Berita Bekasi Nomor Satu

Akses Warga Kampung Beting masih Pakai Jembatan Bambu

JEMBATAN BAMBU: Sejumlah anak berusaha melewati jembatan bambu yang kondisinya sudah rusak, di Kampung Beting Ujung, Desa Pantai Bahagia, Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Minggu (7/5). Jembatan tersebut merupakan akses penghubung antar pemukiman warga. ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kampung Beting Ujung di Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi, menjadi satu-satu pemukiman warga yang berbatasan langsung dengan laut lepas.

Di perkampungan yang tinggal kurang lebih 30 Kepala Keluarga (KK) itu, hanya bisa dilalui menggunakan perahu nelayan atau berjalan kaki, dan hanya berjarak 100 meter dari bibir pantai. Sebagian besar masyarakat mata pencaharian warga Kampung Beting, adalah nelayan ikan, cumi, udang dan lainnya.

Salah satu warga Kampung Beting, Agus menceritakan, bahwa rumah warga di wilayah tersebut kian tergerus oleh abrasi air laut. Sementara akses jalan antar rumah, harus melalui jembatan bambu. Namun karena sudah termakan usia, bambu-bambu tersebut sudah mulai pecah-pecah.

“Akses kami menuju rumah tetangga, itu pakai jembatan bambu. Dan usia bambu jembatan ini sudah tiga tahun, yang merupakan hasil sumbangan salah satu perusahaan, kemudian warga gotong royong mengganti bambu yang sudah lapuk. Ya namanya kena panas dan air laut, jadi bambunya rusak,” terang Agus, saat ditemui di Kampung Beting Ujung, Desa Pantai Bahagia, Muaragembong, Minggu (7/5).

Jembatan bambu sepanjang kurang lebih 500 meter itu, menjadi satu-satunya jalan penghubung warga, dan sengaja dibuat tinggi untuk menghindari ketika banjir rob melanda pemukiman. Ketika banjir datang, jembatan tersebut masih bisa dilihat dan diakses oleh warga untuk menuju area tambak yang lebih tinggi.

“Kalau banjir rob, paling masuk ke dalam rumah nggak sampai jembatan bambu. Terus, jika nelayan ketemu bambu di laut, dibawa pulang untuk gantiin bambu yang rusak,” tutur Agus.

Ketika Radar Bekasi berkunjung untuk menuju Kampung Beting melalui jalan darat, harus berjalan kaki melintasi area-area tambak di bawah rindangnya pohon mangrove. Dengan berjalan kaki kurang lebih 20 menit, baru akan tiba di awal jembatan bambu yang menandakan area pemukiman warga Kampung Beting Ujung.

Untuk dapat melewati jembatan bambu sepanjang 500 meter itu, harus berhati-hati dan berpegangan pada tiang yang ada. Sebab, beberapa titik jembatan bambu sudah rapuh hingga ambruk. Tidak sedikit pengunjung yang terpeleset hingga dipenuhi lumpur.

Warga berharap, adanya bantuan bambu baik dari berbagai pihak atau Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi, guna memberikan keamanan bagi warga yang beraktivitas di Kampung Beting ini, juga banyak anak-anak kecil.

“Semoga ada pihak yang mau membantu atau bisa memberikan bambu dari mana aja, baik itu pemerintah maupun swasta, sehingga jembatan disini lebih rapi, sebab anak-anak kecil takut jatuh,” pinta Agus. (ris)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin