Berita Bekasi Nomor Satu

Nawaitu – Tujuan – Cara (NaTurA)

Assoc.Prof. T. Syahrul Reza (Dosen Senior Institut Ilmu Sosial dan Manajemen  "STIAMI"( Institut Stiami) Jakarta,  Founder-CEO ASEAN Lecturer Community (ALC)-  www.aseanlecturer.com.  )

 

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Setiap orang tentu bisa mengambil makna-makna dari proses kehidupan yang kita lalui, setidaknya versi   sendiri yang boleh jadi orang lain bisa mengamininya atau menganggap ada benernya atau banyak benernya  atau seluruhnya benar juga dan bisa juga masing-masing orang mempunyai pengalaman sendiri dalam kehidupannya.

Menurut pandangan saya atau filosofi yang saya simpulkan dalam suatu kehidupan bahwa apapun yang kita lakukan di dunia ini apabila tidak three in one maka apa yang kita lakukan itu tidak solid tidak akan bernilai ibadah sebagaimana kita ketahui bahwa segala apapun aktifitas kita,  kegiatan kita,  action kita itu selalu harus awali dengan sebuah Niat  atau nawaitu  kita tahu Allah SWT melalui Rasulullah SAW mengatakan Innama A’malu Bin Niat segala perbuatan itu bergantung niatnya.

Jadi niat ini sangat penting bahkan saya menyebut niat itu adalah KM 0/0 KM dimana kita mulai bergerak.  Tanpa satu niat yang jelas atau niat yang terukur terhadap sesuatu yang melakukan itu pasti tidak akan diterima oleh Allah SWT, setidaknya kalau kita tidak ada niat, misalnya mau mengambil mangga tetangga,  tapi pas kita lewat mangganya kena kepala kita karena buahnya ternyata rendah, apabila kemudian mangga itu jatuh karena kena kepala kita, apakah itu akan kita ambil buahnya atau kita letakkan di pilar pagarnya ?, kan kita tidak ada niat mau ngambil mangga dia tapi itu tergantung kepada kita sendiri.

Jadi nawaitu merupakan satu activity awal yang harus kita sadari betul akan apa yang kita buat,  misal kita mau shalat niat shalat bagus apa tidak ?. Tentu saja sangat bagus memang itu kewajiban kita sebagai orang Muslim, tapi persoalannya kalau kita sudah mau niat shalat kemudian tujuan kita shalat apa ?.

Kalau kita mengikut apa yang telah diperintahkan oleh Allah atau apa dianjurkan Rasulullah maka tujuannya tidak lain adalah untuk mendapatkan Ridho Allah, karena itu perintah Allah salah satunya adalah shalat, tujuannya adalah untuk mendapatkan Ridha Allah, tetapi tujuan ini atau niat sekalipun itu ditengah jalan bisa dilencengkan oleh musuh kita yang bernama syaitan laknatullah.  Setan menggoda kita yang awalnya dengan niat yang baik, dan tujuan baik, tetapi karena syaitan, sehingga atujuan itu bisa jadi tidak baik, misalnya kita sudah niat ke masjid, tiba-tiba di tengah jalan setan menggoda, melihat seorang wanita cantik, sehingga tujuannya jadi melenceng, yang tadinya mencari ridha Allah SWT, menjadi ria ingin di lihat oleh wanita itu ibadahnya bagus.

Dari cerita itu sudah jelas bahwa tujuan yang baik, karena iman kita tidak kuat, maka musuh kita (syaitan) bisa melencengkannya, atau contoh lain ketika kita bekerja di kampus atau di tempat manapun, niat kita kerja itu apa supaya tidak dianggap pengangguran, sekedar untuk mendapatkan uang  dan lain-lain, itu  sudah jelas tidak pas dari awal, jadi niatnya mestinya adalah bekerja itu untuk ibadah karena Allah SWT, bukan untuk mencari kekayaan.

Dalam agama islam  ibadah ini kan ada dua  satu ibadah ritual atau disebut mahdhoh dan ibadah non – ritual yaitu ghairu  mahdhoh.  Ibadah murni atau ritual seperti mana dalam rukun Islam Jadi kita mengucapkan 2 kalimat  syahadat,  kita shalat,  puasa, bayar zakat, naik haji jika mampu, sedangkan ibadah Non-Ritual seperti  bantu orang tua menyeberang jalan,  membuang paku atau duri di jalan,  tersenyum aja kepada sesama saudara kita atau orang lain itu semua juga di katakan  ibadah.

Kalau tujuan kita bekerja bukan lillahi taala tapi lillahi nas,  lillahi pimpinan,  lillahi bos dengan sendirinya kita ini akan capek dan kecewa dalam pejalan pekerjaan kita itu.  Jadi kita melakukannya bukan untuk mendapatkan Ridho Allah, tetapi  hanya hunting money atau supaya dapat pujian,  perhatian pimpinan biar cepat naik karir jabatan, jadi ini tujuannya sudah keliru artinya tujuannya lillahi nas bukan lillahi ta’ala, jika kita sandarkan atau tujuan untuk mendapatkan apresiasi, kontraprestasi, uang dan lain-lain itu kita sandarkan kepada manusia maka tunggulah kekecewaan karena belum tentu yang kita inginkan, kita harapkan itu akan kita raih.

Oleh karena itu sekali lagi saya ingin mengulangi bahwa penting banget menyatukan natura ini nawaitu, tujuan dan cara dalam aktivitas,  amalan kita, action kita sehingga ada nilai yang bermanfaat atau dapat mendapatkan  pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Semoga bermanfaat. (*)

Solverwp- WordPress Theme and Plugin