan dengan skor 10-0.
Kekalahan ini tak hanya mengejutkan publik sepak bola Indonesia, tetapi juga dunia internasional. FIFA sempat melakukan penyelidikan terhadap hasil pertandingan tersebut, mengingat Bahrain memang membutuhkan kemenangan besar untuk menjaga peluang lolos ke babak berikutnya. Namun, setelah diselidiki, FIFA tidak menemukan adanya indikasi pengaturan skor.
Bahrain membutuhkan kemenangan dengan selisih sembilan gol agar bisa bersaing dengan Qatar di klasemen Grup E. Sebelum pertandingan melawan Indonesia, Bahrain memiliki enam poin, sedangkan Qatar sembilan poin. Jika Bahrain menang 10-0 atas Indonesia dan Qatar kalah dari Iran, Bahrain akan lolos ke fase selanjutnya berkat selisih gol.
Meski Bahrain menang besar, mereka tetap gagal melaju ke babak berikutnya. Qatar bermain imbang 2-2 melawan Iran, yang membuat poin mereka menjadi 10 dan Bahrain hanya memiliki sembilan poin. Sementara itu, Indonesia berada di dasar klasemen Grup E tanpa satu pun kemenangan.
Kekalahan telak dari Bahrain menjadi salah satu momen paling memalukan dalam sejarah sepak bola Indonesia. Skuad yang tidak lengkap, persiapan yang minim, serta masalah internal yang melanda sepak bola nasional saat itu, semuanya berkontribusi pada hasil buruk tersebut. Aji Santoso, yang hanya bisa bekerja dengan pemain seadanya, tak bisa berbuat banyak untuk menghentikan serangan demi serangan Bahrain.
Pertandingan ini juga menjadi cerminan betapa buruknya kondisi sepak bola Indonesia pada waktu itu. Dualisme liga dan ketidakjelasan regulasi membuat Timnas Indonesia kehilangan kesempatan untuk tampil dengan kekuatan penuh. Situasi ini menghambat perkembangan sepak bola Indonesia dan memengaruhi performa tim nasional di level internasional. (rbs/jpc)