Berita Bekasi Nomor Satu

Cari Pilot Susi Air, Tokoh Masyarakat Didekati

Proses evakuasi warga dan pekerja proyek dari Kenyam, Nguda, menuju Timika kemarin (8/2/2023). (SATGAS CARTENZ)

RADARBEKASI.ID, JAKARTA – Nasib Philips Max Marthin, pilot pesawat Susi Air PK-BVY yang dikabarkan dibawa kelompok separatis teroris (KST) di Kabupaten Nduga, Papua, belum diketahui.

Hingga kemarin (8/2/2023), evakuasi baru berhasil dilakukan terhadap 15 pekerja proyek pembangunan puskesmas di Distrik Paro, Nduga.

Dilansir dari Cenderawasih Pos, evakuasi menggunakan heli Polri Bell-412EP/P-300 dan heli Karakal TNI-AU EC-725/HT-7201.

BACA JUGA: Danrem 172/PWY: Pelaku Pembakaran Pesawat Susi Air KKB Pimpinan Egianus Kogoya

Para pekerja tersebut langsung menjalani pemeriksaan di RSUD Mimika. ”Semua dalam keadaan sehat,” kata Wakapolda Papua Brigjen Pol Ramdani Hidayat.

Dalam keterangan di Kantor Pelayanan Polres Mimika, dia menyebutkan, 15 pekerja tersebut adalah Gregorius Yanwarin, Domianus Wenehen, Thadeus Belyanan, Ical Behuku, Simon Walter, Martinus Yanwarin, Gerardius Ruban, dan Yogi Parlahutan Siregar.

Kemudian, Fransiskus Rendi Ruban, Refalino Walten, Antonius Heatubun, Martinus Heatubun, Andreas Kolatlena, Amatus Ruban, dan Walterius Emanuel Heatuban.

BACA JUGA: Pesawat Susi Air Diduga Dibakar KKB, Kapolda Papua: Nasib Pilot dan Penumpang Termasuk Bayi Belum Diketahui

Selanjutnya, petugas akan meminta keterangan terkait keberadaan mereka di Distrik Paro.

Pj Bupati Nduga Namia Gwijangge menambahkan, proses evakuasi dibantu masyarakat setempat yang membawa para tukang berjalan kaki ke Kenyam.

”Dan, di perjalanan mereka dapat bantuan dari aparat TNI dan Polri untuk jemput dengan helikopter bawa ke Timika,” ungkapnya.

Keterlibatan masyarakat tersebut, menurut Komandan Korem 172/PWY Brigjen TNI J.O. Sembiring, menunjukkan bahwa masyarakat tidak setuju dengan aksi KST yang bergerak di bawah komando Egianus Kogoya.

Danrem menjelaskan bahwa 15 pekerja tersebut diancam Egianus Kogoya akan dibunuh apabila tidak segera keluar dari Distrik Paro.

15 pekerja tersebut awalnya bertugas membangun puskesmas. Namun, pada 4 Januari lalu, ada kelompok yang mendatangi mereka.

”Kelompok itu curiga karena dari 15 pekerja itu, ada lima yang tidak memiliki kartu identitas,” jelas Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri.

Rencana evakuasi kemudian disusun. Aparat keamanan di Papua memutuskan menarik mereka dari Distrik Paro dengan pesawat yang mendarat lebih awal di daerah tersebut.

”Saat pesawat terbang masuk, dibawa keluar ini pekerja-pekerja,” kata Mathius. Sayang, pesawat Susi Air yang membawa dan menurunkan penumpang di sana malah ditahan dan dibakar kelompok Egianus Kogoya pada Selasa (7/2/2023).

Beruntung, ada seorang pendeta yang berinisiatif mengamankan 15 pekerja dan membantu mengeluarkan mereka dari Distrik Paro.

Lantas, bagaimana nasib pilot Philips? Ditemui seusai Rapim TNI-Polri di Jakarta, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menyampaikan bahwa pihaknya telah mengambil langkah penyelamatan pilot berkewarganegaraan Selandia Baru tersebut. Polri juga berkomunikasi dengan Kedutaan Besar Selandia Baru.

Terkait lima penumpang pesawat Susi Air yang bertolak dari Timika, Kabupaten Mimika, ke Paro, Kabupaten Nduga, dua hari lalu, Sigit menegaskan bahwa mereka tidak disandera. Lima orang itu merupakan masyarakat lokal. ”Hanya pilot saja (yang belum dievakuasi),” kata mantan Kabareskrim tersebut.

Di tempat yang sama, Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono juga menegaskan bahwa evakuasi prioritas saat ini adalah menyelamatkan Philips Max Marthin.

”Dengan sudah kami evakuasi 15 (orang), prioritasnya sekarang untuk mencari pilot (Susi Air),” kata Yudo. TNI sudah melakukan penebalan personel di Distrik Paro.

Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri membenarkan bahwa lima penumpang Susi Air tersebut merupakan warga Distrik Paro. Mereka sama sekali tidak disandera. Untuk misi pembebasan pilot, pihaknya akan menempuh upaya persuasif. Caranya adalah dengan melakukan pendekatan melalui pendeta dan tokoh masyarakat. ”Saya optimistis pilot ini akan dibebaskan,” tegasnya saat ditemui di sela rapim TNI-Polri.

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati mengungkapkan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara terus berkoordinasi dan memonitor perkembangan kasus penyerangan terhadap pesawat Susi Air PK-BVY di Lapter (Lapangan Terbang) Paro, Nduga. Itu dilakukan melalui kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah X Merauke.

”Lapter Paro masih ditutup sementara mengingat posisi pesawat yang dirusak berada di tengah-tengah lapter. Sehingga tidak memungkinkan operasional penerbangan ke atau dari Lapter Paro,” terangnya.

Menyikapi peristiwa tersebut, lanjut Adita, Ditjen Perhubungan Udara telah melakukan langkah-langkah imbauan untuk lebih meningkatkan keamanan. (jpc)