RADARBEKASI.ID, BEKASI – Komisi Bidang Pendidikan, Waktu Luang, Budaya, dan Agama Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) RI, Aris Adi Leksono, menyatakan bahwa pondok pesantren (ponpes) di setiap wilayah tengah berusaha mencapai standar ideal sebagai pondok pesantren yang ramah anak.
“Pondok pesantren saat ini sedang menuju standar idealnya, yaitu menjadikan pondok pesantren ramah anak,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Minggu (28/4/2024).
Namun, untuk mencapai standar tersebut, pondok pesantren masih perlu meningkatkan layanan, terutama dalam bidang konseling, kesehatan gizi, dan penyuluhan umum secara rutin.
“Pondok pesantren itu masih harus meningkatkan pelayanan untuk menuju idealnya menjadi pondok pesantren ramah anak,” tuturnya.
Salah satu contoh upaya peningkatan yakni dengan membatasi jumlah santri di setiap kamar untuk memastikan mereka memiliki ruang yang cukup untuk beristirahat.
“Jumlah santri di dalam kamar itu sangat berpengaruh, kalau kebanyakan akan timbul kekerasan salah satu nya bullying. Selain itu istirahat para santri juga tidak maksimal,” ucapnya.
BACA JUGA: Pesantren Kilat Membangun Karakter Positif di Bulan Ramadan
Selain itu, pondok pesantren juga perlu memiliki pengajar psikologi atau yang lebih dikenal sebagai guru Bimbingan Konseling (BK) agar pelayanan kepada anak-anak dapat lebih optimal.
“Pondok pesantren setidaknya harus memiliki tenaga pengajar yang paham tentang psikologi, kalau di sekolah biasa itu dikenal dengan sebutan guru BK,” terangnya.
Pemerintah daerah setempat juga perlu turut serta dengan membuat program piloting terkait pondok pesantren ramah anak di wilayahnya masing-masing.
“Pemda harus membuat piloting terkait program pondok pesantren ramah anak, di dalamnya kyai, pengurus, pengajar diberikan bimtek bagaimana memaksimalkan pelayanan untuk menjadi pondok pesantren ramah anak,” ucapnya.
Komitmen pimpinan pondok pesantren juga sangat penting untuk memaksimalkan pelayanan agar menjadi ramah anak. “Yang terpenting adalah komitmen dari masing-masing pondok pesantren,” ucapnya.
BACA JUGA: Belum Semua Santri Kembali ke Ponpes di Bekasi Setelah Libur Lebaran
Terpisah, Ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kota Bekasi, Ismail Anwar, menegaskan bahwa pondok pesantren telah menerapkan program ramah anak sejak awal.
“Sesungguhnya pesantren sejak awal sudah menerapkan ramah anak, kiai, guru dan santri sudah seperti keluarga besar bahkan sampai menjadi alumni tetap menjadi keluarga karena memang benar-benar menerapkan kekeluargaan,” ujarnya.
“Adapun program ramah anak oleh pemerintah saat ini sedang dilaksanakan sesuai dengan kemampuan masing-masing pondok pesantren, karena pondok pesantren benar- benar mandiri segalanya termasuk pembiayaannya,” jelasnya.
Selanjutnya, mengenai guru konseling, saat ini pondok pesantren telah dilengkapi dengan guru lulusan psikologi. Namun, berbeda dengan sekolah umum, guru konseling di pondok pesantren tetap mendapatkan pendampingan dari pembimbing yang telah dipercayai oleh pimpinan pondok pesantren.
“Guru konseling biasanya setiap pondok pesantren sudah ada memang berbeda dengan sekolah biasanya, lulusan psikologi di pesantren biasanya tetap dengan bimbingan dari para pembimbing yang sudah dipercaya sama pimpinan pondok pesantren yang bisa membantu santri dalam memecahkan masalahnya,” ucapnya.
Terkait jumlah santri dalam satu kamar, telah diatur secara hati-hati untuk memastikan keamanan dan kenyamanan santri saat beristirahat. “Kamar pondok pesantren satu dengan lainnya berbeda, fasilitas dan sarana prasarana nya. Tapi mayoritas setiap kamar itu ada 10-15 santri dengan ukuran kamar yang besar,” pungkasnya. (dew)
