Berita Bekasi Nomor Satu

Kualitas Hidup Masyarakat Turun

Illustrasi : Buruh pabrik berada di kawasan industri MM2100 Desa Gandasari Cibitung Kabupaten Bekasi, Senin (24/8). ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai alat mengukur keberhasilan membangun kualitas hidup manusia di Kota Bekasi tahun 2020 turun. Penurunan terjadi pada salah satu dimensi menghitung tingkat IPM, yakni dimensi pengeluaran per kapita. Ya, selama Pandemi Covid-19 masyarakat cenderung menahan untuk berbelanja.

Selain untuk mengukur keberhasilan membangun kualitas hidup manusia, IPM juga digunakan dalam menentukan peringkat pembangunan di suatu wilayah, dan ukuran kinerja pemerintah. Tahun 2020 kemarin, 13 kabupaten dan kota mengalami penurunan IPM, 14 lainnya mengalami peningkatan dengan jumlah yang bervariatif.

Penurunan terbesar terjadi di Kabupaten Bogor sebesar -0,35 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sedangkan peningkatan terbesar terjadi di Kabupaten Indramayu sebesar 0,48. Tahun 2019, pertumbuhan IPM Kota Bekasi meningkat 0,68 persen.

Kondisi sebaliknya terjadi pada tahun 2020, pertumbuhan IPM mengalami penurunan sebesar -0,11persen menjadi 81,50 persen. Tingkat IPM Kota Bekasi berada di nomor dua, dibawah Kota Bandung sebesar 81,51 persen ditingkat Provinsi Jawa Barat.

“Nah, untuk tahun ini Bekasi itu mengalami penurunan, dari di 2019 81,59, sekarang 81,50 indeks pembangunan manusianya,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bekasi, Ahmad Muhammad Saleh, Kamis (7/1).

Lebih dalam, Ahmade menjelaskan tolak ukur pehitungan IPM dilakukan dengan perhitungan tiga dimensi, yakni pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Dimensi pendidikan diwakili oleh angka harapan lama sekolah di Kota Bekasi tahun 2020 sebesar 14 tahun, rata-rata lama sekolah masyarakat 11,16 tahun.

Dimensi kesehatan diwakili oleh harapan hidup masyarakat sejak lahir di tahun 75,01 tahun. Kedua dimensi tersebut mengalami peningkatan, sedangkan dimensi pengeluaran per kapita turun menjadi Rp15.776.000 tahun 2020 dibandingkan dengan Rp16.157.000 pada tahun sebelumnya.

Penurunan yang terjadi pada pengeluaran per kapita masyarakat disebut terjadi lantaran situasi ekonomi yang tengah tumbuh negatif selama pandemi. Pendapatan yang diterima oleh masyarakat selama pandemi ini mempengaruhi pengeluaran masyarakat.

“Nah, karena pandemi (bulan) Maret sampai dengan Desember kemarin, itu tentunya faktor pendapatannya ikut berkurang. Sehingga faktor pengeluarannya juga ikut mengalami pengurangan,” tambahnya.

Dia mengaku, tahun sebelumnya IPM Kota Bekasi selalu mengalami peningkatan, namun tidak dengan tahun ini. Fenomena serupa terjadi di berbagai daerah pada masa pandemi.

Pengamat Ekonomi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Mulia Pratama, Mediati Sa’adah menilai penurunan pada dimensi pengeluaran per kapita disebabkan lantaran masyarakat lebih memilih untuk menyimpan uangnya. Diantara fungsi uang sebagai alat transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi, masyarakat lebih memilih menggunaka uang sebagai fungsi berjaga-jaga.

“Bisa cenderung irit bisa karena pendapatannya berkurang untuk menjaga-jaga sesuatu yang akan datang,” terangnya.

Situasi ini terjadi hampir di semua lapisan masyarakat, mulai dari ekonomi menengah ke atas maupun menengah ke bawah. Masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah diperparah dengan hilangnya pendapatan akibat fenomena Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK).

Sekalipun stimulus yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat, hanya bisa menahan laju resesi ekonomi, tidak mampu memperbaiki situasi perkembangan ekonomi seperti kondisi normal.

“Ada juga orang uang sudah kena PHK dia biasanya gajinya dapat 5 juta, atau UMP, kemudian dia menganggur, lalu dapat bantuan Rp300 ribu, itu kan sudah penurunan (pendapatan) berapa persen dari biasanya rata-rata pengeluarannya,” imbuhnya.

Terpisah, Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengakui penurunan IPM yang terjadi tahun 2020 kemarin. Hal ini terjadi lantaran dampak pandemi Covid-19 telah mengganggu semua sendi kehidupan masyarakat.

“Pasti lah, karena pandemi Covid-19 kan pasti sendi-sendi kehidupan yang paling mendasar pada ipm adalah kesehatan, kesehatan saja sudah mulai kan. Kemudian tingkat hidup, lamanya jadi berkurang, banyak anak-anak muda kita yang terpapar kemudian harus cepat,” terangnya saat dijumpai di halaman gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bekasi.

Disinggung mengenai upaya peningkatan IPM tahun 2021, pemerintah saat ini disebut menaruh fokus pada penanggulangan kasus Covid-19 dalam penyediaan fasilitas kesehatan dan pelacakan kasus. Angka harapan hidup masyarakat sejak lahir menjadi perhatian untuk menjaga usia hidup tetap berada diusia 75 tahun sejak lahir dengan meminimalisir vatality rate (angka kematian) akibat Covid-19. (sur)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin