Berita Bekasi Nomor Satu

Syabda Perkasa Belawa Nyetir Duluan dari Bekasi, Kecelakaan Maut Itu Menjemput Dinihari

Kondisi kendaraan Syabda Perkasa Belawa sekeluarga yang mengalami kecelakaan di Km 315+200 tol Pemalang-Batang kemarin pagi. (HUMAS POLDA JATENG)

RADARBEKASI.ID, PEMALANG – Setelah perjalanan panjang dari Kota Bekasi, Jawa Barat, semestinya Syabda Perkasa Belawa dan keluarga sudah sampai tujuan di Sragen, Jawa Tengah, sekitar tiga jam lagi. Jadi, rencana turut mengantarkan sang nenek ke peristirahatan terakhir bakal bisa terwujud.

Ada lima orang di sedan Toyota Camry B 1824 KBN yang pada jelang subuh Senin kemarin (20/3/2023) itu sedang melaju di tol Pemalang–Batang, Jawa Tengah. Kemudi dipegang Muanis Hadi Sutamto (49), ayah pebulu tangkis nasional kelahiran 2001 itu.

Ada pula ibunda anggota tim Piala Thomas 2022 tersebut, Anik Sulistyowati (48); serta kakak dan adiknya, Diana Sakti Anistyawati (25), dan Tahta Bathari Cahya Loka (11). Saat berangkat dari Jatikramat, Kota Bekasi, pada Minggu (19/3/2023) pukul 23.00, Syabda yang sebenarnya pegang setir. Tapi, sejak di rest area Km 57 yang berada di wilayah Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, sang ayah yang ganti menyopiri.

BACA JUGA: Status Tersangka Mahasiswa UI yang Tewas Kecelakaan Maut Dicabut, Kuasa Hukum Keluarga Hasya Bilang Begini

Malang tak dapat ditolak. Di Km 315+200 yang masuk wilayah Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, saat jarum jam menunjukkan pukul 03.50, mobil yang dikendarai Muanis tiba-tiba oleng ke kiri. Tanpa ampun mobil tersebut menabrak bagian belakang truk colt diesel bernomor polisi AG 8711 V yang disopiri Ari Wibowo yang melaju searah.

“Menurut pengakuan sementara, karena kondisinya masih shock, yang bersangkutan (Muanis) (saat itu) memang mengantuk,” kata Kapolres Pemalang AKBP Yovan Fatika Handhiska Aprilaya kepada Radar Pemalang. Yovan menyebut kecelakaan itu terjadi di jalur A tol Pemalang–Batang.

”Kejadian berawal saat mobil yang membawa para korban melaju dari arah barat ke timur dengan kecepatan tinggi,” katanya. Pihaknya, lanjut Yovan, saat ini sedang melakukan penyelidikan. “Olah TKP dan memeriksa sejumlah saksi terkait insiden kecelakaan tersebut,” ungkapnya.

BACA JUGA: Cerita Siswa Selamat dari Kecelakaan Maut Sultan Agung

Syabda dan semua anggota keluarganya menjadi korban. Syabda yang tahun lalu merebut dua gelar international series di Lithuania dan Malaysia itu meninggal di rumah sakit. Adapun Anik meninggal di lokasi kecelakaan.

Diana serta Tahta mengalami patah tulang, sedangkan Muanis luka ringan. Ketiga korban luka sampai kemarin masih dirawat di Rumah Sakit Islam (RSI) Al Ikhlas, Pemalang.

Sedangkan Syabda dan Anik, setelah pemulasaraan, dibawa ke Desa Sumberejo, Mondokan, Sragen.

BACA JUGA: Kecelakaan Maut Sultan Agung, KNKT: Muatan Overload, Sopir Pakai Gigi 7

Menurut Direktur RSI Al Ikhlas dr Kharisma Bimo Cahya Nugroho, Syabda mengalami multiple trauma. Ada beberapa trauma yang bersifat fatal. Saat sampai di rumah sakit, kondisinya sudah kritis.

“Sudah dilakukan pertolongan pertama, tapi tidak bisa diselamatkan,” terangnya.

Syabda adalah salah satu rising star di tunggal putra pelatnas. Dia dipersiapkan sebagai pelapis para senior: Anthony Ginting, Jonatan Christie, dan Chico Aura Dwi Wardoyo.

BACA JUGA: Polisi Tetapkan Sopir Kecelakaan Maut Sultan Agung Jadi Tersangka

Salah satu performanya yang paling dikenang adalah saat menjadi penentu kemenangan 3-2 atas Korea Selatan di fase grup Piala Thomas 2022 di Bangkok, Thailand.

Syabda Perkasa Belawa saat melawan tunggal ketiga Korea Selatan Lee Yu-gyu dalam penentu juara grup A Piala Thomas 2022 di Bangkok, Thailand. (115/2002). (ANTARA)

 

Syabda menundukkan tunggal ketiga Korea Selatan Lee Yun-gyu 21-14, 11-21, 21-18.

Berkat kemenangan tersebut, Indonesia melaju ke perempat final sebagai juara grup. Merah Putih akhirnya sampai ke babak puncak, tapi sayang gagal mempertahankan gelar setelah kalah oleh India.

BACA JUGA: Ini Daftar Korban Kecelakaan Maut Sultan Agung

Kepala Desa Sumberejo Sentot Nugroho menyebut Anik, ibunda Syabda, memang berasal dari desa yang dirinya pimpin itu. “Kalau ayahnya dari Kalijambe (kecamatan lain di Sragen),” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Solo.

Ke desa tersebut pula Syabda dan keluarga mudik dengan tujuan bisa mengantarkan nenek dari pihak ibu ke tempat peristirahatan terakhir. Tapi, nasib berkata lain. Syabda dan sang ibu akhirnya juga harus dikebumikan di desa tersebut. (jpc)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin