Berita Bekasi Nomor Satu
Opini  

Anas Urbaningrum, Rising Star yang Tetap Bersinar

Anas Urbaningrum dikelilingi Sahabat Anas usai bebas dari Lapas Sukamiskin, 11 April 2023. Foto ist.

Oleh: Syahrul Efendi Dasopang*

Sewaktu mengikuti dari dekat momen bebasnya Anas Urbaningrum dari dekaman penjara Sukamiskin yang merenggut waktunya selama 9 tahun lebih, saya mengambil kesimpulan bahwa tokoh yang satu ini tetaplah rising star seperti yang dinisbatkan pada dirinya sewaktu terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat yang sedang berkuasa saat itu, pada usia 41 tahun.

Pasalnya, sambutan dan perhatian publik Indonesia tetap ramai dan positif kepada dirinya.

Orasinya disimak dengan tekun oleh ribuan orang yang menge-elukannya.

BACA JUGA: Mengapa Cak Anas Dirindukan Banyak Orang?

Lain itu, secara kepribadian, tokoh ini mengandung magnet yang sangat kuat.

Karakternya yang tenang, sejuk, elegan dan penuh kendali, membuat banyak orang menaksir-naksir dan penasaran: apa sebenarnya yang dipikirkan dan direncanakan oleh Anas Urbaningrum.

Bagi insan pers, sosok yang bikin penasaran merupakan sumber berita yang bernilai tinggi.

BACA JUGA: Erick Thohir, Sepak Bola dan Politik

Anas Urbaningrum telah usai menjalani masa hukumannya yang lumayan lama.

Diperlukan mental yang kuat untuk mengalami hukuman selama itu, agar tidak drop dan susut.

Apalagi jika hukuman yang diterima tersebut, lebih kental mengandung unsur intervensi kekuasaan ketimbang penegakan hukum secara normal.

BACA JUGA: Senggol FIFA Berujung Nestapa

Masalahnya apakah ada realitasnya penegakan hukum secara normal. Saya sangsi. Bukan berarti saya tidak memiliki hope terhadap saluran hukum.

Di Indonesia, ada ungkapan mendua yang selalu saya ingat, yaitu yang berkuasa adalah hukum.

Jika kalimat ini diungkapkan oleh seorang dosen hukum yang idealis, maka maknanya segera berkaitan dengan doktrin hukum yang berasal dari sistem hukum Jerman, yaitu rechtsstaat. Rechtsstaat adalah sebuah ide “negara konstitusional” yang membatasi kekuasaan pemerintah dengan hukum.

BACA JUGA: Kasus Mario Dandy: Netizen Merujak dan Meradang

Sewaktu belum banyak mengetahui seluk-beluk realitas kekuasaan di Indonesia, saya pun mengartikan kalimat “yang berkuasa adalah hukum” secara lurus dan polos.

Namun seiring pengalaman dan pengamatan, ungkapan “yang berkuasa adalah hukum” rupanya harus diartikan secara faktual dan ironi, yaitu bahwa yang berkuasa itulah hukum.

Maksudnya, mereka yang berkuasa, menentukan keputusan hukum. Tidak jauh beda dengan ungkapan machtstaat alias negara berdasarkan kekuasaan.

BACA JUGA: Membaca Arah Angin Muhammadiyah

Kini Anas Urbaningrum telah menikmati masa kebebasannya di dalam era rezim yang berkuasa telah berganti.

Terbuka luas bagi seorang Anas untuk dengan cepat beradaptasi dan menentukan positioning agar tetap memainkan peranan penting dalam tahun-tahun menentukan wajah Indonesia di kemudian hari.

Profil, origin, dan kualifikasi pengetahuan dan pengalamannya yang unik, amat sayang untuk tidak dioptimalkan bagi masa depan negeri ini.

BACA JUGA: Membangunkan Raksasa Tidur

Saya percaya, Anas Urbaningrum tidak akan memilih absen untuk menyumbangkan layanan untuk negeri besar ini. Lagi pula, banyak sekali yang mengharapkan dan menantikan kiprah dan pimpinannya.

Tidak banyak pemimpin politik yang memiliki bakat dan kualifikasi seperti Anas Urbaningrum.

Profil pribadinya origin melambangkan budaya Indonesia. Dia tidak menjelmakan kepribadian kebarat-baratan sekaligus tidak anti modernisme, buah dari peradaban Barat.

BACA JUGA: Ekonomi Kambing Nanas

Dia tidak tercerabut dari akar tradisionalnya, tapi juga memahami dengan baik pentingnya gerak maju dan perubahan masa.

Karena itu, Anas Urbaningrum harus ditopang dan diberi keleluasaan untuk turut andil menentukan nasib bangsa yang sedang di berada persimpangan sejarah umat manusia saat di mana kepemimpinan Barat sedang menuju decline.

Dia harus tetap dalam citranya yang orisinal: teduh, tekun, intelek, penggerak, pengayom dan pemberi inspirasi.

BACA JUGA: Jakob Oetama

Terlalu mubazzir jika seorang Anas Urbaningrum harus bertikai dan berkontestasi dengan para pendukung rezim lama SBY yang sudah tidak relevan lagi untuk dunia yang sudah berubah saat ini.

Biarlah hal itu menjadi urusan untuk ditangkis dan ditangani oleh para pendukung Anas Urbaningrum.

Dia sendiri, biarlah memusatkan pikiran dan tenaga untuk membawa bangsa ini ke dalam posisi yang paling tepat di tengah ancaman konflik Barat dan Timur yang sudah meletup sejak perang Rusia – Ukraina.

BACA JUGA: Ulang Tahun

Kita lebih yakin dengan kapasitasnya ketimbang nama-nama lain dalam urusan menyelamatkan Indonesia dari intimidasi Barat dan tekanan raksasa timur.

Dengan begitu, Anas Urbaningrum tetap rising star yang bersinar untuk negeri ini. (**)

*Penulis Direktur Eksekutif The Indonesian Reform Institute