Berita Bekasi Nomor Satu

Ramadan Bulan Kebahagiaan

Dr.KH. Zamaksyari Abdul Majid, MA Ketua Umum Majmu Bekadi Raya

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ummat Islam di dunia selalu menantikan kehadiran bulan suci Ramadan yaitu bulan yang penuh dengan keberkahan dan bulan yang sarat dengan sarat muatan tantangan pendidikan dan pemantapan Iman dan Taqwa yang merupakan modal dasar bagi ketentraman hidup manusia di dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak.

Sudah seharusnya unmat Islam menyambut kedatangan bulan Ramadan dengan penuh kegembiraan dan kebersihan jiwa yang telah ditempahnya dan diasahnya selama sebelas bulan khususnya pada bulan Sya’ban sebagai bulan penyanggah Ramadan yang penuh dengan pancaran kebaikan dan bulan bertaubat guna mencapai ampunan Allah sehingga rahmat Allah dapat mengantarkan manusia untuk masuk kedalam Ramadhan dengan khusyu’ dan tawadhu’.

Ungkapan yang banyak digunakan untuk menyanibut kedatangan bulan suci Ramadan seperti Marhaban ya Syahral Ramdhan, Marhaban ya Syahrall Qiyam dan ada juga dengan ungkapan Marhaban Ahlan wa Sahlan ya Ramadhan Kesemua ungkapan ini sungguh sangat boleh di ekspresikan sebagai sebuah tanda syukur atas ni’mat Allah yang menghadirkan tetamu yang sangat mulia dan agung yang membawa kebahagian bagi ummat manusia secara keseluruhan.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata marhaban diartikan dengan “kata seru untuk menyambut atau menghormati tamu (yang berarti selamat datang )” Ini sama dengan ahlan wa sahlan yang juga dalam kamus tersebut diartikan dengan “selamat datang” Para ulama menggunakan kata marhaban untuk menyambut Ramadan dan bukan ahlan wa sahlan, karena ada perbedaan dalam artinya.

Ahlan terambil dari kata ahl yang berarti “keluarga”, sedangkan sahlan dan kata sahl yang berarti “mudah” (sahl juga berarti “daratan rendah karena mudah dilalui olch para pejalan kaki, tidak seperti tanjakan tinggi). Ahlan wa sahlan adalah ungkapan selamat datang yang dicelahnya terdapat kalimat tersirat yaitu “(anda berada di tengah) keluarga dan (melangkahkan kaki di dataran rendah) yang mudah
Marhaban terambil dari kata rabb yang berarti “luas atau lapang” sehinga marhaban menggambarkan bahwa tamu yang datang disambut dan diterima dengan dada lapang, penuh kegembiraan, serta dipersiapkan baginya ruangan yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Dari kata ini, terbentuk kata rahbah yang antara lain, diartikan sebagai ruangan luas untuk mobil, guna memperoleh perbaikan atau kebutuhan bagi kelanjutan perjalanannya. Marhaban Ya Ramadan, “Selamat Datang Ramadan”, berarti kami menyambutmu dengan penuh kegembiraan dan kami persiapkan untukmu tempat yang luas agar engkau bebas melakukan apa saja, yang berkaitan dengan upaya mengasah dan mengasuh jiwa kami.”

Marhaban, kami bergembira dengan kedatanganmu, karena seperti sabda Rasul SAW : “Seandainya umatku mengetahui (semua) keistimewahan Ramadhan, niscaya mereka mengharap agar semua bulan menjadi Ramadhan”. Di bulan Ramadan ada malam qadr, malam penentuan, yang akan menemui setiap orang yang mempersiapkan diri sejak dini untuk menyambutnya. Kebaikan dan kemuliaan yang dihadirkan oleh Lailat al Qadr tidak mungkin akan di raih kecuali oleh orang-orang tertentu saja.

Tamu agung yang berkunjung ke satu tempat, tidak akan datang menemui setiap orang di lokasi tersebut walaupun setiap orang di sana mendambakannya. Demikian juga dengan lailat al-Qadr. Itu sebabnya bulan Ramadan menjadi bulan kehadirannya, karena bulan ini adalah bulan penyucian jiwa. Dan itu pula sebabnya ia diduga oleh Rasul datang pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, karena ketika itu diharapkan jiwa manusia berpuasa selama 20 hari sebelumnya telah mencapai satu tingkat kesadaran dan kesucian Apabila jiwa telah siap, kesadaran telah mulai bersemi, dan Lailat Al-Qadr datang menemui seseorang, maka malam kehadirannya menjadi saat qadr dalam arti saat “menentukan” bagi perjalanan sejarah hidupnya di masa- masa mendatang. Saat itu, bagi yang bersangkutan, adalah saat “titik tolak” guna meraih kemuliaan dan kejayaan hidup di dunia dan akhirat kelak. Sejak saat itu juga malaikat akan turun guna menyertai dan membimbingnya menuju kebaikan sampai terbitnya fajar kehidupannya di hari kemudian nanti (lihat QS. Al-Qadr 4-5)

Substansi dari penyambutan ummat Islam atas datangnya bulan suci Ramadan adalah kesiapan dan kesungguhan untuk berpuasa disiang hari Ramadan dan menghidupkan malam malam Ramadhan dengan Qiyamullail dan bermunajat kepada Allah SWT sehingga mencapai ketaqwaan yang sesungguhnya sebagai tujuan dari pelaksanaan ibadah puasa seperti pesan Allah SWT dalam ayat 183 surah al Baqarah.

Dengan melaksanakan ibadah puasa Ramadan manusia akan memiliki jiwa yang kuat dan tabah serta sabar dalam menghadapi berbagai ujian sehingga mencapai sebuah kemerdekaan yang bersih dari belenggu nafsu Syaithan dan angkara murka kejahatan tipu daya dunia. Hal ini sudah dibuktikan oleh para pendahulu kita, para pejuang kemerdekaan yang mampu dengan izin allah SWT-memerdekaan bangsanya dari kejahatan para penjajah dibumi Indonesia ini. Kemerdekaan dapat dicapai dengan perjuangan yang gigih dan kesabaran yang kuat serta ketahanan mental spiritual yang paling tidak merupakan implementasi dan ibadah puasa yang memiliki nilai multi dimensial didalamnya alhamdulillah Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 agustus 1945 yang juga terjadi pada bulan puasa pada hari jum’at tanggal 9 Ramadhan 1364 H
Kini tinggal kita sebagai bangsa yang mulia lagi beradab dan menghormati jasa para pendahulu yang penuh dengan perjuangan tentunya dituntut untuk mampu mengisi kemerdekaan Indonesia dengan melakukan hal hal yang positif dan menjaga persatuan dan kesatuan untuk mampu membangun Indonesia kedepan yang berkeadilan dan berkesejahteraa namun tetap bersahaja.

Kerukunan ummat beragama ditengah tengah kehidupan berbangsa bernegara mutlak dibutuhkan, karena tanpa adanya kerukunan mustahil pembangunan dapat berjalan dengan baik. Hal ini kita bisa bercermin dengan kehidupan ummat di Madinah dibawah kepemimpinan Rasulullah SAW yang heterogen dan penuh perbedaan tetapi ketentraman dan kesejukan dapat dicapai dengan penuh kerukunan dan dirasakan ummat secara keseluruhan
Dalam menjadikan Ibadah puasa memiliki penuh arti dan tuntunan perlu memperhatikan kualitas ibadah yang dilakukannya karena kualitas itu akan sangat menentukan bagi pelaku ibadah itu sendiri apalagi puasa merupakan ibadah yang bersifat rahasia (sirry) yang hanya berhubungan kepada Allah SWT sebagai zat yang menerima atau tidak menerima ibadah hambanya. Sungguh sangat tepat apa yang dikemukakan oleh Imam al gazali dalam karya besamya Ihya Ulumi al Din bahwa para Shaimin dan Shaimat hendaklah menjaga kualitas puasa dengan memperhatikan mana yang membatalkan puasa dan mana yang membatalkan pahala puasa,karena sangat tidak berarti bagi seseorang yang berpuasa bila hanya mencapai kesuksesan berpuasa tetapi tidak mencapai kesuksesan pahala yang diberikan allah SWT.

Anugerah Allah sungguh sangat besar yang diberikan kepada hambanya pada bulan Ramadan denga memuliakan bulan yang didalamnya terdapat tanda tanda kemulian dan didalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan (laitaul Qadr) serta berbagai kemuliaan lainnya, disisi lain kemulian itu pula ditunjukan dalam diri orang yang berpuasa dengan diterimanya do’a, dilipat gandakan pahala beribadah didalamnya,diampuni dosa dan kesalahan serta berbagai kemulian lainnya yang membawa kebahagiaan bagi hambanya. Paling tidak seperti apa yang disabdakan Rasulullah SAW bahwa Orang yang berpuasa mempunyai dua kegembiraan(kebahagiaan) yang pertama kegembiraan pada saat berbuka puasa(Ifthar) yang kedua kegembiraan pada saat bertemu dengan Tuhannya(Allah SWT) dihari kiamat dengan diperlihatkan pahala Ibadah puasa dan ibadah-ibadah lain dibulan suci Ramadhan (Hr Bukhari Muslim).(*)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin