Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Kebutuhan Pangan Semuanya Naik

Illustrasi : Pedagang menunggu pembeli di lapaknya Pasar Baru Bekasi, Kamis (10/6). Pedagang menolak rencana pemerintah menjadikan bahan pokok atau sembako sebagai obyek pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 12 persen. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI SELATAN – Daya beli masyarakat mulai tumbuh seiring pelonggaran aktivitas masyarakat. Kondisi yang dialami oleh pedagang pada saat puncak pandemi Covid-19 terulang kembali seiring dengan naiknya harga jual bahan pokok, tidak banyak keuntungan bersih yang bisa diraup. Pemerintah menilai kenaikan harga sejumlah komoditas terjadi menjelang hari besar, ketersediaan bahan pokok di Bekasi diklaim aman, pemerintah juga diminta untuk mengintervensi harga bahan pokok.

Naiknya harga bahan pokok berpengaruh pada masyarakat, mulai dari rumah tangga hingga pelaku usaha kuliner, salah satunya pelaku usaha Warung Tegal (Warteg). Pemilik Warteg mengaku baru saja bisa bernafas sedikit lega saat daya beli masyarakat mulai tumbuh, meski belum sempurna. Namun, kesulitan yang sama kembali dialami pada saat harga bahan pokok meroket, meskipun daya beli masyarakat ada, keuntungan bersih yang bisa dikantongi berkurang.

“Ya seolah-olah kaya terulang lagi, ini disaat pedagang mau beranjak normal, tapi kemudian dihantam oleh harga bahan pokok yang naik,” kata Bendahara Umum Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara), Rojikin, Selasa (28/12).

Sejauh ini Warteg tidak terfikir untuk menaikkan harga jual menu, kehilangan konsumen menjadi ancaman serius jika harga jual makanan di Warteg naik. Kondisi yang ia alami, salah satu supplier bahkan mengaku menyerah karena harga jual melonjak.

Dewasa ini, ia mencatat harga komoditi melonjak tinggi diantaranya cabai rawit, minyak, telur, dan beras. Satu karung beras berisi 50 kg yang biasanya dibeli Rp460 ribu melonjak menjadi Rp490 ribu.

Sedangkan cabai rawit merah harganya bervariasi mulai dari Rp80 sampai Rp110 ribu sesuai kualitas barang, telur yang biasa dibeli Rp21 sampai Rp23 ribu meroket hingga Rp35 ribu. Sedangkan minyak goreng yang biasa dibeli seharga Rp27 ribu sekarang menjadi Rp35 hingga Rp38 ribu.”Itu naik semua. Sayur juga pada naik cuma itu kecil, seribu atau dua ribu, itu wajar, tanpa hari-hari besar pun mereka seperti itu,” tambahnya.

Sebagai sektor usaha yang menjaga aktivitas perekonomian tetap berjalan selama pandemi Covid-19, pemerintah mestinya sigap terhadap situasi yang membebani Pelaku Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Beberapa hal dinilai perlu dilakukan oleh pemerintah, mulai dari daerah hingga pusat, diantaranya melakukan operasi pasar, serta merumuskan cara untuk menjaga stabilitas harga.

“Misalkan operasi di pasar, cek harga, sudah sesuai apa belum. Takut disananya (hulu) sudah turun, disini (hilir atau pasar) masih bertahan, itu kan merugikan,” tukasnya.

Radar Bekasi coba mendatangi Pasar Baru di Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi. Sejumlah komoditas seperti cabai dan telur disampaikan oleh pedagang mengalami kenaikan harga. Mendekati tahun baru, diperkirakan kenaikan harga akan mencapai puncaknya, bahkan harga komoditas saat ini disebut masih belum signifikan. “Biasanya H-3 itu bakal naik. Makanya kita juga merasa was-was juga, walau setiap tahun pasti terjadi kenaikan,” kata pedagang cabai dan bawang yang dijumpai oleh Radar Bekasi, Ari (30).

Beberapa komoditas yang ia jual, diantaranya cabai keriting berada di angka Rp40 ribu, untuk cabai rawit merah dijual mulai dari Rp80 sampai Rp100 ribu, serta cabai rawit hijau Rp50 ribu per kg. Sedangkan bawang merah, per kg ia jual Rp20 ribu.

Berkaca pada saat yang sama tahun 2020 silam, harga cabai keriting mendekati natal sampai diangka Rp70 ribu, paling tinggi cabai rawit merah yakni Rp120 ribu per kg. Biasanya, harga jual kembali normal memasuki bulan Februari.

Akibatnya, ia harus mengurangi pembelian barang dagangan, cabai yang biasa ia beli hingga 40 kg untuk persediaan barang dagang, terpaksa harus dikurangi hingga 15 kg. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi barang dagangannya rusak karena tidak laku dijual, disamping faktor lainnya yakni pembeli yang ikut mengurangi jumlah barang yang dibeli.”Pembeli juga begitu, pembeliannya dikurangi. Kalau biasa beli 2 kg, jadi cuma beli 1 kg aja,” tukasnya.

Sedangkan pengakuan dari pedagang telur, harga jual telur ayam naik, semula Rp25 ribu saat ini menjadi Rp32 ribu. Sementara ini kenaikan diakui hanya terjadi pada telur ayam, telur bebek dan telur puyuh diakui masih bertahan.”Sekarang Rp32 ribu (harga telur ayam), pembeli tetap karena kebutuhan sih,” kaya salah satu penjual telur Agay (32).

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bekasi memastikan persediaan bahan pangan aman, hal ini dipastikan setelah belum lama ini menghadiri pertemuan dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI. Jika terjadi kelangkaan barang, Disperindag menjamin segera melakukan langkah berkoordinasi dengan Bulog.

Kenaikan harga cabai diantaranya karena faktor cuaca, mempengaruhi kualitas barang dan distribusi. Sedangkan telur, disebabkan oleh mekanisme pasar, dimana terjadi kenaikan permintaan. “Lalu telur itu juga termasuk yang naik pada akhir tahun, diantaranya karena kebutuhan telur masyarakat,” terang Kepala Disperindag Kota Bekasi, Teddi Hafni.

Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi belum merencanakan pelaksanaan pasar murah bagi masyarakat di tengah melonjaknya harga kebutuhan pokok.”Sementara ini belum ada, tapi nanti kalau seandainya ketersediaan barang sedikit dan harganya semakin naik, kita akan koordinasi dengan Bulog,” tukasnya.

Sementara itu, Staf UPTD Pasar Tambun, Didi Kardiman mengaku sementara ini masih stabil harga kebutuhan bahan pokok. Hanya saja ada beberapa yang naik, seperti harga cabai rawit merah, telur, minyak sayur dan ayam.”Menjelang tahun baru ini ada yang naik dan ada juga yang stabil harganya. Untuk stoknya masih aman, walaupun harga naik,” ucapnya. (sur/pra)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin