RADARBEKASI.ID – Beberapa hari lalu di salah satu Grup WA, saya menyimak perdebatan sengit antara dokter senior dan junior. Mereka saling “berbalas pantun”. Disaksikan ratusan anggota Grup. Pelajaran komunikasi nyata dari dua orang yang berpendidikan.
Perdebatannya dimulai dari kalimat-kalimat dokter junior yang bertubi-tubi mengkritik kepala daerah yang dianggapnya tidak peka mengatasi Covid-19 di daerahnya. Berbagai fakta diungkap termasuk jumlah paramedis yang telah meninggal.
Tidak hanya itu yang dikritik. Pribadi kepala daerah itu tidak luput dari sorotan. Fotonya yang meletakkan masker didagu juga dikomentari. Melanggar protokol kesehatan.
Dokter junior semangat sekali menyoroti berbagai kelemahan kepala daerah itu. Lebih banyak salahnya daripada benarnya.
Kesannya kepala daerah itu tidak kerja. Tidak punya rasa krisis meski daerahnya masuk zona merah.
Ketika kepala daerah itu berkunjung ke rumah sakit untuk mengecek kondisi di lapangan, dianggap pencitraan. Cari muka. Hanya basa-basi.
Dokter junior merasa selama ini telah banyak berjasa membantu pasien terpapar Covid-19. Dari kalimat-kalimatnya terkesan dia lebih hebat dari yang lain termasuk kepala daerah yang banyak dikritiknya.
Mengingatkan dengan Bijak
Di Grup sebenarnya banyak yang gerah dengan sikap dokter junior itu. Cuma pada cari aman. Tidak mau berpolemik, daripada panjang debat kusirnya.
Juga ada yang merasa tidak selevel dengan dokter junior ini. Buang-buang waktu dan energi berdebat dengan dia. Sementara banyak hal lain lebih esensi yang harus diurus dan dituntaskan.
Dalam situasi itu muncullah respon dari seorang dokter senior. Kalimatnya tertata rapi, menyejukkan, dan mencoba menyadarkan dokter junior.
Dokter senior itu bukan orang sembarangan. Sudah puluhan tahun jadi dokter. Memimpin salah satu organisasi spesialis kedokteran. Selama ini sangat dihormati baik oleh rekat sesama dokter maupun profesi lainnya.
Dokter senior mengingatkan dokter junior agar tetap mengapresiasi kerja pemerintah. Meski tidak semua diumumkan ke publik, tapi yakin kepala daerah bersama jajarannya telah berusaha dan terus berupaya secara optimal menekan Covid-19 di daerahnya.
“Lebih baik kita bersikap husnudzon daripada suudzon. Yang penting kita jangan apriori dengan kepala daerah.
Semua kita pasti berperan penting dalam pandemi Covid-19. Jangan kita merasa paling berjasa dan paling berperan dalam pandemi ini,” ujar dokter senior itu mengingatkan dengan bijak.
Kalimat itu sama dokter junior dianggap membela pemerintah dan kepala daerah. Sehingga membuatnya makin emosional dan nyaris tidak mampu mengontrol kalimat-kalimat yang ditulisnya.
Komentar berikutnya sudah tidak menunjukkan penghargaan dari senior ke junior. Jauh dari itu. Bahkan (maaf) kesannya ditulis oleh orang yang tidak berpendidikan.
Menulisnya tidak santun dan beretika. Terkesan membabi-buta, menyerang siapa saja yang tidak sependapat dengan dirinya. Beranggapan dia paling benar. Sedangkan yang lain salah.
Meski begitu dokter senior sesuai dengan jam terbangnya tetap tenang menanggapinya. Namun kalimat-kalimatnya sangat menohok.
Banyak Pelajaran Komunikasi
Beberapa anggota Grup mencoba menenangkan. Menetralkan situasi. Mencoba mengingatkan kembali esensi perjuangan bersama melawan Covid-19.
Saya yang menyimak perdebatan antar dua orang intelektual itu mendapat banyak pelajaran berharga. Bukan tentang topik yang mereka debatkan, namun adalah komunikasinya.
Ketika seseorang berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan, saat yang sama – disadari atau tidak olehnya – menunjukkan kualitas dirinya. Cara menyampaikan pesan dan semua yang disampaikannya pasti dinilai penerima pesan.
Pesan yang baik, ketika cara penyampaiannya tidak baik, hasilnya pasti negatif. Kualitas penyampai pesan akan dinilai rendah.
Makanya biasakanlah sebelum menyampaikan pesan, lebih dulu menatanya baik lisan maupun tulisannya. Kedepankan etika dan kesantunan dalam berkomunikasi. Sehingga penilaiannya positif.
Terima kasih kepada kedua dokter yang tanpa mereka ketahui telah memberikan banyak sekali pelajaran berharga yang nyata tentang komunikasi kepada saya. Alhamdulillah…
Semoga pandemi Covid-19 tidak membuat kita kehilangan kemampuan berkomunikasi dengan santun dan beretika. Aamiin ya robbal aalamiin…
>>>Dari Bogor saya ucapkan selamat belajar komunikasi yang santun dan beretika agar tetap dihargai semua orang. Salam hormat buat keluarga. 16.30 29072021😃<<<