Berita Bekasi Nomor Satu

Pakar Marketing Peringatkan Brand Lokal Tidak Tumpangi Isu Kekejaman Israel di Rafah

Warga Palestina berada di dekat reruntuhan di kamp pengungsi Rafah, Gaza, Senin kemarin (09/10/2024). Foto AP/Hatem Ali.

RADARBEKASI.ID, JAKARTA– Pakar marketing Hermawan Kartajaya mengingatkan agar brand-brand lokal tidak aji mumpung memanfaatkan isu kekejaman Israel di Rafah untuk kepentingan bisnisnya sendiri dengan melakukan persaingan-persaingan yang tidak sehat untuk menjatuhkan brand pesaingnya. Perbuatan-perbuatan ‘licik’ seperti itu, menurutnya, tidak diizinkan dilakukan di Indonseia yang memiliki kode etik periklanan.

“Masalah politik negara lain hendaknya jangan dibawa-bawa untuk melakukan politisasi bisnis. Artinya, menggunakan masalah politik dengan menjadikan isu Palestina ini untuk sengaja menjatuhkan produk-produk pihak lain atau pesaingnya dengan cara-cara yang tidak sehat,” ujarnya melalui keterangan tertulisnya yang dikutip di jawapos.com, Selasa (4/6).

Menurutnya, kalau isu boikot terhadap produk-produk pesaing itu murni dari masyarakat sendiri tanpa dibacking pihak-pihak tertentu, itu tidak masalah. Dia menuturkan bahwa Indonesia memiliki kode etik periklanan yang tidak mengizinkan sebuah perusahaan menjatuhkan perusahaan yang lain dengan cara menjelek-jelekkan nama brand pesaingnya secara langsung seperti yang dilakukan di negara-negara lain seperti Amerika Serikat.

BACA JUGA:Pasukan Israel Serang Kamp Pengungsi Rafah, 30 OrangTewas

“Di negara kita menjatuhkan pesaingnya dengan langsung menyebut nama brand kompetitornya itu tidak bisa karena melanggar kode etik periklanan. Tapi, kalau tidak menyebut nama secara langsung itu bisa,” ucapnya.

Memang, kata Hermawan, brand-brand lokal bisa saja mengambil keuntungan dengan memanfaatkan isu Palestina ini untuk mengeruk keuntungan. Tapi, lanjutnya, itu harus dilakukan secara sehat, dan tidak dengan sengaja mempengaruhi konsumen untuk tidak membeli produk-produk pesaingnya.

“Hal-hal licik seperti ini tidak boleh dilakukan brand-brand lokal di Indonesia,” katanya.

BACA JUGA:Netanyahu Abaikan Seruan Biden, Serangan ke Gaza Jalan Terus

Menurutnya, semestinya yang harus dilakukan brand-brand lokal dalam menyikapi isu Palestina ini adalah menunjukkan sesuatu yang sehat seperti menciptakan baru, layanan baru, dan promosi-promisi baru dengan cara yang sehat dan menarik.

“Boleh saja memanfaaatkan momentum tapi harus yang sehat dan tidak melanggar kode etik. Artinya, tidak dengan cara mempengaruhi masyarakat dengan mengatakan jangan beli produk terafiliasi. Itu tidak boleh,” tandasnya.

Sebab, katanya, jika memasang kampanye yang seolah-olah langsung menunjuk ‘hidung’ lawannya, itu bisa menimbulkan dengki dan bisa dibalas pesaingnya. “Hal-hal seperti ini hanya bisa dilakukan di Amerika, tapi di Indonesia tidak bisa, apalagi kalau itu dilakukan secara diam-diam,” serunya.

BACA JUGA:Buruh Bekasi Boikot Belanja di Indomaret

“Marketing itu kan cara memenangkan persaingan dengan cara yang baik dan benar. Jadi, harus ada pembenahan total dan itu tidak gampang. Apalagi kalau perusahaan yang punya kultur yang biasa melakukan persaingan yang tidak sehat, hal-hal seperti itu jelas susah dilakukan,” tutupnya.(ce1)