Berita Bekasi Nomor Satu

Semenit Air Naik Semeter

VAKUASI WARGA : Petugas BPBD Kota Bekasi Mengevakuasi warga saat banjir merendam Perumahan Pondok Gede Permai (PGP), Jatiasih Kota Bekasi. Banjir yang menerjang Perumahan PGP tersebut akibat tanggul di bantaran Kali Bekasi jebol sehingga meluap ke pemukiman warga. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI
VAKUASI WARGA : Petugas BPBD Kota Bekasi Mengevakuasi warga saat banjir merendam Perumahan Pondok Gede Permai (PGP), Jatiasih Kota Bekasi. Banjir yang menerjang Perumahan PGP tersebut akibat tanggul di bantaran Kali Bekasi jebol sehingga meluap ke pemukiman warga. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Hujan dengan intensitas ringan dan deras sejak Kamis (18/2) hingga Minggu (21/2) dini hari kemarin, membuat sebagian wilayah Kota dan Kabupaten Bekasi dikepung banjir. Selain curah hujan, jebolnya tanggul sungai dan kali memperparah kondisi. Akibatnya, sejumlah warga harus kehilangan tempat tinggal karena terseret arus air.

Raut sedih dan lelah terlihat dari wajah warga Kampung Babakan Banten, Desa Sumberurip, Kecamatan Pebayuran, kemarin. Peristiwa pada minggu dini hari kemarin tak pernah hilang dari ingatan. Jebolnya tanggul sungai Citarum membuat sebagian warga kehilangan tempat tinggal.

Akses untuk sampai ke Kampung Babakan Banten cukup sulit. Sebab, air yang merendam tempat tersebut cukup tinggi dan deras. Sehingga, harus menggunakan perahu. Hal itu juga membuat proses evakuasi terhadap warga yang masih terjebak banjir terkendala.

“Gak ada yang bisa diselamatkan,” kata salah seorang Kampung Babakan Banten RT 05/03, Desa Sumberurip, Arman (40) kepada Radar Bekasi.

Dengan membawa maps coklat yang dibungkus dengan plastik berwarna merah, dirinya mulai menjelaskan kondisi banjir yang melanda tempat tinggalnya. Menurutnya, tanggul jebol sepanjang 100 meter pada pukul 23:00 WIB. Saat itu, dirinya bersama dengan warga lainnya langsung berhamburan keluar rumah, untuk menyelamatkan diri masing-masing.

“Ketika air menerjang, saya kabur menyelamatkan diri, ada yang naik ke atap rumah maupun ke tanggul. Intinya, pada menyelematkan diri masing-masing,” ujarnya dengan raut muka yang sedih, Minggu (21/2).

Tempat tinggal dirinya persis di dekat tanggul yang jebol. Air datang secara tiba-tiba, hanya dalam hitungan detik air sudah merendam rumahnya dan hanyut terbawa arsu. Beruntung, dia dan keluarganya sempat menyelamatkan diri tanpa bisa membawa barnag berharga.

“Saya saja kebagian sertifikat doang, yang lainnya habis semua, enggak ada yang bisa selamatkan. Rumah di tempat saya hancur semua, kurang lebih ada 15 rumah. Termasuk rumah saya, habis semua ke seret air. Kondisi air susah untuk diungkapkan,” ungkapnya.

Untuk sekarang, ketinggian air di tempatnya sekitar 5 meter. Kemudian, sementara ini dirinya memilih tinggal di rumah anaknya,. “Untuk sementara saya ke rumah anak, karena rumah saya habis. Ketinggian air di tempat sekitar lima meter, arena sampai atap rumah,” ucapnya.

Sementara itu, warga Kampung Pacingleo, Desa Sumberja, Kecamatan Pebayuran, Amnah (45) mengungkapkan, air yang dateng ke tempat tinggalnya sekitar pukul 03:09 WIB dini hari. Pada saat itu, dirinya serta anggota keluarga sedang terlelap tidur.

“Saya lagi tidur di bangunin tetangga, katanya air udah sampai, saya langsung lari sambil membawa anak. Ketinggian air sepinggang di dalam rumah,” ucapnya saat ditemui diposko pengungsian.

Dia mengaku, saat air datang langsung menyelamatkan diri ke sasak bojong. “Air dateng dibarengi hujan dan petir, saya mengevakuasi diri ke sasak bojong. Saya belum pulang ke rumah, karena takut air masih tinggi,” ungkapnya.

Proses evakuasi cukup lama jika dilihat dari datengnya air. Sehingga warga harus bertahan, mengingat tidak ada perahu. “Saat itu belum ada perahu yang mengevakuasi, baru pukul 11:00 siang baru ada evakuasi. Ya evakuasi lambat,” tukasnya.

Banjir di Kabupaten Bekasi merendam 62 desa di 19 kecamatan serta 10 ribu warga terpaksa mengungsi (lihat grafis).

Pengalaman serupa juga dialami oleh Rohiyah (45), warga perumahan Pondok Gede Permai (PGP) Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi. Robohnya tanggul sungai yang persis berada dibelakang rumahnya, membuat air datang tiba-tiba pada jumat pagi (19/2).

Saat itu dia sedang berjualan nasi uduk di depan rumahnya, seketika air datang tiba-tiba dan langsung mennggelamkan rumahnya,”Cepet banget, Cuma hitungan detik. Paling sekitar satu menit air udah satu meter. Habis semuanya gak ada yang bisa diselamatkan,”katanya kepada Radar Bekasi saat ditemui di posko pengungsian gudang BNPB di Kecamatan Jatiasih.

Air yang datang tiba-tiba mengagetkan warga, sehingga tidak bisa menyelamatkan barang berharga,” “Masuk kesini kemarin jam 10, kan itu ada tanggul yang ambles. Belum (sempat menyelamatkan barang-barang) air itu cepat banget, baru surat-surat dan TV LED, pakaian juga masih ada yang di bawah,” papar pengungsi lainnya, Sri Rahayu (60).

Dua hari sebelumnya ia bertahan di lantai dua rumahnya blok A4, nomor 21, RT 04/010, ketinggian air diarea perumahan saat itu mencapai 1,2 meter. Saat air mulai turun Jumat malam, ia bersama dengan anak-anak dan keluarga adiknya turun untuk mencari tempat aman di gudang BNPB.”(Sabtu) malam sekitar jam setengah 9 itu air turun sebetis, saat turun (dari lantai dua rumah) kesini,” ungkapnya saat tengah beristirahat di lokasi pengungsian.

Banjir di Kota Bekasi menyebar di 12 Wilayah Kecamatan, 250 jiwa mengungsi, ketinggian air terparah mencapai dua meter salah satunya di Perumahan Nasio, aliran kali di wilayah tersebut jelas tidak bersinggungan langsung dengan Kali Bekasi maupun Sungai Cileungsi dan Cikeas. Dalam peristiwa ini menelan dua korban jiwa, dua anak dibawah umur tenggelam lantaran berenang diantara derasnya arus kali, yakni Kali Cakung dan Kali Rawalumbu, satu korban berhasil ditemukan, satu lainnya masih dalam pencarian.

Mayoritas titik banjir Minggu (21/2) dilaporkan sudah surut. Namun, bagi warga yang terdampak, kerugian materil tidak bisa dihindarkan akibat banjir. Hingga kemarin, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama dengan unsur lain masih berada di lokasi terdampak banjir, logistik makanan bagi warga banjir dilaporkan masih didistribusikan hingga kemarin.

“Tim BPBD mulai bergeser ke wilayah hilir Kali Bekasi, di wilayah Kecamatan Bekasi Timur dan Bekasi Utara,” terang Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kota Bekasi, Agus Harpa Senjaya, Minggu (21/2).

Pencarian terhadap korban tenggelam atas nama Yoga (17), peristiwa ini terjadi saat korban berenang di aliran Kali Cakung dengan cara melompat dari atas rel Kereta Api (KA), Jumat (19/2).

Aliran Kali saat itu dijelaskan cukup deras, usai melompat ke dalam aliran air di Kali Cakung bersama rekannya, korban tidak muncul ke permukaan. Petugas mengaku mengalami kesulitan lantaran masih derasnya aliran air di sepanjang Kali Cakung, Kecamatan Bekasi Barat.”Masih penelusuran oleh karena air masih deras, (pencarian dilakukan) sudah satu kilometer,” kata Kasi Rekontruksi dan Rehabilitasi BPBD Kota Bekasi, Suhendra.

Hari yang sama, derasnya aliran Kali Raealumbu juga menelan korban, korban atas nama Dinas (14) terseret arus saat berenang. Korban dijelaskan berenang dengan cara melompat dari atas jembatan menggunakan galon air sebagai media mengarungi derasnya aliran kali.

Galon air yang saat itu digunakan tiba-tiba terlepas sehingga korban terseret derasnya aliran air. Warga di sekitar lokasi sempat mencoba untuk menolong kroban menggunakan sebilah bambu, upaya tersebut tidak berhasil menyelamatkan korban.

“Pencarian dilakukan oleh BPBD Kota Bekasi dan relawan gabungan pukul 15:50 WIB dengan melakukan penyisiran, pada pukul 16:40 WIB korban ditemukan meninggal dunia pada jarak 500 meter dari TKP,” paparnya.

Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyampaikan penanggulangan banjir di Kota Bekasi tidak bisa dilakukan dengan penanganan skala kecil yang bersifat lokal. Penanganan banjir ini sudah masuk dalam rencana dan sudah dilakukan penandatanganan kontrak dengan Adhikarya sebagai pelaksana, penanganan dilakukan sepanjang 33 km, mulai dari hulu Kali Bekasi hingga ke hilir di muara laut dalam tujuh paket proyek.

“Jadi tidak hanya perencanaan, sekarang ini sudah dilaksanakan Januari ini, tanda tangan kontrak perusahaan (pelaksana) Januari, ini akan dilakukan pekerjaannya,” katanya saat meninjau lokasi banjir di Perumahan Pondok Gede Permai (PGP), Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi.

Paket satu dikerjakan sepanjang 11 km, mulai dari Pertemuan Kali Cikeas dan Cileungsi (P2C) atau hulu Kali Bekasi sampai di bendung Kali Bekasi, dipilih menjadi titik pertama yang dikerjakan lantaran tanah di sepanjang aliran kali sudah dibebaskan. Enam paket lainnya dilakukan mulai dari Bendung Kali Bekasi sampai dengan muara laut, masih menunggu pembebasan lahan.

Langkah terdekat dilakukan dengan penanganan sementara di wilayah Perumahan Pondok Gede Permai (PGP), tanggul sepanjang 60 meter yang roboh ditanggulangi sementara menggunakan geobag berisi pasir. Langkah ini dipilih untuk menangani masuknya air Kali Bekasi ke Permukiman warga menunggu pekerjaan penanganan banjir dimulai di wilayah tersebut.”Kalau yang geobag ini sementara, untuk menutup jebolan ini, tiga hari empat hari mudah-mudahan bisa (selesai penanganan). Karena alatnya nggak bisa masuk (selama air tinggi),” tukasnya.

Di Lokasi yang sama, Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi mengaku ada enam wilayah Kecamatan yang menjadi langganan banjir saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi, bahkan di wilayah yang tidak dilewati oleh Kali Bekasi. Banjir yang terjadi di perumahan PGP disebabkan oleh hujan lebat yang terjadi di hulu Sungai Cikeas dan Cileungsi.

“Ada lima kecamatan yang sudah dilaporkan dan biasa terjadi langganan ketika intensitas hujan ekstrim. (kecamatan) Jatiasih, Rawalumbu, Timur, Utara, Bekasi Barat, dan Selatan, tapi selatan hanya beberapa titik,” paparnya.

Dimulainya pekerjaan revitalisasi seperti yang disampaikan oleh Menteri PUPR diharapkan dapat meminimalisir dampak banjir, hasilnya diperkirakan terasa pada tahun 2022 mendatang. Untuk wilayah rawan lainnya, saat ini pihaknya mempersiapkan tiga lokasi pembuatan folder air, yakni di wilayah Bekasi Barat, Pondok Gede, dan Bekasi Timur untuk menampung air.

Sementara itu, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bekasi, Latu Har Hary menyampaikan normalisasi juga perlu dilakukan di kali dengan daya tampung yang relatif kecil, salah satunya di Perumahan Nasio, dan IKIP. Meskipun tidak secara langsung bersinggungan dengan Kali Bekasi, namun dampak Banjir yang terjadi di wilayah tersebut cukup tinggi.

“Saya menyarankan agar normalisasi sungai-sungai yang ada di Kota Bekasi, baik kecil atau besar itu dilakukan beriringan,” katanya. (sur/pra)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin