RADARBEKASI.ID, JAKARTA-Perdagangan nikai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibayangi pengetatan kebijakan moneter AS dan pengetatan pembatasan aktivitas nasional. Mengutip kurs tengah Bank Indonesia (BI) saat ini posisi rupiah berada di level Rp 14.496 per dolar AS.
“Potensi pelemahan hingga ke kisaran 14.500, sementara potensi support di kisaran 14.450,” kata analis pasar uang Ariston Tjendra kepada JawaPos.com, Rabu (30/6).
Ariston menjelaskan, faktor dalam negeri yang mempengaruhi ruang gerak rupiah yaitu rencana pembatasan aktivitas ekonomi yang lebih ketat atau PPKM Mikro darurat yang dilakukan di wilayah Jawa dan Bali seiring dengan meningkatnya kasus penularan Covid-19.
Hal itu menjadi kekhawatiran pasar karna akan berpotensi menghambat aktivitas roda perekonomian masyarakat yang nantinya akan berpengaruh pada perekonomian nasional “Pengetatan aktivitas yang lebih lama bisa memicu penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan,” imbuhnya.
Sementara, sentimen dari faktor global yaitu membaiknya data tingkat keyakinan konsumen AS bulan Juni yang dirilis semalam, sehingga memberi katalis untuk penguatan dolar AS. “Pemulihan ekonomi yang cepat di AS akan mendukung perubahan kebijakan moneternya ke arah yang lebih ketat,” ucapnya.
Selain itu, pasar masih menantikan data tenaga kerja AS yang akan dirilis hari Jumat pekan ini. Pasar memperkirakan bahwa data ini akan lebih bagus dari proyeksi. “Bagusnya data tenaga kerja AS akan mengonfirmasi potensi pengetatan kebijakan moneter AS dalam waktu dekat,” pungkasnya. (jpc)
