Berita Bekasi Nomor Satu

Merdeka Dalam Jiwa dan Pikiran

Syahrul Ramadhan
Syahrul Ramadhan
Syahrul Ramadhan
Syahrul Ramadhan

Radarbekasi.id – Ketika Bung Karno, Hatta, Tan Malaka dan para bapak bangsa lain-nya menghendaki kemerdekaan, mereka tidak hanya berharap Indonesia ini lepas dari penghambaan kepada pemerintahan penjajah pada saat itu.

Mereka juga berharap kita merdeka secara kemanusiaan, pikiran dan perekonomian. Ketika kita mendeklarasikan merdeka, pada saat itu, atau saat ini, kita mengucapkan selamat jalan kepada jiwa-jiwa membudak untuk selama-lamanya. Namun, di atas semua itu, merdeka mesti dimulai dari dalam pikiran kita sendiri.

75 tahun Indonesia merdeka, ada satu hal yang mampu kita lakukan untuk merawat kemerdekaan yang telah lama dipertahankan ini. Itu adalah merdeka dari rasa benci, dulu, pada zaman pra-kemerdekaan, habis-habisan kita diadu domba dan rusak dari dalam bangsa kita sendiri.
Sekarang hal serupa terjadi, stigma dan propaganda saling diciptakan supaya kita saling menghancurkan. Kita jadi manusia yang tidak pandai meneliti sebuah informasi, malas membaca dan mengkonfirmasi.

Meminjam istilah dari Zen RS, bahwa menurunnya minat membaca, meningkatkan minat berkomentar. Saya merasa kemampuan bangsa kita dalam berkomentar berada di atas rata-rata manusia lain, saling menilai dan menjatuhkan juga terjadi dalam kolom komentar, lebih seru dari topik yang tengah dikomentari.

Itu tidak hanya berlaku pada membaca sebuah artikel, tetapi juga pada saat mengenal seseorang atau kelompok. Banyak orang merasa tiba-tiba punya firasat buruk ketika melihat orang bertato bahkan sebelum bicara dengan mereka, atau sebagian orang bahkan ada yang tidak suka tanpa alasan ketika bertemu perempuan tak berkerudung, atau mungkin sebaliknya, merasa tidak aman ketika bertemu perempuan berkerudung lebar.

Semua prasangka itu dibangun tanpa dasar dan dari opini yang dikembangkan media. Kita menjajah pikiran kita tanpa mengonfirmasinya sendiri, di sinilah penjara pikiran kita dimulai.
Saya merasa semua orang bebas menjalani hidup seperti apa pun, selama ia bertanggung jawab terhadap pilihan hidupnya. Tanggung jawab itu termasuk menghargai cara hidup orang lain dan tidak mempermasalahkannya.

Cara hidup seseorang orang lain akan selalu memiliki perbedaan dengan kita, hal itu menjadi masalah ketika kita mulai membicarakan perbedaan itu. Saat kita bisa berbuat sesuatu bukan karena orang lain dan kita tidak mengintervensi nilai-nilai hidup yang dipercayai orang lain, saat itulah kita berdaulat atas diri kita dan tidak dipengaruhi oleh hal-hal di luar dari diri kita.
Saya rasa berdaulat atas diri sendiri juga berarti melepaskan diri kita dari dogma-dogma dan doktrin yang disuapkan orang lain tanpa kita sempat mengunyah atau memilah sebelum menelannya. Kita berhak berekspresi sesuai dengan apa yang kita yakini, melalui penelusuran dan pemikiran atas temuan-temuan kita sendiri.

Bagi saya, memberikan penilaian kepada ekspresi seseorang dengan menggunakan standar sendiri adalah kecurangan. Itu seperti mengukur tinggi badan dengan kiloan beras, tidak akan ditemukan ketepatannya.

Indonesia yang merdeka sepenuhnya, bagi saya adalah Indonesia yang bebas dari stigma negatif atas golongan mana pun. Kita bisa memulai kemerdekaan ini dengan menahan diri untuk menilai sesuatu yang tampak dari luar diri seseorang.

Tindakan konkretnya adalah kita berhenti menghakimi agama seseorang, pilihan politik seseorang, pilihan ekspresi seseorang, dan bahkan sekedar pilihan seseorang atas Raisa atau Isyana.
Kemiskinan adalah akibat dari keserakahan sebagian manusia yang sama sekali tidak pernah memikirkan keberlangsungan kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Mereka hanya berpikir tentang diri mereka sendiri. Tentang kesejahteraan dirinya sendiri. Lalu adakah kesejahteraan sejati jikalau hari ini kita makan enak dan orang disekitar kita hidup sengsara?

Cara berfikir dan sikap tindak yang penuh dengan ketamakan seperti inilah yang menyebabkan kehidupan dunia sampai saat ini masih dalam kondisi marah bahaya. Dan belum menunjukkan tanda-tanda mebaik.

Di mana bangsa-bangsa merdeka itu benar-benar merdeka. Tanda-tanda dimana setiap bangsa mampu menentukan nasib dan cara mewujudkan nasib itu sesuai dengan pikiran merdeka dan cara yang bebas mereka sendiri.

Sampai detik ini sistem kapitalis yang mengglobal demikian di ekspor dan dipaksakan kehampir semua negara yang ada dimuka bumi, oleh negara-negara adikuasa yang mengklaim diri sebagai bangsa yang beradab. Bangsa yang menjunjug tinggi nilai-nilai kemerdekaan, kebebasan, kedaulatan dan kemandirian.

Namun disisi lain mereka justru memasung kemerdakaan bangsa lain. Mereka justru membelenggu bangsa lain yang ingin memilih bebas. Mereka justru mengangkangi kedaulatan negara lain. Dan bahkan mereka juga dengan tidak pandang bulu mendikte kemandirian bangsa lainnya.

Hal ini akan menciptakan kekerasan. Sebab mereka hanya memikirkan bangsa dan negara mereka sendiri. Mereka hanya mencari kesejahteraan mereka sendiri. Bahkan mereka hanya mementingkan keadilan bagi mereka sendiri. Tanpa berfikir tentang kebaikan dan kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan.
Martin Luther King menjelaskan; “Violence as a way of achieving racial justice is both impractical and immoral. I am not unmindful of the fact that violence often brings about momentary results. Nations have frequently won their independence in battle. But in spite of temporary victories, violence never brings permanent peace.”

Artinya: “Kekerasan dalam hal mencapai keadilan ras merupakan hal yang tidak berguna dan tidak bermoral. Aku tahu bahwa seringkali kekerasan memberikan hasil sementara. Bangsa-bangsa sudah sering kali memenangkan kemerdekaan mereka melalui perang. Tetapi itu hanyalah kemenangan yang sementara, kekerasan tidak pernah memberikan perdamaian abadi.”

Kita sebagai bangsa dan negara yang lahir dari rahimnya perjuangan memahami dengan benar, merasakan secara mendalam, bahwa kapitalisme, imperialisme dan kolonialisme adalah suatu kecacatan sejarah.
Suatu kesalahan sebagian umat manusia yang paling merusak perjalannya kehidupan manusia yang ingin menuju kepada kemerdekaan dan kesejahteraan sejati. Sehingga cara berfikir dan sikap yang demikian itu harus kita tentang dan kita lawan sampai kapanpun dan dimanapun.

Sebab darinyalah segala keburukan dan kerusakan mental serta hancurnya tatanan kehidupan sosial yang beradab itu bermula. Sebab sistem kehidupan yang demikian itu akan menciptakan kesenjangan, kemiskinan, juga ketertindasan individu dan masyarakat.

Ya, sistem kehidupan semacam itu hanya akan mengembalikan kita ke alamnya abad 19-20. Ketika bangsa dan negara dunia saling berperang tak henti-hentinya.

Kita melawan semua cara-cara itu bukan karena bangsa kita ingin gagah-gagahan. Agar dipandang sebagai suatu bangsa yang doyan menonjolkan diri dalam membantu masyarakat dunia.

Tidak! Sesungguhnya semua itu kita lakukan karena kita meyakini, bahwa pertentangan dan perlawanan terhadap segala macam sistem hidup semacam itu adalah sebagai suatu keharusan hidup. Suatu panggilan alam semesta dan suara umat manusia seluruhnya. Ya, sebagai bangsa yang bermartabat dan terhormat yang ingin ikut memberi sumbangsih kepada perwujudan ketertiban dunia.

Nelson Mandela (1918-2013) mengatakan; “Mengatasi kemiskinan bukan sebuah sikap amal. Itu merupakan tindakan keadilan. Itu merupakan perlindungan terhadap hak asasi manusia yang fundamental, hak atas martabat dan kehidupan yang layak. Selagi kemiskinan berlanjut, tidak ada kemerdekaan sejati.”
Sistem kapitalisme, sedemikian ia tampil dengan wajahnya yang sangat sopan, indah nan rupawan. Akan tetapi pada akhirnya ia akan berubah menjadi sosok yang teramat mematikan. Memasung dan mematikan nalar kebebasan dan kemerdekaan kita. Lalu bagaimana mungkin kita dapat mewujdukan suatu keadilan sosial apabila tanpa kebebasan dan kemerdekaan?

Memang, dalam perjuangan mencapai kemerdekaan bangsa sendiri secara 100% itu sugguh tidaklah mudah. Apalagi kemerdekaan masyarakat dunia secara kesulurhann itu pekerjaan yang teramat sulit. Tapi kita tidak akan berputus asa.

Kita akan menghadapi tantangan yang datang silih berganti, kesulitan yang mengantri tak berkesudahan. Tapi ingatlah, tidak akan ada kemenangan sejati tanpa pertarungan sejati pula.
Karena itu Nelson Mandela kembali mengingatkan bahwa “Tak ada jalan mudah untuk mencapai kemerdekaan di mana pun. Banyak dari kita berkali-kali harus melewati lembah dengan bayangan kematian sebelum mencapai puncak cita-cita kita itu.”

Akan tetapi walau “bagaimanapun, kita semua harus menemukan yang terbaik yang mengembangkan rasa kemanusiaan kita di hidup yang sementara ini, dan mendedikasikan diri kita terhadap hal itu.” Demikian Joseph Campbell (1904-1987), seorang Penulis dari Amerika pernah berkata.

Oleh karena itu, maka pertama dan terutama yang harus dilakukan oleh kita adalah merdeka sejak bersemayam dalam jiwa. Dan merdeka sejak dalam pikirannya. Sebab tanpa kemerdekaan secara jiwa, secara pikiran, maka mustahil kemerdekaan sosial itu akan terwujud.

Senada denga hal di atas, Buya Hamka mengaskan “Kemerdekaan suatu bangsa/negara/masyarakat dunia dapat dijamin teguh berdiri apabila berpangkal pada kemerdekaan jiwa.

Kemerdekaan satu bangsa jika sudah terwujud itupun sejatinya hanyala suatu fase tertentu. Dimana setelah itu masih harus berjalan terus. Menyelesikan pekerjaan yang lebih berat lagi. Yakni konsistensi untuk tetap berdiri diatas kaki sendiri (berdikari).

Maka kemudian baru kita menuju kemerdekaan yang lebih luas lagi. Berdikaari secara luas internasional lagi. Untuk hal ini Bung Karno menjelaskan; “Dalam hubungan Internasional pun kemerdekaan merupakan suatu jembatan, suatu jembatan untuk perjuangan bangsa-bangsa bagi persamaan derajat untuk pembentukan bangsa-bangsa dan negara-negara sehinggga sanggup berdiri di atas kaki beograd (sendiri), politis, ekonomis.”

Akhirnya, marilah kita menjadi manusia bebas merdeka dari segala bentuk belenggu kapitalisme. Ya, merdeka sejak dalam jiwa dan pikiran dari segala macam pengaruh jiwa keserakahan, ketamakan dan kepicikan. Agar kita bisa menjadi Pelayan Peradaban bagi rakyat indonesia khususnya, dan bagi seluruh umat manusia pada umumnya. (*)

Politisi Muda. Dari berbagai sumber


Solverwp- WordPress Theme and Plugin