Berita Bekasi Nomor Satu

Akhmad Marjuki Singkirkan Adik Mantan Bupati

ISTIMEWA/RADAR BEKASI RESMI TERPILIH : Mantan Plt Bupati Bekasi Akhmad Marjuki, saat menerima bendera dari Sekretaris DPD Partai Golkar Provinsi Jawa Barat, MQ Iswara. Marjuki terpilih menjadi ketua DPD Golkar Kabupaten Bekasi.

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Asep Surya Atmaja dan Novi Yasin, harus ikhlas karena gugur menjadi calon ketua DPD golkar Kabupaten Bekasi dalam Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) di Bandung, kemarin. Padahal keduanya merupakan adik mantan Bupati Bekasi Neneng Hasanah Yasin dan Almarhum Eka Surya Atmaja.

Laporan : Karsim Pratama
CIKARANG

“Ini tidak adil, keluar semuanya,”teriak Kader DPD Partai Golkar Kabupaten Bekasi, Ahmad Budiarta saat acara Musdalub di kantor DPD Golkar Provinsi Jawa Barat, kemarin. Dia menduga ada kecurangan dalam proses pemilihan pimpinan partai berlambang pohon beringin ini.

Kemarahan peserta Musdalub makin memuncak, ketika mantan Plt Bupati Bekasi Akhamd Marjuki terpilih menjadi orang nomor satu di Golkar Kabupaten Bekasi.

Budiarta menilai, panitia tak transparan. Pasalnya, tim verifikasi yang berasal dari Golkar Jawa Barat ini tidak memberikan alasan yang jelas kenapa dua kandidat Asep Surya Atmaja dan Novi Yasin, tidak lolos verifikasi. Padahal, secara dukungan kedua kandidat ini lebih mengungguli Akhmad Marjuki. Hal itu terlihat dari situasi yang terjadi pada saat Musdalub berlangsung.

Dalam pelaksanaan Musdalub yang berjalan secara tertutup ini, dari awal dimulai sudah memanas, karena Pengurus Kecamatan (PK) yang dinyatakan tidak sah sebagai pemilik suara masih berada di dalam ruangan. Hal itu membuat para kader yang berada diluar ruang Musdalub, meminta PK-PK tersebut keluar. Ketegangan memuncak, setelah tim verifikasi menyatakan Asep Surya Atmaja dan Novi Yasin, tidak bisa menjadi calon ketua, karena tidak memenuhi persyaratan verifikasi.

Para peserta dan kader yang berada diluar ruang Musdalub, mencoba memaksa masuk. Namun mendapat halangan dari tim keamanan DPD Partai Golkar Jawa Barat. Sampai akhirnya, satu pintu masuk ruang Musdalub berhasil di jebol oleh para kader yang berada diluar. Mereka meminta peserta Musdalub untuk walk out, karena keputusan tim verifikasi yang dinilai tidak demokratis.

Kemudian, para peserta Musdalub langsung meninggalkan ruangan. Termasuk dua kandidat calon yang digugurkan, Asep Surya Atmaja dan Novi Yasin, keluar meninggalkan ruang Musdalub. Kekecewaan para kader berlanjut ke luar kantor DPD Golkar Jawa Barat, mereka berteriak untuk meluapkan amarahnya, karena merasa sudah tidak dihargai oleh partai. Lalu mereka bersama-sama meninggalkan lokasi.

“Semua peserta walk out lebih dari 20. Ya kecewalah, diciptakan sedemikian rupa demokrasinya. Katanya dibuka ruang pendaftaran untuk bakal calon, lalu ada indikasi diakalin saat verifikasi,” kata Budiarta saat dimintai keterangan.

Padahal kata Budiarta, sosok Asep Surya Atmaja saat ini menjabat sebagai Ketua Fraksi Golkar DPRD Kabupaten Bekasi, pernah juga menjadi Ketua PK. Artinya, Asep merupakan kader Golkar yang berangkat dari bawah. Begitu juga Novi Yasin, yang notabennya hari ini menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bekasi, pernah juga menjadi Ketua PK. Sehingga, tidak masuk akal ketika mereka tidak lolos verifikasi.

“Dimana cacatnya, sedemikian rupa arogannya DPD 1 Jawa Barat, dari tiga calon yang mendaftar, yang lolos cuma satu, sedangkan yang dua tidak diloloskan. Tidak ada argumentasi,” tukasnya.

Senada disampaikan Ketua PK Cikarang Utara, Dudi Iskandar. Dia mengungkapkan, pelaksanaan Musdalub ini tidak demokratis, karena berlangsung secara tertutup, dan tiba-tiba tim verifikasi menunjuk Ahmad Marjuki sebagai calon tunggal. “Itu tidak demokratis, PK yang lebih tahu Kabupaten Bekasi. Kami yang membesarkan Golkar. Subangsi apa Akhmad Marjuki terhadap kami, pada saat dia jadi Plt Bupati Bekasi, tidak pernah ke kantor Golkar,” tukasnya.

