RADARBEKASI.ID, BEKASI – Dodol masih menjadi makanan tradisional khas Bekasi yang diburu oleh masyarakat menjelang lebaran Idulfitri. Ya, makanan tradisional ini masih terbilang ‘istimewa’ dan menjadi kudapan khas saat lebaran.
Meski di tengah hadirnya ragam kuliner dan makanan kemasan, dodol Betawi masih bertahan meski proses pembuatan terbilang rumit dan spesial.
Pengrajin Dodol di wilayah Cibitung Kabupaten Bekasi, Dombleh (62) mengatakan, sudah menjalankan usaha dodol sejak 30 tahun silam. Dari awal seharga Rp 5 ribu per kilogram hingga sekarang dibanderol Rp 35 ribu per kilogram. Kata dia, keahlian meracik dodol ini hasil kreativitasnya sendiri, karena memang sejak kecil sering melihat orang tuanya mengaduk atau membuat dodol saat menjelang lebaran.
“Saya membuat dodol ini kreatif sendiri, awalnya saat masih kecil melihat orang tua ngaduk dodol setiap lebaran. Kalau orang dulu kalau nggak ngaduk dodol, nggak berasa lebaran. Saya udah 30 tahun menjadi pengrajin dodol,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Rabu (27/4).
Perempuan yang tinggal di Kampung Ceger, Desa Sukajaya, Kecamatan Cibitung ini mengungkapkan, saat menjelang lebaran Idulfitri seperti saat ini dirinya bisa menjual sekitar lima kwintal dodol dalam sehari. Sementara hari biasa bisa menghabiskan 50 sampai 60 kilogram.
“Sehari bisa habis lima kwintal, kalau banyak yang ngaduk bisa lebih. Sekarang pegawai di tempat saya sekitar 20 orang. Mulai ramai tanggal 15 April kemarin,” ucapnya.
Degan mempertahankan rasa dan proses pengerjaan yang apik, produksi dodolnya masih bertahan dan banyak diburu pelanggan terutama jelang hari lebaran. Untuk bertahan di tengah perkembangan zaman, dirinya memvariasikan dodol hasil olahannya ini dengan beragam rasa.
“Ada dodol duren, wajik, ijo, item, dan coklat. Paling banyak diburu pembeli dodol coklat dan item. Konsumen yang dateng sendiri. Alhamdulilah,” ungkapnya. (pra)
