RADARBEKASI.ID, BEKASI – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Bekasi optimis meraih sepuluh kursi pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 mendatang. Rasa optimistis muncul setelah adanya regenerasi struktur kepengurusan. Ditambah eksistensi sejumlah kader dan pengurus yang diyakini bakal membuat PKB tampil greget di Pemilu 2024.
Sekretaris DPC PKB Kabupaten Bekasi, Ahmad Faisal mengatakan, komposisi Caleg yang ada di partainya semuanya sudah siap ”bertarung”. Mereka sudah lolos dalam tahapan seleksi yang disebut Uji Kelayakan dan Kepatutan (UKK). Dimana acuan seleksi tersebut diantaranya, mereka harus berdomisili di Dapilnya masing-masing. Kemudian mereka juga harus memiliki eksistensi. Hal itu diyakini menjadi kekuatan besar.
“Pengalaman dan eksistensi kader-kader yang ada di PKB hari ini, menjadi sebuah amunisi buat mereka untuk memberikan sebuah ide, gagasan, maupun konsep. Sehingga roda organisasi partai berjalan dengan dinamis, saling menguatkan antara satu dengan yang lain dan saling memberikan motivasi,” ujarnya kepada Radar Bekasi, belum lama ini.
Dengan kondisi seperti sekarang, politikus yang akrab disapa Gus Faisal ini optimistis partainya mampu meraih minimal tujuh kursi legislatif di Kabupaten Bekasi. “Kita mengaminin itu, bukan saja meyakini. Bahwa PKB di 2024 minimal melahirkan tujuh kursi, dengan perhitungan sementara satu dapil satu kursi. Syukur-syukur bisa sepuluh, karena ada beberapa Dapil yang memang kita mengamini itu melahirkan dua kursi,” katanya.
BACA JUGA: Caleg PKB Diminta Sandingkan Pasangan AMIN
Sayangnya, pria asal Tambun Selatan ini enggan membeberkan Dapil mana saja yang diyakini bakal meraih dua kursi. “Ya adalah, kalau nanti saya buka akan menjadi konsumsi publik. Karena strategi itu tidak kemudian kita sampaikan. Tapi yang jelas ada beberapa Dapil yang kita sangat mengamini bisa melahirkan dua kursi,” katanya.
Perihal PKB yang tampil lebih greget pada Pemilu 2024, Gus Faisal menegaskan, bahwa partainya merekrut berbagai unsur yang berasal dari para pemuda, untuk berdiskusi kaitan kebijakan partai, yang kemudian dituntaskan dengan ngopi bareng. Sekaligus, dirinya pun bertekad merubah stigma dan paradigma, yang kebanyakan menilai muda itu kurang ahli dalam mengatur atau memimpin partai.
“Saya mencoba mematahkan stigma dan paradigma, bahwa yang muda itu kurang bisa mengatur. Personel hari ini adalah kader-kader muda, tapi orang tua tetap ada,” tuturnya. (pra/adv)
