Berita Bekasi Nomor Satu

Ibadah Setiap Detik

M. Shalahuddin, S.S.I, M.Pd
M. Shalahuddin, S.S.I, M.Pd
M. Shalahuddin, S.S.I, M.Pd
M. Shalahuddin, S.S.I, M.Pd

”Katakanlah (Muhammad) ’Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan Semesta Alam.” (QS. Al-An’am : 162). Hendaknya tiada detik yang terlewatkan tanpa bermakna ibadah. Seorang mukmin akan bahagia manakala dapat beribadah kepada Allah SWT dengan benar. Tentu kita sudah saling memahami hidup di dunia ini tak lama, hanya sekedar tempat singgah mengambil bekal dan dibawa menghadap Allah SWT. Perjalanan itupun sangat panjang, hingga butuh bekal yang banyak dalam hidup kita.

Hidup bukan sekedar hidup, tak sekedar makan, minum, bekerja dan berkeluarga. Hidup sesungguhnya adalah detik-detik ibadah, penghambaan diri kepada Allah SWT dalam rambu-rambu-Nya demi meraih keridhoan ilahi. Ketaatan kepada Allah SWT, membuka cara berpikir untuk bagaimana beribadah kepada-Nya dalam setiap detik. Dengan ketekunan beribadah yang kita lakukan, maka hati orang-orang beriman begitu sensitif, bila disebut nama Allah SWT bergetar hatinya, dan bila dibacakan Asma Allah bertambah keimananya. Ia mudah menangis ketika mengingat dosa-dosanya, takut akan adzab-Nya.

Setiap kegiatan yang dilakukan, mulailah dengan Basmallah, itu sudah menjadi niat ibadah yang ditujukan untuk-Nya. Lisan yang mengucap basmallah dengan tulus, tentu malu jika akan berbuat maksiat, sedangkan menjauhi maksiat adalah seutama keimanan itu sendiri. Selanjutnya mengisi sisi kehidupan dengan kemanfaatan. Apapun yang kita lakukan, baik itu mencari rizki, bekerja di lapangan, mengajar di sekolah, bekerja di sawah, menjahit, berdagang, memasak, membuat makanan untuk dijual dengan niat untuk menyambung hidup dan beribadah, maka semua itu bernilai ibadah. Sarana yang digunakan untuk beribadah maka semuanya bernilai ibadah, bahkan bertemu dengan sauudara saling tegur sapa dan tersenyum ramah adalah ibadah, selanjutnya, istirahat atau tidur pun bernilai ibadah jika kita berdoa sebelum tidur dan meniatkannya agar bisa mengistirahatkan jiwa dan raga, lalu setelah bangun meniatkan untuk beribadah kembali. Insyaallah dengan itu, seluruh hidup bernilai ibadah.

Refleksi dari semua ini adalah munculnya kesungguhan, kekhsyu’an dan keseriusan beribadah serta beramal sholeh di setiap detik. Itu karena jiwanya sudah tertanam betapa Allah SWT begitu dekat, sedemikian dekat, sehingga terasa dalam kebersamaan sekaligus mengawasi setiap amaliyah sehari-hari. (*)

Wallahu A’lam bis showab.

Ketua MUI Cikarang Barat/Kepala SDIT Nurul Fajri


Solverwp- WordPress Theme and Plugin