Berita Bekasi Nomor Satu

Ziarah ke Makam Sunan Ampel dan Bertemu Dzurriyyah Rasul

Berderet kendaraan memasuki kawasan Masjid Ampel Surabaya, pelan-pelan. Jalanan juga tak cukup untuk dua kendaraan. Kendaraan berjalan merayap. Sesekali menyapa masyarakat yang melintas.

Itulah suasana Rabu, (2/12) siang, saat saya datang kawasan Makam Sunan Ampel yang sudah dibuka pada masa pandemi. Kondisinya masih sepi. Tiba di lokasi, Habib Mustofa Al Hadad menantu Habib Ali bin Hoesin Alhaddad salah satu tokoh habaib di kawasan Ampel, Surabaya menyambut saya dan rombongan.

Dengan ramah dan penuh kehangatan, beliau mengajak saya memasuki kawasan makam Sunan Ampel, salah satu walisongo. Saya diajak masuk melalui pintu khusus, pintu tengah. Pintu kanan dan kiri biasanya yang sering dibuka untuk umum. Pintu khusus pria, pintu khusus wanita.

Di pintu tengah ini sudah berjajar beberapa makam. Tandanya pada nisan, tanpa cungkup, kemudian dilapisi keramik. Lalu tepat makam Sunan Ampel bersama sang istri, hamparan pasir putih pantai menggantikan keramik. Jika mau berdoa saat ziarah, maka duduk di pasir putih mesti dilakukan. Suasana tersebut menambah syahdu. Kita seolah diajak ke masa-masa dakwah para Walisongo. Sederhana namun memikat.

Usai duduk bersila, kemudian salah satu dzurriyyah Sunan Ampel memimpin doa. Lantas memimpin tahlil. Usai tahlil, ditutup doa.

Saya  memaknai ziarah ke makam Sunan Ampel sebagai peneguk spirit keberlanjutan dakwah dari Walisongo kepada generasi sekarang.

Ziarah ini memperkukuh kesinambungan risalah dakwah yang akan kita lanjutkan hari ini. Didampingi dzurriyyah Sunan Ampel, kita banyak memetik pelajaran apa yang sudah dilakukan Sunan Ampel dalam menyebarkan Islam di Tanah Jawa.

Tugas kita semuanya untuk melanjutkan cita-cita Sunan Ampel. Mudah-mudahan negeri ini menjadi lebih baik sesuai dengan yang dicita-citakan para Walisongo.

Hari beranjak sore. Saya berjalan menuju kediaman Habib Mustofa Al Hadad. Habib Mustofa ingin menjamu sang tamu. Dua anak Habib Mustofa yakni Habib Ahmad bin Mustofa Al Haddad dan Habib Nizar Zain Aidit ikut bergabung.

Perbincangan akrab berlangsung mengalir. Lengkap dengan sajian teh susu jahe. Habib Ahmad bin Mustofa Al Haddad lantas berkenan membawakan qasidah ‘Ya Rabbi Yaa ‘alimal Haqq’ karya Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad.

Usai dibacakan dalam teks arab, Habib Nizar Zin Aidit berkenan memberikan syarah. Qasidah ini berisi untaian nasihat dan hikmah. Semuah kalimat indah yang sangat layak dijadikan bacaan rutin khususnya di waktu shar, sepertiga malam terakhir.

“Ya Allah yang mengetahui segala hal. Sehebat-hebatnya kita, masih lebih tahu Allah. Setiap isi hati bahkan teman dekat yang mengaku tahu segala keluh kesah kita, masih kalah dengan tahunya Allah terhadap hati kita. Maka sampaikanlah hajat dan keluh kesah kepada-Nya,” urai Habib Nizar.

Segala cita-cita sudah kami sampaikan kepada-Mua. Sebelum kami sampaikanpun Engkau sudah tahu Ya Allah. Berikanlah kepada kami Ya Allah, terimalah Ya Allah Engkau Maha Penerima,” imbuh habib yang rutin mengajar di Masjid UI ini.

Habib Nizar menerangkan, setelah kita memohon dan mendapatkan perubahan maka harus istikamah dan konsisten. Habib Nizar pun berpesan agar kader-kader PKS bisa terus istikamah. Khususnya kepada saya, beliau berpesan agar bisa terus membimbing umat, bisa meluruskan yang bengkok, bisa mengatakaan yang haq sebagai kebenaran.

“(Presiden PKS) ini amanat yang besar semoga diberikan kemudahan,” ujarnya.

Saya tak lupa mengucapkan terima kasih atas pembacaan qasidah tersebut. Ia berharap untaian nasihat dan doa agar Allah SWT mengaabulkan segala niat baik kita bisa menjadi satu kebiasaan para kader PKS untuk membacanya.

Kita upayakan, kita dawamkan agar pesan-pesan ini menjadi satu penyemangat bagi kader PKS. (*)