Berita Bekasi Nomor Satu

Bagaimana Cara Mencegah Pelecehan Seksual pada Anak? Simak Penjelasan Psikolog Ini

Psikolog, Yulia Purnamasari

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pengenalan pendidikan seksual biasanya dilakukan di lingkungan terdekat, seringkali oleh orangtua. Hal ini penting karena lingkungan di luar keluarga tidak selalu dapat dikontrol oleh orangtua.

Sayangnya, di Indonesia, pembicaraan tentang pendidikan seksual pada anak masih dianggap tabu. Padahal, pendidikan seksual melibatkan aspek lebih dari sekadar seksualitas, melibatkan pemahaman anak terhadap tubuhnya, perubahan tubuh, alat kelamin, dan hal lainnya. Pendidikan seksual sebaiknya dimulai sedini mungkin untuk mencegah pelecehan seksual pada anak.

Bagaimana cara mencegah supaya tidak terjadi pelecehan seksual pada anak? Simak penjelasannya bersama Yulia Purnamasari, M.Psi, Psikolog dan Doodle Exclusive Baby Care berikut ini.

Menurut Psikolog, Yulia Purnamasari, pendidikan seksual bisa dilakukan sejak dini dimulai sejak usia 2 tahun sambil belajar toilet training. Nama-nama ilmiah seperti “penis” dan “vagina” seharusnya diperkenalkan, tanpa istilah lain yang tidak medis.

Batasan-batasan diri, terutama terkait sentuhan yang diperbolehkan dan tidak serta siapa yang boleh menyentuh juga perlu diajarkan. Yulia menyarankan menyampaikan informasi tersebut dengan cara yang santai, misalnya sambil mandi atau mengganti baju.

“Saat usia 2 tahun inilah bisa dinyanyikan sambil mandi atau ganti baju kemudian sentuhan boleh yang seperti apa saja di tangan, di kepala, di kaki yang tidak boleh bagian dalam di dada, di mulut, di pantat, di alat kelamin. Anak diberitahu jika anak tidak nyaman diajarkan untuk mengatakan pada orangtua. Dasar untuk memberikan pengetahuan seksual anak dilakukan secara bertahap berbeda-beda sesuai tingkatan umurnya,” terang Yulia.

Membiasakan anak untuk mandi bersama orangtua yang sejenis kelamin, seperti anak perempuan dengan ibunya dan anak laki-laki dengan ayahnya. Penting juga mengajarkan anak untuk menjaga privasi, dengan tidak mandi bersama yang berbeda jenis kelamin dan hindari membuka celana serta baju sembarangan.

“Proses pendidikan seksual ini dilakukan secara bertahap menyesuaikan penyerapan anak sambil mandi, sambil pake baju, sambil pake minyak telon dengan santai,” ungkapnya

Wanita yang berprofesi sebagai psikolog ini menuturkan bahwa dalam era teknologi yang canggih ini, orangtua perlu memiliki pengetahuan tambahan. Membangun komunikasi dengan anak dianggap sebagai dasar penting. Dia menekankan pentingnya mengajarkan anak untuk berani mengatakan tidak dan berani menyampaikan perasaan tidak nyaman, yang dimulai dari praktik komunikasi.

“Menjadi orangtua tidak ada sekolahnya, tetapi ilmunya bisa dicari. Membangun komunikasi bersama anak saat menyampaikan sesuatu, memberikan ruang anak untuk mengatakan segala hal. Jika komunikasi sudah tidak enak, anak akan susah menyampaikan keluh kesahn. Dengan memberikan ruang, anak akan terbiasanya menyampaikan segala hal yang dia rasakan,” tandasnya.

Ditegaskan kembali, tidak ada tanda-tanda spesifik yang menunjukkan bahwa seorang anak telah mengalami pelecehan seksual. Namun, perubahan kecil dalam perilaku dapat menjadi indikator. Sebagai contoh, anak yang mengalami pelecehan di sekolah mungkin menunjukkan tanda-tanda seperti pura-pura sakit, menangis, atau menghindar karena merasa tidak nyaman. Orangtua perlu memahami perubahan-perubahan ini dan tidak seharusnya menghukum anak, melainkan menyadari alasan di balik perubahan tersebut.

“Tidak semua anak bisa mengungkapkan, untuk itu ayah dan ibu harus lebih peka terhadap anak karena anak belum paham yang dirasakan. Jika anak masih belum mau berbicara kepada orang tua perlu juga membawa ketenaga professional seperti psikolog, dokter, atau menggunakan media. Biasanya anak akan bisa menyampaikan dengan menggunakan media seperti media gambar, cerita atau bermain peran. Peka terhadap perubahan anak, rutinitas anak akan berubah jika sesuatu terjadi,” tutur Yulia.

Dalam diskusi dengan Doodle Exclusive Baby Care, disampaikan bahwa jika anak mengalami pelecehan seksual, langkah terbaik adalah melaporkannya. Mengingat adanya fasilitasi pemerintah melalui Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak. Dukungan penuh sangat penting, terutama bagi anak yang mengalami pelecehan dari orang terdekat, seperti orangtua, guru, atau teman-teman. Pada awalnya, orangtua perlu mempercayai anak, mengingat kadang-kadang anak enggan mengungkapkan pengalaman tersebut.

“Lakukan pendampingan, berikan anak rasa nyaman dan aman supaya anak lebih leluasa untuk menceritakan. Bantuan professional juga sangat diperlukan untuk mengetahui lebih lanjut. Kadang-kadang anak yang mengalami pelecehan seksual butuh pengeluaran emosi, biasanya dengan seni dengan gambar, baik dari gambarnya, ceritanya. Orangtua yang anaknya mengalami pelecehan seksual akan melalui proses yang panjang,” jelasnya.

Wanita yang praktek di RS Hermina Samarinda ini juga menjelaskan pentingnya memberikan ruang aman kepada anak agar terhindar dari pelecehan seksual. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan pondasi yang kuat dari rumah, dimulai sejak usia 2 tahun.

Oleh karena itu, pendidikan seksual perlu diberikan secara perlahan, tidak langsung saat anak masuk sekolah, tetapi dimulai sejak dini di rumah.

“Ada hal yang kurang nyaman, atau sentuhan-sentuhan yang tidak baik anak berhak melaporkan hal itu. Sebagai orangtua kita harus sadar kita menghargai apa yang menjadi keinginannya terkait batasan yang anak miliki. Jangan memaksakan anak jika merasa tidak nyaman. Inilah anak juga belajar menghargai ketika orangtua paham anak merasa tidak nyaman. Menanyakan juga kegiatan apa saja yang dilakukan selama disekolah supaya anak lebih terbuka dalam membangun komunikasi dengan orangtua,” ujarnya.

 

Terkadang pornografi bukan hanya berupa video, tetapi juga muncul dalam iklan dengan gambar yang tidak sesuai untuk anak. Anak-anak yang belum memahami mungkin menganggap itu sebagai hal yang biasa. Namun, sebenarnya anak belum memahami apa yang terjadi karena mereka melihat video yang seharusnya tidak sesuai untuk mereka.

 

Yulia, pada akhir wawancaranya dengan Doodle Exclusive Baby Care, memberikan pesan bahwa menjadi orangtua saat ini tidaklah mudah. Namun dengan teknologi yang canggih, orangtua perlu mencari informasi tentang pendidikan seksual.

 

Penting untuk memahami jenis pendidikan seksual yang perlu diberikan dan menetapkan batasannya. Sebelum memperkenalkan pendidikan seksual kepada anak, orangtua perlu bersiap dan tidak menganggapnya sebagai tabu. Mengajarkan anak untuk menghargai dirinya sendiri juga merupakan aspek krusial dalam proses ini.

“Komunikasi biasanya yang menjadi hambatan, sebisa mungkin jangan menutup akses komunikasi antara anak dan orangtua. Ditanya kesehariannya seperti apa? Karena dengan komunikasi mampu membuat kenyamanan untuk anak dan orangtua. Selain itu, juga mengajarkan anak tentang empati untuk menghargai orang lain dimulai orangtua terlebih dahulu. Biasakan mengajarkan anak untuk mandi sesuai dengan jenis kelamin anak. Ajarkan privasi kepada anak untuk membuka baju jangan ditempat umum, sehingga anak bisa menghargai dirinya sendiri. Intinya pondasi dasar dahulu diterapkan kepada anak, karena tidak semua orang disekitar baik seperti orang dirumah,” tutupnya. (oke)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Solverwp- WordPress Theme and Plugin