Sementara itu, kandidat calon Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Bekasi, Asep Surya Atmaja mengaku datang ke kantor DPD Golkar Provinsi Jawa Barat ingin mengikuti Musdalub secara demokratis. Sebagai calon, dirinya sudah membawa dukungan 16 Pengurus Kecamatan (PK).

“Saya sebagai kader Golkar ingin dihargai, saya ingin diakui oleh Golkar, jangan sampai saya sudah berjuang untuk Golkar, dikala ada pemilihan langsung diketok nama seseorang. Itu menurut saya nggak adil, saya ingin dipilih secara demokratis,” ungkap Asep dengan nada kecewa.

Dirinya tidak mengetahui alasan tidak lolos dalam verifikasi. Karena memang dirinya sudah memenuhi semua persyaratan yang ditentukan untuk menjadi calon ketua.

“Saya juga nggak tahu, kenapa nggak masuk verifikasi. Pastinya saya sudah melakukan hal yang terbaik, sudah membawa KTA PG, semua persyaratan sudah rapi, termasuk PK-PK. Tapi kita nggak tahu verifikasi ini, kita disebut tidak bisa memenuhi untuk mencalonkan menjadi ketua DPD. Saya ini anak muda yang ingin berkarya untuk Golkar,” tuturnya.

Setelah hampir semua PK dan kader meninggalkan kantor DPD Partai Golkar Jawa Barat, panitia ternyata kembali melanjutkan pelaksanaan Musdalub. Dalam lanjutan tersebut, DPD Partai Golkar Jawa Barat, selaku panitia Musdalub langsung memutuskan Akhmad Marjuki sebagai ketua terpilih. Dengan alasan, karena Akhmad Marjuki sebagai salah satu calon yang memenuhi persyaratan sebagai ketua.

Setelah itu, Sekretaris DPD Partai Golkar Provinsi Jawa Barat, MQ Iswara langsung mengukuhkan keputusan Musdalub tersebut, dengan memberikan bendera Partai Golkar kepada Akhmad Marjuki. Pada situasi itu, sebagian besar peserta Musdalub maupun kader Partai Golkar Kabupaten Bekasi sudah tidak ada diruangan. Sebagian besar kader DPD Golkar Jawa Barat.

Sekretaris DPD Partai Golkar Provinsi Jawa Barat, MQ Iswara menuturkan, berdasarkan informasi bahwa ada dinamika pada saat Musdalub. Tetapi Iswara menilai, itu hal yang biasa di internal Partai Golkar. Pasalnya, untuk kader Golkar perdebatan itu olahraga intelektual. “Jadi perdebatan itu buat kami (kader Golkar) sebagai olahraga intelektual. Itu hal yang biasa,” katanya.

Karena walaupun begitu (kisruh), kata Iswara, musyawarah sepakat tetap berjalan dengan semangat kebersamaan. Dimana, panitia sudah menyampaikan hasil verifikasinya, bahwa dari tiga calon yang mendaftar, Akhmad Marjuki, Novi Yasin, dan Asep Surya Atmaja, hanya satu calon yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ambang batas pencalonan atau threshold 30 persen. Yakni, Akhmad Marjuki.

Berdasarkan laporan yang diterima dari tim verifikasi, bahwa Akhmad Marjuki memiliki dukungan 12 suara dari PK dan tiga dari Ormas. Sementara untuk Asep Surya Atmaja mendapat dukungan 16, tetapi hanya tujuh dukungan (suara) yang sah. Sedangkan Novi Yasin hanya mendapat dukungan lima. Untuk suara keseluruhan dalam Musdalub DPD Golkar Kabupaten Bekasi sebanyak 28.

“Jadi dari tiga calon itu, hanya satu yang melewati ambang batas atau threshold 30 persen. Yakni Pak Akhmad Marjuki, yang kemudian disahkan oleh pimpinan sidang. Dari bakal calon menjadi calon, lalu dari calon ketua menjadi ketua terpilih periode 2022-2025,” jelasnya.

Sementara itu, mantan Plt Kabupaten Bekasi Akhmad Marjuki menilai, perdebatan yang terjadi pada saat pelaksanaan Musdalub itu hal yang biasa, sebagai dinamika proses menuju Partai Golkar menjadi pemenang. Dalam hal ini, dirinya akan mencoba mengkomunikasikan dengan para kader yang masih belum menerima keputusan Musdalub. Pasalnya, untuk membangun Partai Golkar harus dilakukan secara bersama-sama.

Terlebih, usai ditetapkan sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Bekasi, dirinya diberikan tugas yang berat dari partai. Bahwa Kabupaten Bekasi ditargetkan memenangkan Partai Golkar, dengan perolehan 14 kursi, pada Pemilu 2024. Untuk mencapai itu kata Marjuki, membutuhkan kerjasama yang baik antar kader.

“Insya Allah saya juga tidak akan meninggalkan teman-teman yang sudah berjuang selama ini untuk membesarkan Golkar dan saya yakin semua teman-teman kader Golkar itu mempunyai potensi yang sama, sehingga akan sangat rugi kalau saya meninggalkan mereka,” ucapnya. (pra)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin