Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

656 Balita Diserang Corona

Illustrasi

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Lonjakan kasus positif Covid-19 di Kabupaten Bekasi terus bertambah. Tidak hanya menyerang orang dewasa, ratusan balita juga tak luput dari tularan virus yang menyerang saluran pernafasan ini. Akibatnya, 14 Rumah Sakit (RS) rujukan pasien Covid-19 tak bisa menampung pasien, selain itu juga kekurangan Tenaga Kesehatan (Nakes).

Ya, para orang tua diminta untuk menjaga buah hatinya untuk tidak keluar rumah. Berdasarkan data yang ada, 656 anak di bawah lima tahun terkonfirmasi positif Covid-19, (lihat grafis). Mereka saat ini sedang menjalani perawatan dengan ditemani orang tuanya.

Selain itu, munculnya virus varian Delta atau B.1.617.2 dinilai lebih menyerang ke anak-anak dan remaja.

“Memang varian baru ini menyerang anak-anak maupun remaja kebanyakan. Berbeda dengan virus yang awal,” Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Masrikoh.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Bekasi, Alamsyah menilai, ratusan balita yang terpapar Covid-19 ini karena tertular dari salah satu anggota keluarganya. “Klaster keluarga ini anak-anak yang usianya dibawah 12 tahun, otomatis kontak erat dengan keluarganya,” tuturnya.

Untuk penanganan sama dengan lansia. Anak-anak di isolasi bersama keluarganya. Seperti yang terjadi di beberapa kasus, bapak, ibu, dengan anak-anaknya yang berjumlah dua hingga tiga orang di isolasi secara bersama-sama.

Kemudian, dalam penanganan anak-anak yang menjalani isolasi perlu penanganan yang lebih spesifik, baik itu di tempat isolasi maupun di rumah sakit. “Di tempat isolasi itu mereka (anak-anak) difollow up oleh medis lebih ketat. Kenapa, karena perilaku anak-anak ini, terkait apa-apa yang tidak boleh pada saat menjalani isolasi. Itu yang perlu pendampingan,” jelasnya.

Sejak pandemi setahun lalu, Senin kemarin mencapai rekor tertinggi sebanyak 344 kasus di Kabupaten Bekasi. Dirinya menduga, Selasa (22/6) menembus 30 ribu apabila dihitung secara keseluruhan.”Kalau saya melihat kondisi ini akan mencapai 2 juta. Hari ini ada di angka 1.950. Artinya, bahwa trend peningkatan kasus sejak selesainya libur lebaran terus meningkat,” ujarnya.

Dia meyakini, Kabupaten Bekasi akan kembali menjadi daerah zona merah di Jawa Barat. Walaupun memang, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, belum mengeluarkan rilis update zonasi seluruh kabupaten dan kota di Jawa Barat.

Lalu, indikator kasus yang lain bahwa tingkat keterisian rumah sakit, maupun keterisian tempat tidur di tempat isolasi sudah diatas ambang aman menurut aturan dari WHO. Menurut WHO, bahwa keterisian rumah sakit diambang aman itu adalah 70 persen. Sedangkan, saat ini angka keterisian ICU sudah mencapai 79 persen. Dan yang Non ICU itu sudah 85 persen. Kemudian, tingkat keterisian tempat isolasi mencapai 72 persen.

Pihaknya juga akan menambah kapasitas rumah sakit (tempat tidur). Hanya saja, penambahan kapasitas rumah sakit belum bisa dilakukan, karena memang masih kekurangan Nakes. Oleh karena itu, pihaknya harus mengajukan penambahan Nakes ke Pemprov Jawa Barat.

“Karena adanya tuntutan peningkatan kapasitas rumah sakit, otomatis kita kekurangan tenaga. Kita mengajukan dokter 8, perawat 16, sekretariat analis 6, dan pemulasaran jenazah 8. Lebih dari 30 tenaga yang kita minta,” jelasnya.

Sementara itu, Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Kulman menambahkan, saat ini tingkat keterisian sudah diatas 85 persen, hampir 90 persen. Kata dia, peningkatan keterisian ini mulai terjadi pada tanggal 7 Juni 2021 lalu. Sebelumnya, pada tanggal 1 Juni 2021 lalu tingkat keterisian masih dibawah 20 persen.

“Semakin kesini, semakin naik keterisian rumah sakit. Sekarang di atas 85 persen, hampir 90 persen,” ungkapnya.

Dirinya mengatakan, penambahan kapasitas tempat tidur sudah dilakukan sebelumnya di sebelas rumah sakit dengan 155 ruangan. Namun, penambahan tersebut saat ini sudah kembali penuh. Sehingga perlu ada penambahan lagi, akan tetapi masih terkendala dengan jumlah Nakes. Pasalnya, jumlah Nakes yang sudah terlatih penanganan Covid-19 itu terbatas.

Untuk penambahan tempat tidur di setiap rumah sakit tergantung kesanggupan atau fasilitas masing-masing. Kendati demikian, Kulman menegaskan, setiap rumah sakit diminta menambah 30 persen tempat tidur. “Penambahan ruang di setiap rumah sakit tergantung kesanggupannya. Kalau saya diminta 30 persen,” jelasnya.

Untuk sementara, dirinya menyarankan, agar membuka tempat isolasi. Tujuannya, agar pasien Covid-19 yang gejala ringan dan sedang dipindahkan ke tempat-tempat isolasi. Sementara, pasien dengan gejala berat masuk ke rumah sakit. “Mungkin opsinya seperti itu. Sementara in untuk RSUD kita pinjam tenda BPBD, khusus untuk merawat pasien yang di UGDnya belum bisa masuk,” tuturnya.

Terpisah, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) meminta pemerintah untuk segera melakukan tindakan tegas dari hulu, agar pelayanan kesehatan di tanah air tidak kolaps. Sebab, ketersediaan tempat tidur (BOR) rumah sakit saat ini sudah melebihi kapasitas, rata-rata di atas 70-80 persen menurut data Satgas Covid-19.

Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia Daeng M. Faqih meminta kepada pemerintah agar serius untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kesehatan yang terlibat membantu penanganan Covid-19. Ia memohon kepada seluruh pemerintah daerah khususnya yang daerahnya mengalami lonjakan kasus Covid-19 dan daerah di sekitarnya untuk menyempurnakan strategi PPKM mikro sebagai upaya memutus rantai penularan serta sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 202 segera mengambil kebijakan emergency.

“Segera mengambil kebijakan emergency dengan pengetatan dan pembatasan mobilitas serta aktivitas warga untuk mengendalikan kondisi darurat tingginya lonjakan kasus Covid-19 di daerah masing-masing dan mencegah kolapsnya layanan kesehatan,” tegasnya yang sudah dikonfirmasi oleh Wakil Ketua Umum PB IDI Moh. Adib Khumaidi kepada JawaPos.com (Radar Bekasi Group), Senin (21/6).

IDI juga memohon kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk meningkatkan perlindungan terhadap tenaga kesehatan yang bekerja membantu perawatan pasien Covid-19 agar tidak mudah terinfeksi. Sehingga dapat terus memberikan pertolongan dan perawatan serta dapat menjamin pelayanan terhadap pasien Covid-19 tetap berlangsung.

IDI memohon kepada pemerintah untuk mempercepat vaksinasi massal dan memperluas upaya tracing dan testing pada semua kelompok umur termasuk anak-anak. Meminta masyarakat untuk disiplin melaksanakan protokol kesehatan dengan pengawasan yang ketat dan sanksi yang tegas dari aparat penegak hukum.

Senada diungkapkan Ahli Spesialis Penyakit Dalam yang juga Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban mengingatkan siapa saja agar untuk jangan lengah melakukan protokol kesehatan ketat, 5M. Sebab penularan varian India tersebut begitu cepat hingga 80 persen dibandingkan varian aslinya.“Varian Delta ini menular lebih banyak dibandingkan varian lain seperti varian Inggris sebelumnya, yakni 40-80 persen dibanding varian sebelumnya,” tegasnya.(pra/jpc)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin