Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Jangan Pilih-Pilih Vaksin

ILUSTRASI: Petugas medis bersiap menyuntikan vaksin Sinovac saat vaksinasi massal di Stadion Patriot Candrabhaga Kota Bekasi, Kamis (1/7). RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI.

RADARBEKASI.ID, BEKASI SELATAN – Pemerintah Kota Bekasi terus menggencarkan program vaksinasi covid-19. Vaksinasi pun saat ini makin mudah dilakukan dan banyak ditemui, mulai di fasilitas Kesehatan (faskes), hingga fasilitas umum. Namun, sejumlah masyarakat justeru memilih jenis vaksin berdasarkan merek tertentu, karena dianggap lebih baik. Akibatnya, mereka harus menunda waktu menerima vaksin.

Argarini (37) misalnya, warga kelurahan Aren Jaya Bekasi Timur ini mengaku menunda program vaksinasi yang sudah ditawarkan melalui pengurus RT. Dia mengaku memilih vaksin Moderna atau Pfizer,”Katanya sih yang itu (kedua vaksin tersebut) lebih ampuh. Kemarin sih pernah ditawari Sinovac, tapi saya tolak,”kata wanita yang bekerja di bilangan Jakarta Selatan ini.

Kondisi ini diakui oleh Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi. Dia mengaku banyak warga yang pilah-pilih vaksin. Tak hanya itu, banyak juga menolak menerima vaksin. Namun, dirinya pun tidak mempersoalkan hal itu karena memang informasi yang tersebar di tengah masyarakat pun beragam, termasuk soal adanya kabar kalau vaksin haram.

“Itu biasa di masyarakat mah, tapi yang jelas kami tak henti-hentinya edukasi dan mensosialisasikan kalau vaksin ini aman dan sudah mendapat label halal dari MUI, sehingga masyarakat tidak perlu takut. Dan ini kita lakukan sebagai ikhtiar kita buat sehat bersama, semoga pandemi Covid-19 ini juga bisa kita lalui bersama,” tandasnya.

Senada juga disampaikan oleh Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bekasi, dr Vevie Herawati. Dia mengaku banyak warga yang memilih jenis vaksin. Padahal menurutnya, semua vaksin sama.

Dia menegaskan kepada masyarakat, agar tak perlu harus pilih-pilih, karena semua vaksin sudah dipastikan aman dan halal. “Kami pastikan semua jenis vaksin ini aman, dan semua jenis vaksin juga masih tersedia dan sudah disebar ke setiap wilayah, sehingga diharapkan di Kota Bekasi ini mencapai herd immunity. Jadi, tak perlu pilih-pilih,”terangnya.

Padahal lanjutnya, Kementerian Kesehatan berulang kali telah mengingatkan apapun jenis vaksin yang diterima masyarakat, baik itu Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, Pfizer, maupun Moderna, terbukti membantu tubuh untuk melawan virus SARS-Cov-2 bila terpapar. “Tubuh yang seharusnya mengalami gejala berat saat Covid-19 menyerang, akan sangat terbantu kesembuhannya jika sebelumnya telah menerima vaksin.”terangnya.

Sementara itu, Pencapaian vaksinasi Covid-19 di Kota Bekasi, per tanggal 1 September 2021, baru capai 43,19% untuk dosis pertama atau 870.664 orang, sementara sekitar 20.30% untuk dosis kedua atau sekitar 409.258 orang, dan sebanyak 7595 tenaga kesehatan (nakes) kini telah divaksin jenis booster atau dosis ketiga. Artinya, kini sudah ada sebanyak 1.287.517 suntikan dari target vaksinasi yang ingin dicapai di Kota Bekasi, yakni sebanyak 2.016.006 juta penduduk.

“Jadi, itu hasil dari update realisasi pelaksanaan vaksinasi di Kota Bekasi, per 1 September 2021. Dan kami pun terus berupaya melaksanakan terus sebagai upaya meningkatkan kekebalan komunal warga Kota Bekasi terhadap virus Covid-19,” paparnya.

Adapun total tersebut, diakui Vivi, vaksin terbagi kepada 6 kategori pelaksanaan. Antara lain, untuk Nakes, petugas publik, lansia, remaja, masyarakat rentan dan umum, serta program gotong-royong. Dari seluruhnya itu, paling banyak diberikan buat masyarakat rentan dan umum. Masing-masing itu, sebanyak 241.284 dosis pertama, dan 111.536 dosis kedua. “Vaksin yang digunakan beragam ya, dan itu kami pastikan aman semua baik Sinovak, Astrazeneca, maupun yang terakhir jenis Pfizer,” tuturnya.

Adapun berdasarkan informasi berbagai sumber, dari sekian jenis vaksin yang digunakan di Tanah Air saat ini, ada sebanyak 5 jenis seperti Sinovac, AstraZeneca, Moderna, Pfizer, dan Sinopharm (untuk vaksinasi Gotong Royong). Dari lima jenis ini pun memiliki karakter masing-masing, misalnya saja jumlah dosis dan interval pemberian.

Selain itu, platform vaksin Covid-19 tersebut juga berbeda-beda, yakni ada yang dikembangkan dari inactivated virus, berbasis RNA, viral-vector, dan sub-unit protein. Meski demikian, semuanya sudah dipastikan keamanannya dan efektivitasnya dalam menangkal virus Covid-19.

Vaksin Covid-19 yang pertama hadir di Indonesia itu, dari perusahaan China, yakni Vaksin Sinovac dikembangkan dari inactivated virus dan diberikan melalui intramuskular. Setiap orang mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19 , masing-masing 0,5 ml dan tiap dosis diberikan dengan interval 28 hari.

Vaksin Covid-19 Sinovac diberikan dalam berbagai program vaksinasi pertama yang digulirkan Pemerintah.Untuk Vaksin Covid-19 Sinovac ini juga dinyatakan aman untuk anak-anak khususnya usia 12 sampai 18 tahun.

Kemudian, kedua vaksin AstraZeneca yang punya platform berupa viral vector (non replicating), dan diberikan dalam dua dosis. Vaksin AstraZeneca diberikan dalam interval yang paling jauh daripada vaksin lainnya di Indonesia, hingga 12 minggu.

Vaksin Covid-19 Astrazeneca telah mendapat EUA dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), pada 22 Februari 2021 dengan pemberian nomor EUA2158100143A1. Selain itu, vaksin AstraZeneca ini juga diklaim ampuh melawan virus Corona varian Delta dan Kappa

Selanjutnya, Vaksin Moderna yang merupakan jenis vaksin berbasis messenger RNA (mRNA) yang pertama kali dipakai di Indonesia. Vaksin Moderna ini tak gunakan virus yang dilemahkan, melainkan memanfaatkan komponen materi genetik yang direkayasa. Vaksin Moderna diproduksi oleh Moderna Incorporation AS, dan diklaim ampuh melawan varian Delta, Kappa dan Gamma. Selain itu, vaksin Covid-19 Moderna ini dinilai aman untuk orang dengan komorbid alias penyakit penyerta.

Sementara itu, setiap suntikan vaksin Covid-19 itu menimbulkan efek samping. Namun tidak semua orang yang menerima vaksin Covid-19 mengalami reaksi atau efek samping setelah vaksinasi atau yang dikenal dengan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi). kalaupun terjadi, efek samping Covid-19 tersebut adalah wajar. Hal yang perlu diingat adalah KIPI atau efek samping Covid-19 jauh lebih ringan dibandingkan terkena Covid-19 ataupun komplikasi terkait Covid-19. (mif/mhf)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin