Berita Bekasi Nomor Satu

KLHK Gandeng Ratusan Masjid Kelola Sampah

TIMBANG KARDUS: Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (PSLB3) KLHK, Rosa Vivien Ratnawati, bersama Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL), menimbang kardus, saat pelatihan pengelolaan sampah, di Masjid Baitul Makmur, Perumahan Telaga Sakinah, Telaga Murni, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Rabu (14/9). PRA/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Melalui Gerakan Sedekah Sampah Indonesia (Gradasi), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL), memberi pelatihan pengelolaan sampah, di Masjid Baitul Makmur Perumahan Telaga Sakinah, Telaga Murni, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Rabu (14/9).

Dengan mengusung tema “Kolaborasi Membangun Energi Kebaikan Menuju Indonesia Bersih dan Laut yang Berkelanjutan”, KLHK menggerakkan masyarakat dan komunitas agama untuk mengurangi sampah serta menanamkan perubahan perilaku masyarakat sebagai salah satu cara dalam mengamalkan prinsip ajaran agama, yaitu kebersihan.

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (PSLB3) KLHK, Rosa Vivien Ratnawati menjelaskan, Gradasi merupakan strategi pendekatan keagamaan dalam menggerakkan masyarakat dan komunitas agama, untuk mengurangi sampah. Selain itu juga menanamkan perubahan perilaku masyarakat.

Menurut Rosa, banyaknya jumlah rumah ibadah di Indonesia, membuat pendekatan agama memegang peranan penting membangun kesadaran masyarakat.

“Indonesia sebagai negara dengan mayoritas umat yang beragama Islam, diharapkan dapat menyentuh sisi religius dari masyarakat secara umum, sehingga kesadaran terhadap permasalahan sampah semakin meningkat,” harapnya.

Perwakilan dari 300 rumah ibadah, 100 bank sampah se-Kabupaten Bekasi juga turut hadir dalam acara hari tersebut. Hal ini merupakan sinergi yang baik untuk pengelolaan sampah di Indonesia, melalui circular economy.

Adapun saat ini, sampah di Tempat Pemrosesan Sampah (TPA) Burangkeng, sudah mencapai 2.800 ton perhari. Namun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi hanya mampu mengangkut 800 ton per hari. Jika diperkirakan satu rumah ibadah Gradasi mampu mengelola sampah satu ton per bulan, maka jika ada 500 rumah ibadah, bisa berkontribusi mengelola sampah hingga 6.000 ton per hari di Kabupaten Bekas.

“Targetnya, sebanyak 500 rumah ibadah di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Bekasi, akan diberikan pelatihan tentang pengelolaan sampah dan penerapan Gradasi,” ucap Rosi.

Pew Research Center melalui survei yang dilakukannya, “The Global God Divide” (2020), menemukan Indonesia berada di peringkat teratas atau merupakan negara paling religius. Sebanyak 96 persen responden Indonesia menganggap, seseorang harus beriman kepada tuhan untuk dapat bermoral, dan 98 persen menganggap agama penting di hidup mereka.

Oleh karena itu, penyadaran dan edukasi kepada masyarakat melalui pendekatan agama, bisa dijadikan sebagai solusi jangka pendek maupun jangka panjang, untuk menyelesaikan permasalahan sampah di Indonesia.

Dengan adanya kolaborasi ini, maka kesadaran masyarakat akan permasalahan sampah semakin meningkat, dan dapat membawa perubahan signifikan untuk pengelolaan sampah yang lebih baik.

“Saya berharap, sampah-sampah yang sudah terpilah dan bersih dari hasil sedekah sampah, dijadikan sebagai sumber bagi bank sampah. Lalu bank sampah dapat membagikan pengetahuannya untuk pemilahan sampah bernilai ekonomi bagi para pengurus rumah ibadah, sehingga dapat terwujudnya kolaborasi yang baik antar kedua gerakan yang luar biasa ini,” kata Rosi.

Selain berbasis masjid, Gradasi ini juga sudah diadaptasi dan diterapkan di gereja, pesantren dan sejumlah sekolah dasar. Pada awal Maret 2022, bekerja sama dengan Keuskupan Bogor, telah berlangsung peluncuran Gradasi berbasis gereja Katolik atau dikenal dengan Gerakan Kolekte Sampah Indonesia.

Saat ini, tercatat sudah ada 30 gereja di Keuskupan Bogor yang telah menerapkan Gerakan Kolekte Sampah Indonesia, dengan total sampah yang terkumpul sebanyak 6,19 ton. Tak hanya gereja Katolik saja, lima gereja Protestan di Jakarta juga akan menerapkan Gradasi.

Sementara di pesantren dan sekolah-sekolah dasar, juga banyak yang sudah mengadopsi gerakan ini. Tercatat kurang lebih ada 98 pesantren di Jombang dan 92 sekolah di Malang, sudah menerapkan Gradasi.

Bahkan, disalah satu universitas di Indonesia, yaitu Universitas Brawijaya, juga akan memasukkan materi terkait Gradasi sebagai bahan edukasi lingkungan dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswanya. Gerakan ini pun akan terus disebarluaskan ke rumah ibadah lainnya, yaitu ke pura, klenteng, maupun vihara.

Menurut Rosi, perubahan paradigma dan dukungan masyarakat tentang sampah, penting dilakukan. Caranya, dengan komunikasi untuk memperkuat pemahaman dan kesadaran. Hal ini diharapkan dapat menekan sampah plastik ke ekosistem laut.

Rosi menambahkan, saat ini Indonesia telah berkomitmen mengurangi 70 persen sampah plastik di laut pada tahun 2025. Sementara sampai dengan tahun 2021 ini, sudah berhasil mengurangi 28,5 persen kebocoran sampah plastik ke laut, dan masih menyisakan target pengurangan sebesar 41,5 persen.

“Dengan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap sampah, diharapkan dapat menjadi suatu tindakan pencegahan, agar sampah terutama sampah plastik, tidak bocor ke ekosistem laut,” ujar Rosi yang juga Ketua Tim Pelaksana Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL) ini. (pra)