Berita Bekasi Nomor Satu

Empat Desa Terisolir

MAIN AIR - Sejumlah anak-anak makan nasi bungkus usai main air saat banjir melanda Desa Sukalaksana Kecamatan Sukakarya, Senin (22/2). Banjir akibat luapan sungai Citarum meluas.ARIESANT/RADAR BEKASI
MAIN AIR – Sejumlah anak-anak makan nasi bungkus usai main air saat banjir melanda Desa Sukalaksana Kecamatan Sukakarya, Senin (22/2). Banjir akibat luapan sungai Citarum meluas.ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Banjir yang melanda wilayah Kecamatan Pebayuran Kabupaten Bekasi kian meluas. Hingga kemarin, banjir telah menenenggelamkan tujuh desa dari sebelumnya hanya empat desa. Dari tujuh desa tersebut, empat desa diantaranya terisolir karena terputusnya jalan menuju desa tersebut. Akibatnya, warga bertahan dirumah mereka atau mendirikan tenda darurat.

Tujuh desa yang kini terendam banjir yakni, Bantarsari, Bantarjaya, Karangpatri, Sumberurip, Sumbereja, Karangsegar, dan Karangharja. Sementara desa yang tidak bisa dilalui yakni Desa Sumberurip, Sumbereja, Karangsegar, dan Karangharja. Ketimnggian air didesa tersebut mencapai 150cm.

“Dari tujuh desa yang terendam air, empat diantaranya terisolir. Terkait bantuan makanan, kita melalui BPBD dan Dinas Sosial terus berjalan. Memberikan bantuan terhadap masyarakat yang masih bertahan, tidak mau dievakuasi,” kata Bupati Bekasi, Eka Supria Atmaja.

Dida menuturkan, masyarakat yang sampai saat ini masih bertahan rumahnya masing-masing, rata-rata para suami. Sedangkan, untuk anak dan istrinya sudah dievakuasi ke tempat yang lebih aman.

“Rata-rata yang tidak dievakuasi itu suaminya, karena ingin mempertahankan harta bendanya. Sedangkan, anak dan istrinya sudah dievakuasi,” ucapnya.

Kapolres Metro Bekasi, Kombes Pom Hendra Gunawan mengatakan, debit air di sungai Citarum mengalami kenaikan, menyebabkan banjir yang sebelumnya merendam empat desa, sekarang bertambah menjadi tujuh. Dengan penambahan ini, masyarakat yang terdampak juga bertambah menjadi 17 ribu.

“Sekarang ada penambahan, sebelumnya 12 ribu jiwa yang terdampak. Sekarang menjadi 17 ribu jiwa, karena ada kenaikan debit air,” ujarnya kepada Radar Bekasi dilokasi pengungsian, Senin (22/2).

Menurutnya, tiga desa yang sekarang ikut terendam banjir, kondisinya tidak separah empat desa sebelumnya. Untuk proses evakuasi kepada masyarakat yang terdampak terus dilakukan. Sampai pukul 10:00 siang, sebanyak 8 ribu berhasil dievakuasi. Sedangkan, 4 ribu jiwa lagi belum dievakuasi.

Kata Hendra, ada beberapa tempat yang warganya masih bertahan di tanggul maupun di rumah, seperti di Kampung Babakan Banten sebanyak 400 sampai 500 orang. Karangharja, Sumberja, Sumberurip. Rencananya, akan dievakuasi semuanya, agar bisa mengakomodir terkait kesehatan, konsumsi, logistik, maupun tempat, agar terhindar dari penyakit.

“Teknis evakuasinya, bagi yang sulit di jemput dengan kendaraan roda empat atau darat, kita menggunakan perahu karet. Kita menyiapkan sekitar 25 perahu karet, kemudian 15 kendaraan truk angkut,” tuturnya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Alamsyah menuturkan, sampai saat ini sudah banyak pengungsi yang mengalami gejala penyakit, mulai dari batuk pilek, penyakit kulit, dan lainnya, penyebabnya karena memang kelelahan.

Bahkan, satu orang pengungsi harus dirujuk ke puskesmas, karena memang menderita penyakit lumpuh dari sebelum banjir. Sedangkan, untuk pos kesehatan berada di setiap desa, puskesmas, dan tempat ibadah, jumlahnya sekitar 20 posko.”Untuk pengungsi yang mengalami gejala penyakit sampai saat ini sudah ratusan. Kita menerjunkan sekitar 200 tenaga kesehatan,” jelasnya.

Anggota Komisi X DPR RI, Obon Tabroni, meminta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, memperhatikan kualitas tanggul sungai Citarum, mengingat anggaran untuk perbaikan tanggul pada tahun 2020 cukup besar.

Selain kualitas tanggul, pria yang pernah menyalonkan diri sebagai Bupati Bekasi pada Pilkada 2017 itu meminta, agar dilakukan pengecekan secara rutin. Pasalnya, anggaran untuk pembuatan tanggul memakan biaya besar. Sedangkan, dampak sampai sekarang masih di rasakan oleh masyarakat.

“Proyek kemarin itu gila-gilaan, sampai ratusan milyar, sementara dampaknya hingga sekarang, banjir terus-terusan terjadi. Padahal, fungsi tanggul itu menahan air agar tidak banjir,” ungkapnya.(pra)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin