Berita Bekasi Nomor Satu

Berfikir Positif untuk Sampah dan Banjir

Ketua DPD PKS Kota Bekasi, Heri Koswara, MA.
Ketua DPD PKS Kota Bekasi, Heri Koswara, MA

PERSOALAN lingkungan yang paling serius di dunia ini adalah sampah dan banjir. Keduanya berdampak pada banyak aspek kehidupan seperti kesehatan dan ekonomi. Padahal di Bekasi banjir juga sudah terjadi sejak berabad silam.

Terbukti, pada Prasasti Tugu yang ditemukan pada 1878 di Jakarta Utara secara otentik bahwa banjir di Jakarta sudah ada sejak zaman Kerajaan Tarumanegara.

Garis besarnya, prasasti tersebut berisikan pesan jika Raja Purnawarman pernah menggali Kali Chandrabhaga di daerah sekitar Bekasi dan Kali Gomati atau yang sekarang dikenal sebagai Kali Mati di Tangerang.

Penggalian tersebut merupakan upaya mengatasi banjir. Sungai yang digali tersebut diharapkan bisa mengalirkan debit air, sehingga banjir di Jakarta kala itu bisa segera surut. Penggalian kali ini juga dimanfaatkan untuk kepentingan irigasi sawah warga.

Nah ini karya monumental orang zaman itu. Mereka punya tantangan, yakni banjir. Lalu mereka mengerahkan daya dan upaya serta dana besar untuk menemukan solusi. Kalau waktu itu mereka saling menuding dan menyalahkan, maka sampai sekarang belum tentu ada solusi.

Ada dua cara orang berfikir. Ada yang menggunakan pendekatan positif, disebutnya berfikir positif. Setiap persoalan dilihatnya dalam perspektif yang optimis, selalu ada jalan keluar, selalu ada solusi. Kalaupun mentok, dia punya sandaran akhir, yakni Allah.

Ada lagi orang yang selalu negatif alias kaum negatif thinking. Melihat persoalan selalu dengan asumsi buruk dan negatif. Ujungnya-ujungnya pesimis, putus asa. Semua persoalan dipandang sulit, orang seperti ini tidak pernah punya jalan keluar. Dia mengeluh, menyalahkan, menuding. Ketika mentok bukan tidak mungkin dia bunuh diri.

Nah, melihat persoalan lingkungan di Bekasi tergantung bagaimana perspektif kita. Kalau dengan pendekatan yang pesimistik, maka yang lahir adalah keluhan, menyalahkan, menganggap banjir dan sampah tidak akan ada solusinya.

Kan banyak yang berkomentar bahwa bicara solusi banjir atau sampah hanya pepesan kosong. Setiap datang hujan selalu banjir. Hujan lagi banjir lagi. Sampah juga begitu, berpuluh hektar lagi lahan penampungan disiapkan, sampah selalu jadi masalah yang tak berakhir.

Saya justeru ingin keluar dari cara berfikir seperti ini. Saya ingin mengajak teman-teman untuk menangani masalah lingkungan di Bekasi dengan membangun kesadaran baru bahwa masalah banjir dan sampah di Bekasi harus ada solusinya. Dan kita bisa.

Kita bisa mulai lagi dengan membangun kesamaan pandang, kita urai persoalannya, kita temukan masalah intinya dan kita tentukan langkah aksinya. Saya gunakan kata “kita” untuk menunjukkan pekerjaan ini harus menjadigerakan bersama.

Pemerintah sendirian tidak mungkin. Harus terlibat semua. Eksekutif, legislative, pengusaha, masayarakat. Di tingkat yang paling bawah upaya menanganan sampah dimulai dengan memotong suplay sampah yang masuk ke TPA.

Penanganan secara parsial juga tidak akan ada dampak jangka panjangnya. Karena itu bukan hanya menjadi urusan kota Bekasi, tapi masalahnya terkoneksi ke daerah sekitar, seperti Jakarta, Bogor, Kabupaten Bekasi, Depok.

Saya penganut pemikiran yang positif. Saya optimis, sampah dan banjir di Bekasi bisa diatasi. Perdanya untuk sementara sudah cukup dan lengkap. Namun memang budgeting dan SDM serta aksi dari pemerintah perlu lebih fokus lagi.

Untuk mengatasi kekurangan SDM sesungguhnya pemerintah bisa merangkul berbagai lapisan aktivis lingkungan. Itu banyak. Bahkan mereka bukan sekadar bekerja, tapi memiliki motivasi kuat untuk menyelamatkan lingkungan. Bersama mereka, penanganan sampah dan banjir menjadi lebih realistis.

Selama pandemi ini, ketika sebagian besar dana pemerintah difokuskan ke biaya Covid-19, maka ini memang masalah tersendiri. Selain memang dananya kecil, juga harus terbagi ke Covid.

Oke. Tapi paska Covid ini semestinya Dewan bisa mengambil Langkah berani untuk mengalokasikan anggaran yang rasional. Meskipun dana bukan satu-satunya, tapi dibanding dengan beberapa kota di Indonesia, anggaran untuk penanganan sampah di Kota Bekasi memang masih sangat minimm.

Nah, melalui tulisan ini saya ingatkan, musim hujan segera tiba. Saya masih yakin Sebagian wilayah kota akan tetap ada yang terkena banjir. Karena apa yang dilakukan Pemkot Bekasi selama ini adalah langkah parsial yang tidak terintegrasi. (*)