Berita Bekasi Nomor Satu

Omset Anjlok, Ratusan Pedagang Bakso Tutup

Illustrasi : Pedagang bakso membersihkan etalase yang sudah ditutup di Cikarang Utara Kabupaten Bekasi, Rabu (14/7). Dampak PPKM Darurat, ratusan pedagang bakso di Cikarang yang tergabung dalam Paguyuban Pedagang Mie dan Bakso (Papmiso) terancam gulung tikar. ARIESANT/RADAR BEKASI
BERSIHKAN ETALASE: Pedagang bakso membersihkan etalase yang sudah ditutup di Cikarang Utara Kabupaten Bekasi, Rabu (14/7). Dampak PPKM Darurat, ratusan pedagang bakso di Cikarang yang tergabung dalam Paguyuban Pedagang Mie dan Bakso (Papmiso) terancam gulung tikar. ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ratusan pedagang bakso yang tergabung dalam Paguyuban Pedagang Mi dan Bakso (Papmiso) Kabupaten Bekasi, terpaksa tutup selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Sebab, omset mereka mengalami penurunan hingga 80 persen dari sebelumnya.

Seperti yang diungkapkan pedagang bakso, Warno, selama PPKM Darurat omset penjualannya turun drastis. Sehingga, dirinya memilih untuk menutup tempat usahanya.

“Saya sudah tiga hari tidak dagang (tutup). Masalahnya, dari segi omset, turun cukup drastis,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Rabu (14/7).

Pria yang berjualan di Jalan Raya RE Martadinata Cikarang Utara ini menyampaikan, sebelumnya sempat buka selama satu minggu. Akan tetapi, pendapatannya tidak bisa menutupi gaji karyawan. Akhirnya, ia memutuskan untuk merumahkan sementara karyawannya.

“Saya tidak bisa bayar gaji karyawan, jadi harus dirumahkan sementara, ada tiga orang. Kalau sebelumnya, omset saya per hari bisa Rp2 juta lebih, sekarang hanya Rp700 ribu, itu juga susah,” tuturnya.

Berbeda dengan pedagang bakso di perumahan BCL, Toto Hariyanto, yang memilih tetap membuka usahanya, dengan sistem take away. Walaupun omsetnya tidak bisa menutup modal dan bayar gaji karyawan. Dia mencontohkan, misalkan pengeluaran modal Rp1 juta, sementara pendapatan hanya Rp400 ribu.

“Kasihan sama karyawan kalau mau nutup, jadi terpaksa tetap buka. Untuk mengimbangi pemasukan, walaupun tidak ada untung. Dan omset kami turun sampai 80 persen dari sebelumnya,” beber Toto.

Dirinya mengaku, jumlah pelanggan turun drastis, karena memang tidak boleh makan di tempat. Sehingga, pelanggan yang mau makan di tempat, memilih tidak jadi beli.

“Sebelumnya, pelanggan yang datang rata-rata 300 orang per hari. Sekarang 100 orang, itu juga tidak sampai,” terangnya.

Sementara itu, Sekretaris Papmiso Indonesia, Bambang Hariyanto mengungkapkan, dengan adanya PPKM Darurat ini, khusus para pedagang bakso sangat terdampak, dan rata-rata penurunan omset sampai 80 persen. Bahkan, untuk biaya operasional saja tidak mencukupi, apalagi untuk balik modal. Maka dari itu, saat ini ada ratusan pedagang yang memilih tutup.

“Di Kabupaten Bekasi, kurang lebih ada 200 outlet pedagang bakso yang sudah tutup, karena tidak menutupi biaya pengeluaran,” tandas Bambang.

Sehingga, dirinya mengancam, akan melakukan aksi, apabila PPKM Darurat diperpanjang. Sebab, ia meyakini, apabila diperpanjang banyak UMKM bakal gulung tikar, daripada menjalankan usaha tapi merugi.

“Karena ini di masa pandemi, maka nanti akan ada penutupan secara massal. Semua pedagang bakso, akan tutup semua jika PPKM Darurat diperpanjang lagi,” pungkasnya. (pra)

Solverwp- WordPress Theme and Plugin